"Bersembunyi yang beralaskan kasur empuk, dibalik sleeping bag kehangatan, dan seketika kabut tetap hadir menemani malam yang terasa panjang"
Macet, panas, lesu. Semua terasakan dalam perjalanan menuju tenda. Ngantuk yang begitu hakiki pun hadir menemani perjalanan panjang itu. Namun sayang, aku tak dapat tidur. Ku coba memejamkan, ku coba lagi, lagi, dan lagi. Sayang, tetap saja aku tak bisa.
Meminum seteguk air yang dingin karena efek AC dalam bis. Menyegarkan kerongkongan hingga mengurangi masalah dehidrasi. Mencoba memasukkan sedikit makanan ke dalam mulut untuk mengisi sedikit kekosongan perut. Hingga akhirnya sampai ditempat tujuan dengan udara yang begitu dingin menghantam tubuh kecil ini menjadi batuan beku.Sungguh dingin, sangat dingin. Ditambah dengan angin yang berdatangan. Serta kabut yang melintas. Dan tak lama kemudian, gemercik hujan pun datang membasahi lingkungan sekitar tenda. Uh, apa dayaku yang terus bersama oleh penghuni tendaku yang sebenarnya. Sehingga ku hanya dapat menumpang dengan beberapa kawanku yang ikut terusir juga. Rasanya tak tenang, jika harus tidur di tenda orang. Ya, meskipun ku tau isi semua tenda itu adalah kawan-kawanku. Tapi, ku merasa telah mengganggu tempat tidurnya yang seharusnya lega dan kosong.
Ku terus meratapi ponselku. Ku terus memainkannya sampai-sampai ku harus memakai powerbank hingga dapat terus memainkannya. Sedikit terasa penyesalanku saat aku harus terus memainkan ponselku. Baterai ponselku benar-benar low. Begitu pula dengan nasib powerbank ku. Sungguh, rasanya aku ingin cepat pulang saat itu. Tak ada lagi hiburan yang ku dapatkan. Bagaimana dengan teman-teman sekitarku? Mereka dapat tertawa, dapat bahagia. Meramaikan tenda itu. Dengan ditemani sie pengda yang menjual berbagai produknya. Ya, aku pun ikut membelinya. Membeli pop mie yang baunya dapat menggugah orang yang sedang tertidur. Selain itu, dapat sedikit menghangatkan tubuh yang hampir membeku ini.
Setelah ku lahap segelas pop mie itu, aku kembali mendekati tas ku. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur empuk yang berada di tenda itu. Ya, namanya saja tenda VIP. Jadi, tak perlu sakit-sakit tubuhnya mengenai gelombang-gelombang dari batu karena telah terisi kasur empuk disana. Ya, bayangkan saja seperti berada di atas rumah panggung. Meskipun tak senyaman di hotel impian, tapi setidaknya tidur nyenyak bisa tercapai. Aku mencoba mengambil kesempatan tidur lebih awal sebelum mereka teridur pulas terlebih dahulu. Mencoba memejamkan mata, tertidur, tertidur, dan sial ! Ternyata, aku tak bisa tidur. Udara dingin di luar mengganggu kenyamananku.
Lalu, apa yang harus ku lakukan? Tak mungkin aku memainkan HP ku. Tak mungkin juga aku pergi keluar, karena hujan tak kunjung berhenti. Kabut pun semakin tebal. Ya, ku cobalah, bermain dengan mereka. Mencoba mengakrabkan diri, meskipun merasa aneh untuk diriku.
Perlahan-lahan hujan mulai reda, kabut pun sedikit demi sedikit menghilang. Aku pergi menuju depan tenda, untuk mengabadikan momen indah disana. Sengaja aku memotret sebagian dari tenda yang berisi lampu gantung, serta di depannya terdapat pemandangan yang mungkin tak begitu terlihat. Karena kabut masih setia menutupinya. Tapi sungguh, terlihat indah! Ya, aku memang bukan fotografer terkenal. Tapi setidaknya aku telah sempat mengabadikan foto-foto indah bersama tenda itu.Tenda yang banyak mengajarkanku arti kebersamaan, tenda yang banyak mengajarkanku arti sosial. Aku tak bisa jika harus terus sendiri, aku harus beradaptasi. Dengan mengenal mereka satu persatu, meskipun tak semua ku ketahui. Tapi, yang terpenting adalah keramahan. Karena keramahan adalah nomor satu untuk menjadikan rasa sosial itu ada dan penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Masa Depan Dibalik Nama dan Impian [SELESAI √] WATTYS2020
Teen FictionKetika seorang Ananda menapaki jalan hidupnya dengan setumpuk cita-citanya yang harus ia raih. Bagaimana ia menjalani hidupnya dengan menemukan berbagai rintangan sebesar apapun tetap ia terjang, dukungan-dukungan yang ia dapatkan adalah salah satu...