"Seungmin?"
"Ya, Pak?"
Seungmin menoleh saat guru lesnya itu memanggilnya.
"Renjun bolos lagi?"
Seungmin mengangguk.
"Dia nggak bilang apa-apa sama kamu?" tanya guru tersebut.
"Nggak. Anak lain juga nggak ada yang tau, Pak."
Guru tersebut menghela napas pelan. "Orang tuanya menghubungi saya. Katanya dia nggak pulang dari semalam."
Firasat buruk Seungmin semakin menguat. Setelah mendengar apa yang Haechan katakan kemarin, ia yakin Jeno dan teman-temannya pasti sudah merencanakan hal yang lebih gila lagi.
"Pak, saya permisi, ya. Ada keperluan harus buru-buru. Maaf."
"Iya, silahkan. Kalau Renjun ada kabar tolong bilang ke Bapak, ya. Sayang anak itu prestasinya udah bagus tapi akhir-akhir ini sering bolos."
Tidak peduli kalau dianggap tidak sopan, Seungmin hanya mengangguk lalu segera keluar dari gedung akademi dengan langkah lebar.
Baru ia keluar dari pintu, seseorang langsung menghampirinya.
"Seungmin!"
"Seoyeon?"
Seoyeon tersenyum tipis pada Seungmin. "Min gue butuh lo."
Seungmin mengernyitkan keningnya. "Apa?"
"Gue gak tau harus bilang ke siapa, ini masalah orang tua gue lagi." Ucap Seoyeon. "Min, gue gak punya siapa-siapa sekarang. Please, tolongin gue."
Seungmin menghela napas kasar. "Iya gue bantu. Tapi sekarang gue harus nemuin cowok lo dan teman-temannya. Gue rasa mereka bikin ulah."
Seoyeon membelakan matanya terkejut.
"Gue temuin lo besok."
"Gue ikut." Tukas Seoyeon.
Seungmin menggeleng. "Jangan. Bahaya."
"Gak. Gue mau ikut. Gue mau ketemu Renjun."
Seoyeon menahan lengan Seungmin agar tidak meninggalkannya.
Mau tidak mau Seungmin akhirnya mengangguk dan mengajak Seoyeon untuk segera naik ke motornya.
DAREDEVIL:
the point of no return"
Sorry, Na. Kita nggak punya pilihan lain."
"Jawab gua, bangsat. Lu apain mereka?!"
"Jen, gimana?" Jisung mulai kesal melihat Jeno yang tak bisa berkutik karena semakin panik.
"Gua juga gak tau!" bentak Jeno yang sudah semakin frustasi dengan keadaan ini.
"Lu yang ngelakuin ini semua?" tanya Jaemin dengan suara bergetar. "Lu yang bunuh Siyeon juga?!"
"Bukan cuma gua!" tukas Jeno. "Renjun juga—"
"Gua nggak peduli!" bentak Jaemin. "Renjun sama Haechan sahabat gua dan lu udah bikin mereka... Kayak gini."
Jaemin lalu mencengkram kerah baju Jeno. "Bajingan, lu psikopat atau apa, sih?!"
Dan untuk pertama kalinya, Jeno melihat mata Jaemin berkaca-kaca di wajah marahnya.
"Gua tanya, kenapa lu ngelakuin ini, bangsat?!" tanya Jaemin lagi.