"Nyaman?"

8.7K 405 3
                                    

Minggu pagi sangat cerah. Sevio mengajak Aura untuk berlari pagi disekitar rumah dan tidak lupa untuk olahraga basket agar Aura bisa menggapai cita-citanya agar menjadi tinggi

Namun, Aura masih menikmati mimpinya. Mimpi yang sangat indah. Tidak tau apa. Hanya Aura dan Tuhan yang tau.

"ra. Aura. olahraga yuk! dah lama ga olahraga, papa pulang pasti bawa oleh-oleh makanan seenggaknya kita kurusin badan kita dulu oke ga rencana abang?" tanya Sevio

"boleh tapi abang lari, Aura naik sepeda" sahut Aura

"enak aja! ga ga ga, mana bisa. abang males banget kalo gitu. yaudah gausah ah. dasar ciut!" gerutu Sevio

"iya bang, Aura mau. tunggu Aura ya. Aura ikut lari kok." ucap Aura

Aura pun bergegas untuk bersiap-siap olahraga pagi dengan Sevio. Ia memakai celana training Adidas dan kaos polos disertai jacket abunya. Tak lupa handuk kecil untuk mengelap keringetnya.

"ayok bang!" ajak Aura lalu berjalan menuju pagar

Aura dan Sevio pun mulai berolahraga. Mereka mengitari sekitar komplek rumah mereka. Sepi. Ya karena komplek rumah Aura sangatlah elit, sehingga tidak ada komunikasi antara tetangga. Hal yang sangat sudah biasa di kalangan mereka

Aura belum capek. Ia masih terus berolahraga. Ia tidak tau mengapa begitu niat untuk olahraga kali ini. Mungkin karena sudah ada lelaki yang datang di dalam kehidupannya. Perempuan memang begitu. Ingin tampil sempurna dihadapan seseorang yang disayangnya

padahal tidak ada yang sempurna di dunia ini, selain yang Menciptakan -author

Tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang mengendarai sepeda. Semakin dekat. Aura mengenalinya. Ternyata Eci!

"Eciiiii!!!" panggil Aura bersemangat

"Aura! Ngapain? Olahraga? Sama ka Sevio?" tanya Eci sembari mencari Sevio yang masih berada jauh dibelakang Aura. "oh hai ka!" lanjutnya karena Sevio sudah berada dibelang Aura sekarang

"hai." jawab Sevio. "mmm abang dilapangan basket ya ra, ngobrol aja dulu" lanjutnya lalu meninggalkan mereka berdua

Aura mengangguk setuju

"lu ngapain disini ci?" tanya Aura kepo

"biasalah keliling cari cogan komplek. haha siapa tau ada yang nyangkut ke ati ye. soalnya ati gua udah sepi banget, ampe ada sarang laba-labanye coba" gerutu Eci

Aura geleng-geleng melihat kelakuan temannya ini.

"ra, gua lanjut ya. lu olahraga lagi, byee" pamit Eci sembari meninggalkan Aura

"ok" jawabnya

Aura berlari hingga sampai di lapangan basket. Ia terkejut karena melihat Dimas, Farrel dan Sevio yang sedang bermain basket bersama

"ra!" sahut mereka bertiga kepada Aura yang masih terdiam

"oh hai!" jawab Aura

"gabung." suruh Farrel cuek

"jadi tim gua ra!!" ajak Dimas

Farrel terdiam. Ia malu jika mengajak Aura dengannya. Malu karena dihadapan Sevio dan Dimas. Ia hanya suka bertingkah dihadapan Aura saja.

"hm ok" jawab Aura

Sevio dan Farrel menjadi satu tim, sedangkan lawan mereka adalah Aura dan Dimas. Entah angin darimana, Aura mau menerima ajakan Dimas.

prittt, suara mulut Sevio yang seperti peluit

Mereka memulai permainan itu. Sevio dan Farrel sangatlah jago. Maka dari itu alasan mereka setinggi bambu. Sedangkan Dimas dan Aura, tidak ada kerja sama. Mereka seperti bermain sendiri, tidak berkomunikasi. Sesuka-suka mereka.

"raaa siniin basketnya! Aura! Gua mau main juga!! Auraaaa" panggil Dimas

"gamau." ucap Aura jutek

Aura terus mendribble bola itu. Ia hanya menunduk untuk melihat bola itu, tidak melihat kedepan. Lalu karena hal itu, Aura bertabrakan

"ehhhh..!!!" ucap Aura terkejut namun ia bingung, bingung karena ia jatuh ditempat yang empuk "kok empuk tapi ada kerasnya ya?" tanya Aura polos

Farrel. Ia yang menjadi bantal untuk Aura. Aura jatuh tepat di dada Farrel. Entah bagaimana ceritanya, mereka bertabrakan lalu Farrel bisa menjadi bantal untuk Aura

"hm ini gua" sahut Farrel

"eh! sorry. abis enak sih" jawab Aura cuek lalu ia berdiri

Saat Aura berdiri. Dimas, Sevio dan Farrel meliriknya. Mencari arti kalimat yang diucapkan Aura barusan

"abis enak sih?" tanya Sevio meledek

"ih maksutnya gasakit gitu loh nyaman" jawab Aura gugup

"nyaman?" tanya Sevio dengan meledek lagi

"ih abang!" gerutu Aura

Sevio tertawa. Farrel hanya tersenyum. Dimas melihat tak suka pemandangan ini. Ia pergi meninggalkan yang lain

Sevio, Aura dan Farrel bingung. Dimas kenapa?

THE CUTE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang