"Pemeriksaan lo udah selesai?" tanya Jeno. Nancy yang duduk dihadapannya mengangguk samar.
Gadis itu mengambil sebuah bungkus rokok milik Jeno yang ada di atas meja dan mengambil satu batang dari dalamnya, menyalakannya dengan pemantik api, lalu mulai menghirup asapnya.
"Nggak sepenuhnya selesai." Ujar Nancy.
"Apa lagi yang mesti diurus?"
Gadis itu menghembuskan asap rokok lewat mulutnya. "Kita punya masalah."
Jeno mengerutkan keningnya. "Apa?"
"Mungkin gue udah terbukti nggak bersalah. Gue lolos semua pemeriksaan itu. Percakapan gue sama Siyeon pun dipercaya polisi. Dari mulai saat gue lapor ke polisi sampai chat ke grup kelas soal Siyeon, semuanya ada. Dan untungnya keputusan gue buat balik ke rumah Siyeon malam itu bener-bener tepat. Polisi sama sekali nggak curigain gue sampai sekarang." Ucap Nancy panjang lebar. "Tapi, Hyunjin masih belum pasti bersalah karena rekaman teleponnya ketauan bukan suara dia."
Jeno sudah tahu tentang itu. Ia mendesah pelan lalu mengusap wajahnya. "Terus gimana?"
"Kok nanya gue?" tanya Nancy. "Jen, gue udah usaha disini, itu tinggal urusan lo bertiga. Emang lo pikir gampang berurusan sama polisi tanpa ketauan? Gue setengah mati mikirin harus ngomong apa untuk kesaksian. Terus kalo bukan gue hubungin Hyunjin lewat telepon rumahnya rencana kita bakal gagal total."
Jeno menatap bungkus rokok yang ada di hadapannya dengan pandangan kosong selama beberapa saat.
"Yaudah." Ucap cowok itu akhirnya. "Kita tinggal tutup mulut."
Nancy masih belum menanggapi ucapan Jeno.
"Lagian makanya Renjun yang telepon itu karena dia yang paling nggak akan dicurigai dalam kasus ini. Selama nggak ada tanda-tanda Siyeon pernah deket sama Renjun, lagian dia bakal cabut kuliah ke luar negeri bentar lagi. Semuanya aman." Ucap Jeno.
"Gue sama sekali gak khawatir sama Renjun atau lo sama Jisung." Tandas Nancy. "Masalahnya Hyunjin nggak akan bisa dihukum kalo gini. Kalo Hyunjin bebas, kita gimana?"
"Dengan mereka nggak nemuin Renjun, kasus bisa aja ditutup, Hyunjin bersalah. Keluarga Hyunjin itu nggak punya kekuasaan apa pun, gak akan lah mereka bisa ngelawan keluarganya Siyeon. Kita tinggal ngumpet sampe kasus ini lenyap. Gampang, kan?"
Nancy berdecih. "Gampang?"
"Nan, sekarang jangan dibikin pusing, deh. Nggak ada orang yang tau apa yang udah kita lakuin. Kita aman. Jangan memulai masalah lagi. Kita cukup diem aja."
"Terserah lah." Balas Nancy, tak mau memperpanjang perdebatan ini.
"Nyesel?" tanya Jeno.
Nancy menatap Jeno dengan ekspresi bingung. "Nyesel udah ngelakuin semua ini?" perjelas Jeno.
Nancy tergelak sinis. "Gue udah muak sama Siyeon yang selalu anggep gue ini babunya. Ya gue nggak akan nyesel. Gue puas sama semuanya."
"Bagus." Balas Jeno. "Pastiin nggak akan ada penyesalan diantara kita berempat."
Sesaat Nancy hanya menatap Jeno dengan senyum miringnya dan akhirnya beranjak dari tempat duduk lalu berjalan menjauh dari lelaki itu tanpa bicara apa pun.
DAREDEVIL:
the point of no return
Dugaan Jisung ternyata benar. Felix dan Seungmin menyambutnya dengan dingin saat ia masuk ke tempat yang sudah dijanjikan Felix tadi.
"Wah, telat banget ngabarinnya kalo lu berdua disini." Ucap Jisung. "Padahal dari tadi gua nyusulnya."