TEGAR

20 7 0
                                    

“Ejekan adalah sarapan saya, penolakan adalah makan siang saya, kritikan adalah makan malam saya. Itulah yang membuat saya lebih tegar dan kuat”

Disini, aku bukanlah ingin mendeskripsikan, ingin mengungkapkan, ingin mengatakan makna TEGAR yang sesungguhnya.
Ku hanya ingin menceritakan, berbagai pengalaman. Dari seorang adik, yang lahir dengan bobot 3,5 kg dan menangis dalam dekapan. Adikku, yang telah diadzankan dan diberi nama oleh kedua orangtuaku “Tegar Baruna Yanottama” dengan nama panggilan TEGAR.
Ya, itulah yang ingin ku ceritakan, yang ingin ku ungkapkan dan yang ingin ku abadikan.

Meskipun mungkin tak selamanya ku dapat bersama dengannya di dunia ini, namun ku berharap kita dapat berkumpul di surga-Nya nanti. Kelekatan yang menyatu bagaimana karang dan mutiara yang tersimpan di dalamnya. Tak dapat dipisah dan tak dapat terlupakan satu dengan yang lainnya. Cinta dan kasih sayang selalu bersama kita. Meskipun terkadang pertengkaran pun kita temukan dan lakukan. Namun itu hanya sekadar hiasan, yang menjadikan sebuah lukisan hitam putih yang menjadi pelajaran kehidupan.

Bahwasanya kehidupan tak selamanya selalu putih, tak selamanya selalu halus, tak selamanya selalu bersih. Di dalamnya kan terdapat suatu titik hitam atau bahkan tinta hitam yang terjatuh hingga mengotori bagian putih itu. Seperti itulah hidup, ujian yang begitu banyak namun nikmat yang kita rasakan pun begitu banyak pula. Sungguh Tuhan Maha Adil.

TEGAR. Disaat kamu lahir di dunia ini. Aku bukanlah lagi menjadi anak tunggal yang mungkin harus sendiri dan mendapatkan kasih sayang lebih, namun aku telah menjadi seorang kakak yang akan selalu bersamamu dan menjagamu. Meskipun dahulu ku merasakan keirian berat karena ku merasa kasih sayang ku terbagi denganmu. Aku selalu mengusilimu dan membuatmu menangis, hingga pada akhirnya ku yang dimarahi. Padahal, aku hanya ingin mendekatimu dan menyayangimu. Hanya saja dulu, caraku salah. Aku belum mengerti, aku hanya ingin dapat berbagi senyum denganmu, aku tak ingin membuatmu menangis.

TEGAR. Seandainya kamu tahu. Hidupmu sangatlah indah dan bahagia. Sungguh beruntungnya dirimu. Namun, bukannya aku ingin mengungkit masa kecil itu. Hanya saja ini menjadi sebuah pembelajaran agar kau dapat belajar dan mengerti, bahwa kamu harus bersyukur. Kau dapat ditemani seorang ayah ketika ibu melahirkanmu. Masa mu pun telah berbeda dengan masaku dulu. Jikalau bisa ku putarkan layar bioskop di depanmu dan memutar video-video masa kecil, maka akan ku putarkan untukmu. Namun, aku tak dapat memutarnya, karena itu hanyalah khayalan semu.

TEGAR. Disaat dirimu telah menginjak masa sekolah dasar. Kau telah dapat berinteraksi dan bermain denganku. Gerak-gerik lucumu membuat ku semakin gemas dan tak ingin kehilanganmu. Disaat selang infus tertancap di kakimu. Bekas-bekas tusukan memenuhi tangan dan kakimu, dikarenakan sulitnya perawat itu menemukan nadimu. Mungkin jika ku melihatnya langsung waktu itu, aku takkan dapat menahan air mataku tuk jatuh. Begitu menderitanya dirimu merasakan sakit itu.

TEGAR. Disaat rasa iba menggelantung dalam hidupku. Ketika ku harus bermain sendirian dirumah tanpa hadirnya dirimu yang terkadang membuat hidupku lebih berwarna. Ku ikhlaskan air mataku menetes deras disaat dirimu harus memakai selang-selang yang lebih banyak. Ruang ICU adalah kamarmu saat itu. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan. Aku masih terlalu kecil untuk mengambil sebuah keputusan terbaik. Aku hanya dapat menangis dan mendoakanmu. Hanya itu yang ku bisa. Sungguh tak berdayanya diriku. Sungguh tak bergunanya diriku. Dan sungguh tak berwarnanya hidupku jika pada akhirnya aku harus kehilangan adik yang paling ku sayangi.
Perjalanan koma mu sangat panjang, aku tak tahu apa rahasia Tuhan untukmu. Namun, ketika suatu hari Tuhan memberikan petunjuk untukmu. Memberi jalan untuk keselamatan hidupmu. Seketika itu ku merasa lega, aku bahagia, aku senang, aku gembira, dan yang pasti aku sungguh sangat bersyukur mendengarnya. Kamu bisa sembuh adikku, kamu pasti bisa, kamu akan selalu bersamaku, kmau akan tetap bersama denganku. Tuhan sangat baik, Tuhan memang baik, terima kasih Tuhan.
Padahal saat itu detak jantung serasa tak bergerak lagi.

Ketika mendengar seorang dokter berkata “kita sudah menyerah, kita tidak tahu apa sebenarnya penyakit yang dialami adik ini”. Seketika kata “frustrasi” sudah hampir menjadi teman hidup. Namun ternyata, semua itu berbanding terbalik. Disaat ku tahu kabar bahwa adik bisa disembuhkan, dengan suatu alternatif. Disana ku sungguh sangat merasa bahagia. Aku menangis. Sebegitu bahagianya kah aku sampai air mataku ikut tertumpah. Sungguh, kasih sayang ini begitu besar untukmu adik.

Disaat dirimu menginjak masa remaja, di mana saat ini kau mulai tumbuh besar. Kita sudah mulai bisa bekerja sama. Meskipun terkadang pertengkaran masih terjadi. Tapi mungkin memang, hal itu tidak akan dapat hilang sampai nanti. Kita sudah dapat melengkapi satu sama lain. Meskipun terkadang persepsi dan pendapat kita sangat berbeda. Tingkah laku dan sifat mereka sangatlah berbeda. Akan tetapi hal tersebutlah yang dapat kita kolaborasikan bersama. Dirimu begitu usil, itulah ciri khas dan keistimewaan mu bagiku. Dirimu juga cerewet, lebih cerewet dariku. Tapi jika dirumah itu tidak ada suaramu, maka rasanya rindu akan dirimu akan menyelimuti. Semua segala kekuranganmu itu adalah hal yang istimewa. Dan semua segala kelebihanmu itu adalah hal yang berharga.

Janganlah kau bersedih. Dirimu adalah seorang yang TEGAR. Dirimu adalah TEGAR. Aku akan selalu bersamamu. Kamu akan tetap menjadi adikku. Seberapa pun mungkin aku pernah memarahimu di batas kesadaran normalku. Di mana mungkin aku sempat tak ingin menganggapmu adikku, karena kesalahan-kesalahan berlebih yang dirimu perbuat. Tapi itu hanyalah amarah belaka, amarah semu. Yang dapat reda dan kembali bersih. Dirimu adalah lelaki kedua yang selalu ada untukmu. Kau akan menggantikan posisi ayah suatu saat nanti. Jadilah pemimpin dan iman keluarga yang baik.

Janganlah lupakan aku. Ingatlah dulu kita selalu bersama. Ingatlah disaat kita bekerja sama. Ingatlah disaat kita bertengkar hanya karena sebuah mainan. Ingatlah disaat kita membantu ayah dan ibu dirumah. Ingatlah semua yang pernah kita lakukan bersama. Baik suka maupun duka.
Aku tak tahu lagi, apa yang harus ku ceritakan tentangmu. Pada intinya aku sangat menyayangimu adikku.

Menjemput Masa Depan Dibalik Nama dan Impian [SELESAI √] WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang