“Gimana? Udah nentuin mau masuk mana nanti?” tanya Haechan. “Jadi SNU, kan?”
Renjun yang duduk di depannya hanya menggeleng sambil tersenyum kaku pada temannya itu. “Gua jadi ke Melbourne.”
"Hah?" Haechan membulatkan matanya terkejut. “Bukannya lu mati-matian ngotot sama bokap lu buat batal kuliah kesana?”
“Iya, sih.” Sahut Renjun. “Tapi gua berubah pikiran.”
Haechan menatap Renjun yang kini sok sibuk dengan sepiring makanan di hadapannya. Haechan menyadari perubahan sikap itu. Biasanya Renjun akan selalu semangat membicarakan masalah rencana perguruan tinggi mengingat ambisi tingginya, tapi kali ini berbeda. Apalagi perubahan keputusannya yang tiba-tiba membuat Haechan semakin bingung.
“Jadi kita nggak jadi bareng di SNU berempat, nih?” tanya Haechan.
“Gua juga bakal keluar, Chan.” Ucap Jeno.
“Keluar?”
“Gua bakal ke Kanada, kuliah di tempat Bang Mark, sepupu gua yang waktu itu ke rumah.” Jelas Jeno.
“Loh? Bentar, deh... Lu berdua kok tiba-tiba pengen kuliah keluar gini, sih?” tanya Haechan bingung. "Jangan-jangan lu juga mau cabut lagi, Jaem?”
“Gua tetep SNU, kok.” Ucap Jaemin. “Kenapa lu berdua tiba-tiba pengen kesana?”
Sejak kejadian meninggalnya Siyeon, sikap Jaemin selalu dingin pada semua orang termasuk ketiga temannya walaupun mereka masih tetap sering bertemu. Jaemin jadi lebih pendiam dari biasanya. Apalagi sikapnya pada Jeno.
“Kenapa emang?” tanya Jeno.
“Jen, Jun, gua kaget loh, sumpah.” Ucap Haechan. “Tapi kalian udah daftar SNU, kan? Jun, gua sih yakin lu pasti keterima, mustahil lah pake nilai lu yang tinggi itu bisa gagal disana.”
Renjun hanya pura-pura tertawa pelan. “Gua gak akan ambil.” Jawabnya.
“Bangsat, gua yang ngarep aja susah, goblok.” ujar Jaemin.
“Ya mau gimana lagi, gua mesti kesana.” Ucap Renjun.
“Kenapa?”
Renjun menatap balik Haechan dengan ekspresi gugup.
“Orang tua gua sama si Renjun emang kompak mau buang anaknya keluar negeri kayaknya.” Sahut Jeno, mencoba mencairkan suasana sambil tertawa kecil.
“Seoyeon gimana, Jun?” tanya Jaemin tiba-tiba. “Gua kemaren liat dia di club lagi. Bukannya sejak pacaran sama lu dia udah tobat?”
Renjun menggertakan giginya pelan. “Oh... Dia baik-baik aja, kok. Emang apa salahnya ke club?"
Haechan merasakan perbedaan sikap teman-temannya ini. Jeno dan Renjun memang terlihat tengah menutup-nutupi sesuatu.
Ia kembali mengingat spekulasi Seungmin tentang kedua temannya itu yang sempat tidak ia percayai kemarin.
Namun saat Haechan menatap wajah Renjun dan Jeno, hatinya kembali ragu. Ia sangat kenal dengan kedua sahabatnya ini. Haechan hanya tidak sanggup untuk menuduh mereka berdua.
“Oh iya,” Haechan kembali membuka suara. “Lu waktu itu ke ultahnya Guanlin, Jen?”
Jeno yang tengah meneguk minumannya langsung tersedak saat Haechan menayakan hal itu. “H-hah? Kata siapa?”
Haechan tersenyum simpul. “Jisung.”
“Lah? Lu disana juga?” tanya Jaemin. “Pas kejadian Siyeon dibunuh lu ada disana?” Suara cowok itu mulai meninggi.