II. THE POINT OF NO RETURN

1.1K 284 71
                                    

Sirine polisi terdengar semakin jelas. Jeno dan Jisung berlari keluar rumah, mencoba untuk tenang agar tetap fokus pada rencana mereka yang sudah tersusuh rapih.

Di sisi lain, seorang lelaki bertubuh tinggi berlari masuk ke dalam rumah Siyeon setelah mendapat informasi dari Nancy kalau Siyeon terancam bahaya di rumahnya.

"Siyeon?!"

Hyunjin memekik panik saat melihat keadaan Siyeon yang sudah tak bernyawa dengan darah berlumuran di sekujur tubuhnya. Ia juga melihat jaket dan juga ponsel miliknya yang sudah hilang sejak dua hari lalu.

Hyunjin mengambil jaketnya dan juga ponselnya. Ia bahkan sudah tak bisa berpikir jernih. Ia benar-benar tidak bisa percaya dengan apa yang baru dia lihat.

"Siyeon! Siyeon! Jawab gue!"

Ia menyentuh pipi Siyeon dan mengguncang tubuhnya, berharap gadis itu merespon, walaupun dalam hati ia sadar tidak ada gunanya terus memanggil nama Siyeon saat ini. Ia berusaha untuk menarik pisau yang tertancap di perut gadis itu. Namun semuanya sudah terlambat.

Hyunjin menangis panik, dan saat itu bertepatan dengan petugas polisi berlari masuk ke dalam rumah.

Pistol di arahkan kepada Hyunjin.

"Tolong..." Lirihnya.

Pria berseragam polisi langsung membekuk dirinya. Menariknya untuk menjauh dari jasad Siyeon. Hyunjin terus meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.

"Siyeon! Siapa yang ngelakuin semua ini?!" teriak Hyunjin. "Lepasin gue, bangsat! Siapa yang berani nyakitin Siyeon?!"

Hyunjin diseret keluar rumah oleh petugas polisi, dipaksa masuk ke dalam mobil dengan cara kasar. Percuma saja ia terus meronta, Hyunjin adalah satu-satunya orang yang terlihat bersalah disini.


















DAREDEVIL:
the point of no return
















Di tempat lain, Renjun dan Nancy tengah beradu argumen dengan rasa cemas yang mereka rasakan masing-masing di dalam mobil yang sudah mereka sewa untuk malam ini.

"Jeno sama Jisung naik motor dan pergi ke rumah Jeno, terus mereka bakal ke club buat mengurangi curiga dari orang-orang." Ucap Renjun. "Lo sama gue bakal kabur. Jangan ubah rencana."

Nancy memutar bola matanya. "Gue harus kesana!" balasnya.

"Lo mau mati?!" tandas Renjun.

"Gue bakal mati kalo kabur sekarang. Rencana kita cacat! Lo pikir buat apa gue neleponin Siyeon kalo bukan karena untuk bukti gue ada dipihak dia?! Gue memang harus terlibat sebagai sahabat terdekat Siyeon yang nggak bersalah. Gue bisa ngatasinnya."

"Nggak usah tolol, Nan!" bentak Renjun, yang membuat Nancy sedikit bergidik takut. lelaki itu menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengambil kendali stir.

Renjun benar-benar panik dan ketakutan sekarang.

"Lo pikir gue bakal ngelepas lo gitu aja?" tanya Renjun. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. "Lo bisa aja laporin kita."

"Laporin apanya sih, Jun?! Gue bantu kalian. Gue juga muak sama Siyeon. Gue terlibat sama rencana ini dan kalo ketauan gue juga bakal bersalah. Apa lo nggak percaya?!"

"Jun, kita semua bakal mati kalo rencana ini meleset dikit." Lirih Nancy. "Gue bisa atasin ini. Kita berempat bisa hidup tenang setelah kasus ini selesai. Lo nggak perlu liat Seoyeon disakitin lagi. Lo sayang sama dia, kan?"

Renjun terdiam selama beberapa saat lalu perlahan ia mulai mengurangi kecepatan mobilnya, sampai akhirnya mobil berhenti di pinggir jalan.

"Turun." Kata Renjun akhirnya.

Nancy mengangguk lalu membuka pintu mobil. "Percaya sama gue. Tenang aja, oke?"

Renjun hanya berdecih. Bagaimana bisa seseorang yang baru saja membunuh orang lain masih bisa merasa tenang?














DAREDEVIL:
the point of no return



























Dua orang lainnya yaitu Jeno dan Jisung sampai di apartemen milik kakak Jeno tepat pukul sembilan malam. Setelah membersihkan diri dari darah yang ada di tubuh mereka, kedua lelaki itu langsung meluncur menggunakan motor Jisung ke tempat mereka sekarang ini.

"Bang Taeyong gak ada?" tanya Jisung.

"Kalo ada ngapain gue ajak lo kesini." Balas Jeno. "Cepet, bakar baju kita."

Jisung mengangguk, namun beberapa saat kemudian ia mengernyitkan keningnya. "Ya jangan disini lah, bego."

"Dimana?" tanya Jeno.

"Tempat yang aman." Ucap Jisung. "Cepet ganti baju. Kita bakar baju terus ke club."

Jeno hanya menurut lalu memasukan baju yang masih berlumuran darah Siyeon ke dalam kantung plastik dan backpack hitamnya.

Mereka bersiap dengan urusannya masing-masing dalam diam, pikirannya masih tertuju pada bayangan tubuh mengenaskan Siyeon yang diakibatkan oleh ulah mereka sendiri.

"Gimana perasaan lo?" tanya Jisung tiba-tiba.

"Hah?"

"Perasaan lo setelah bunuh iblis yang jadi pernah jadi pujaan hati lo?" sahut Jisung dengan nada bertanya, lalu lelaki itu terkekeh sendiri.

Jeno tergelak sinis mendengar Jisung bicara.

"Iblis?" ulangnya lalu menjatuhkan backpack yang ia pegang ke lantai dengan kasar. "Sung, inget. Gue, lo... Kita berempat juga iblis."

Jisung berdecih lalu tersenyum miring, menghindari kontak mata dengan Jeno. "Kalo gitu... Pantes Siyeon bisa nyaman hidup kayak gitu."

Jeno menaikan sebelah alisnya, belum mengerti apa maksud dari omongan Jisung.

"Ternyata, jadi iblis lumayan seru juga." Lanjutnya.





































DAREDEVIL:
the point of no return
























Kalau sudah sejauh ini kalian melangkah, nggak akan ada jalan kembali, bukan?














© 2018













+++

jadi anggap aja ini kayak sequel gitu atau bagian dua dari cerita sebelumnya. revenge itu part 1 dari cerita daredevil dan the point of no return masuk ke part 2.

DaredevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang