"Ih Eci tadi lu ninggalin gua. Jahat. Tapi gapapa deh gua ketemu sama seseorang yang tadi pagi hihi gemes" ucap Aura sambil meletakkan tangannya dipipi ia sendiri dan berlompat kecil
Eci sangat ingin menendangnya karena tingkahnya Aura yang tidak pernah berubah dari dulu. Selalu kekanak-kanakan. Tapi itu hanya tingkahnya. Kadang diwaktu yang tepat, Aura pun juga bisa menjadi dewasa seperti yang lainnya. Namun itu hanya kadang-kadang.
"ihh Eci kok malah ngelamun sih? denger nggak? sebel Aura" ucap Aura lagi sambil melipat tangannya di dadanya
"iya denger neng Aur. Siapa sih namanya?" jawab Eci
"Ferral? eh Raffel? Eh tadi gua bisa manggil dia kok. Duh lupa siapa ya ci. Lagi mikir keras banget nih" ucap Aura sambil mondar-mandir memikirkannya
"hadeh kebiasaan, tau ah duduk cepetan ra. Bentar lagi pelajaran Bu Susi" sahut Eci
———
"gua balik duluan ya ra, dah" ucap Eci lalu meninggalan Aura. "oke ci, ttdj" teriak Aura
"duh abang manasih ditelpon ga dijawab-jawab kesel. nanti Aura aduin ke papa biar gadikasih money-money yang tadi mereka omongin awas aja" ucap Aura sebal
Saat berjalan dikoridor sambil terus mencoba menelpon Sevio, Aura khawatir hujan karena awan terlihat mendung dan gelap. Dan benar saja, baru saja ia memikirkan gerimis datang.
Ada dua hal yang ia khawatirkan sekarang. Sevio yang tidak menjawab telponnya, dan hujan. Aura mau menelpon mama dan papanya namun dijam pulang sekolah adalah jam kerja papa dan pasti mama sedang di butik mendesain baju. Aura tidak mungkin mengganggunya.
Aura membuka payung yang ada ditasnya. Payung pink yang dihias dengan gambar unicorn. Sangat lucu. Untuknya.
Aura berjalan dari lapangan sampai halte.
Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya."belum pulang?" ucap Farrel
*menggeleng* jawab Aura cuek
"mau?" ucap Farrel dingin
"mau apa? ngomong yang bener dong duh kesel deh Aura" ucap Aura bawel
"mau. bareng. ga?" ucap Farrel memaksa bawel
"hm, nggak. lagi nunggu abang, biasanya dia yang jemput. kalo gajemput yaudah gua ujan-ujanan aja ama unicorn gua" ucap Aura sambil memutarkan payungnya
"unicorn? mana?" tanya Farrel kepo
"Nih!!!" jawab Aura sambil menunjukkan gambar unicorn dipayungnya dengan telunjuknya
"stress" sahut Farrel singkat
"yaudah sanaa tar keburu deres lu gabisa pulang. lu kan bawa motor, takut licin ntar. ttdj okay?" suruh Aura sambil mengedipkan mata satunya dan membentuk huruf O ditangannya
Farrel terdiam. Ia tidak menyangka bahwa gadis yang didepannya sangatlah bodoh. Bodoh yang tidak menganggap dirinya penting. Ia hanya memikirkan orang lain. Padahal dirinya lebih penting.
Farrel berpikir cara untuk membujuk perempuan seperti Aura ini. Farrel tau caranya.
"Ra, kalo mau bareng. Hm tar dikasi ice cream" ucap Farrel takut, takut ditertawai oleh Aura karena dikira Aura anak kecil yang menurut saja
"apaa?? mau mau mauu!! yukkkk daritadi dong! paddle pop pelangi yaa!" ucap Aura sembari menaiki motor Farrel.
Farrel terkejut. Ternyata perkiraannya benar. Farrel sangat menyukai gadis ini. Gadis yang sangat lugu. Namun ia masih berpikir, apakah benar perasaannya ini?
"Farrel kok diem? nyesel ya mau ngasih ice cream?" tanya Aura dengan puppy eyes nya
"jadi." ucap Farrel lalu memakai helmnya
"pegangan, lu kan megang payung" lanjutnya"iya bawel cepet dong mau ice cream" jawab Aura sambil mendorong helm yang terpakai di kepala Farrel, otomatis kepala Farrel pun ikut terdorong
Farrel menengok. Menyebalkan juga menurutnya.
Namun Aura memberi tangan yang membentuk peace, yang dimaksudkan damai.Mereka pun dibawah hujan berdua. Dengan payung unicorn Aura dan motor kesayangan Farrel. Belum pernah mereka rasakan sebelumnya saat seperti ini.
Dan semenjak itu. Mereka sangat menyukai hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CUTE GIRL
Teen Fiction"lucu." ucap Farrel -- "stress" ucapnya lagi -- Itulah pandangan dan ucapan dari lelaki bernama Kelvinio Rakha Farrel. Ia mengatakan ucapan itu kepada gadis kecil yang ceroboh dan selalu bertingkah kekanak-kanakan. Gadis itu bernama Aura Scienta Wi...