Siapa Aku ? (Part 3)

18 6 0
                                    

“Ketika cinta itu datang di saat yang tidak diinginkan. Cinta hadir di waktu yang tidak tepat. Sementara saat itu kita tak bisa menghentikannya, dan tak mungkin melabuhkannya secara halal. Kita menyadari bahwa jalan masih panjang. The show must go on: kuliah harus kelar, lapangan kerja di luar sana sudah menanti”

Berbicara tentang rasa dan cinta, setiap orang pasti merasakan hal itu. Suka, cinta, benci adalah suatu perpaduan rasa yang terdapat pada setiap insan manusia untuk menyatakan kasih sayangnya terhadap insan manusia yang lainnya. Ya, seperti itulah definisi rumitnya menurutku. Membahas soal rasa, terkadang mood bisa naik turun. Karena kebingungan pikiran dan hati untuk mengungkapkan dan menjelaskannya, namun dengan segala kekuatan elemen yang ada, 24 jam aku siap untuk mengungkapkan dan menjelaskannya.

Menurutku rasa itu ambigu ya, karena terkadang sulit untuk ditelaah, apalagi ditebak. Seperti rasaku terhadapnya yang tak tahu mau dibawa kemana. Kemarin merasakan bahwa aku cinta kamu, besok bisa jadi merasakan aku cinta dia, bahkan kamu cinta dia dan dia cinta aku. Ya, gitu aja terus ya. Sampai ulat bulu jadi mamalia, dan ayam jadi binatang reptil.

Menyimpan segala perasaan terhadap seseorang itu pasti sangat mengganjal banget, kayak habis makan kerikil gitu. Bikin otak gak karuan, selalu memikirkannya, bahkan bisa sampai demam tuh. Tapi, kalau disuruh mengungkapkan takut, deg-degan kayak udah mau koma aja gitu bahkan udah mau ke titik. Bingung apakah aku cinta dia beneran atau hanya nafsu belaka, entar pas jujur ternyata realita tak seindah ekspektasi yang dibayangkan. Kan sedih gitu ya, entar bisa-bisa bunuh diri dari pohon cabai. Terkadang sadar juga bahwa perasaan itu tak bisa dipaksakan, karena perasaan itu bukan pemerasan.

Mengungkapkan suatu perasaan itu sulit, karena ada beberapa alasan sampai-sampai dikatakan sulit. Yang pertama karena takut disaat kita telah mengungkapkan segala isi hati, seseorang yang menjadi sasaran tersebut ternyata tak menaruh hatinya tuk kita (sakit banget !). Yang kedua adalah berbicara tentang waktu, di mana kita perlu menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan hal tersebut kepada seseorang. Jadi, kalau menurut pengalamanku lebih baik pendam dulu deh ya, meskipun mungkin dengan cara memendam membuat hati kurang tenang, gak nyaman, jadi terus-terus kepikiran. Tapi, aku yakin itu adalah cara terbaik, kalau memang mau tenang coba aja deh curhat sama Tuhan, bicara 4 mata sama Tuhan, pasti Tuhan akan memberikan jawaban yang sangat baik untuk masalah-masalah kita.

Memiliki perasaan terhadap seseorang adalah hal yang wajar, begitu juga denganku yang hanya manusia biasa. Karena memang itu sudah kodratnya kan. Tapi, terkadang aku takut merasakan lebih dari hanya yang berawal sekadar rasa, lama-lama jadi cinta, kan bahaya kalau belum saatnya.
Terkadang bingung jika harus memilih untuk bertahan single sampai wisuda, atau nikah sebelum wisuda. Ya, pasti banyak sih yang dipikirkan, apalagi aku memiliki impian, cita-cita dan aku memiliki planning tersendiri tentang hal-hal itu. Tapi terkadang dengan sendirinya hal itu seketika muncul dalam benak pikiran (bahas nikah).

Lalu, apa yang harus kulakukan? Begitu tertutupnya aku, sehingga terkadang aku merasakan bahwa aku bisa menyelesaikan dan mengambil keputusan secara pribadi untuk segala permasalahanku. Padahal, beban pasti ada, dan pasti aku juga butuh arahan dari orang tua. Namun, saat ini aku mulai belajar bagaimana aku bisa menceritakan sedikit demi sedikit masalahku, meskipun belum semua aku dapat menceritakannya. Apalagi tentang percintaan atau perasaan, aku begitu tertutup akan hal itu. Rasanya tak penting aku menceritakan perasaan-perasaanku yang masih semu dan labil ini, tak hanya itu! Rasa traumaku akan hal penolakan pun masih terlukis indah dalam memori panjangku. Tak semudah itu aku bisa melupakannya, meskipun aku sudah tak terlalu memikirkan hal itu.

Terkadang kesedihan selalu hadir jika orang tua membahas sebuah pernikahan, hal itu membuat pikiran kemana-mana. Aku pun memiliki pandangan dan kriteria tersendiri untuk seseorang yang akan mendampingiku (nanti), aku bukan tipe orang yang suka dikekang, apalagi diatur. Tapi, bukan berarti aku egois, aku hanya tak suka orang-orang mengatur hidupku, hal-hal yang menyangkut kepribadianku, apalagi masalah percintaan. Karena aku punya persepktif tersendiri akan hal itu, dan pasti aku akan merasakan hal itu, tanpa aku harus dijodoh-jodohkan ataupun dipaksa.

Cinta itu tak bisa dipaksakan, rasa cinta itu harus dirasakan dengan keikhlasan, sungguh-sungguh. Kalau dari awal saja untuk mencintai karena terpaksa, bagaimana dengan kehidupan-kehidupan yang selanjutnya? Bisa jadi penuh dengan pemaksaan atau bahkan kekerasan.

Entah, aku juga merasakan keheranan. Mengapa aku bisa se-sensitif itu jika membahas tentang rasa. Padahal aku juga memiliki rasa, hanya saja rasa itu belum pasti. Saat ini aku hanya ingin menghindari rasa sakit, tidak ingin rasanya merasakan hal itu lagi. Maka dari itu, mau tidak mau kita harus memiliki target tersendiri untuk sudah memiliki rasa kepastian dengan rasa niat untuk serius menjalani hubungan. Ya, tentu saja hal itu sangat rahasia. Dan aku pun tak bisa mengelak dan menolak apabila Tuhan lebih memiliki target dan rencana lain dari apa yang telah aku rencanakan. Ya, pasti terdapat suatu keindahan di dalam rencana-Nya. Hanya saja, aku benar-benar ingin merasakan , keindahan yang sudah ada pada rencana-Nya itu, benar-benar tak sabar.

Ya, sebagai seorang manusia yang jauh dari kata kesempurnaan, lebih banyak khilafnya dari pada pahalanya. Jadi, simpanlah dulu rasa itu, jika ingin mengungkapkan, ungkapkanlah pada sang Pemberi Rasa akan memberikan rasa cinta nya terhadap makhluk yang mencintai-Nya.
Selamat menemukan cinta.

Menjemput Masa Depan Dibalik Nama dan Impian [SELESAI √] WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang