Teguh POV
"Kenapa Sisil jadi ketakutan dan gugup gitu ya sama aku?"
"Sudahlah, mungkin karena Sisil belum terbiasa saja. Dia hanya perlu beradaptasi dengan ku"
Melihat muka memerahnya akibat rasa gugupnya membuat wajah cantik itu semakin mengemaskan.
Gadis yang berhasil membuatku jatuh cinta dari dulu, sekarang, dan hingga nanti. Dan sekarang dia telah resmi menjadi milikku, istri dari Teguh Prayogo.
Dia istriku, aku berhak atas dirinya, sepenuhnya.
Pipinya semakin mengembang merah saat aku membisikkan kata - kata untuk menggodanya.
Bug !!!!
Kepalan tangan kecil itu berhasil mendarat di perutku. Sakit? Jelas tidak. Tenaga Sisil belum apa - apa dibanding denganku.
Tubuh mungil itu segera keluar dengan berjalan cepat, aku tau kamu pasti malu mendengar kataku tadi.
Segera ku pakai kaos dan celana jeans ku, dan turun ke bawah untuk makan malam.
Kini aku berjumpa lagi dengan Sisil di meja makan. Sisil segera melayani ku. Diambilkannya nasi, ayam kecap dan telur ceplok.
Bang Angga mulai memancing topik pembicaraan. Sisil terlihat bingung dan berusaha mencerna apa yang sedang kami perbincangkan.
"Bun, dengar sendiri kan? Di usahakan sepuluh cucu dari teguh" timpal Ayah
Sisil langsung tersedak dan meninggalkan meja makan dengan alasan, keran air belum dimatikan. Padahal yang mandi terakhir aku, dan kerannya sudah aku matikan. Alasan yang tidak logis Sisil.
"Ayah, Bunda, Bang, Mbak. Saya ke atas dulu ya"
"Ehhh Guh, jangan lupa buatin anak buah" seru Bang Angga
"Sepuluh orang kan Bang? Gampang"
"Dasar bocah" timpal Ayah sambil tertawa
Bang Angga, dia tau saat dimana ia harus tegas dan saat dimana ia harus bersikap santai. Kakak asuh yang jadi panutanku sewaktu di Akmil dan sekarang dia jadi kakak iparku. Aku merasa geli ketika Sisil menyebutnya "Mas Macan" dan diriku "kadal ijo"
Terdengar suara Sisil dari balik pintu, segera ku buka pintunya.
"Hmmm, tadi baru aja ngomong sendiri. Sekarang pura - pura tidur, mana pakai selimutnya gitu lagi 😂 nggak kehabisan oksigen apa?" batinku
Kebiasaan ku adalah tidur dengan memakai boxer dan kaos. Tapi kelihatannya Sisil penasaran tadi sore dengan otot bisep ku dan perut six pack ku 🙈 mungkin dia terpesona dengan suaminya yang perfect ini 🙊
Aku mencoba membangunkan Sisil, akhirnya dia bangun dan segera menjauhkan tubuhnya dariku.
Aku tau apa yang kamu fikirkan. Sekarang yang harus aku lakukan adalah membuat Sisil kembali tenang.
Gadis yang berusia 22 tahun ini telah resmi menjadi istriku. Terpaut usia lima tahun lebih muda dariku. Tapi tetap saja tingkahnya seperti anak - anak. Terkadang dengan tingkah lucunya itu yang membuat aku tertawa, dan ide konyol nya itu membuat aku geleng kepala. Namun aku tetap mencintainya.
Sudah menjadi istri yang sah, minta ditembak untuk pacaran 😸
Ada ada saja permintaan istriku ini, tapi sudah menjadi kewajibanku untuk membahagiakannya. Lagipula benar kata Sisil, aku dan dia belum merasakan pacaran 😅 tiba - tiba langsung nikah 😁 sebab aku tak ingin Sisil menerima lelaki lain, dan mana mungkin ia bisa move on dari kadal ijo nya 🙊
Aku mengajak Sisil untuk tidur, karena sudah larut malam.
Tapi sedari tadi Sisil hanya memandang ku saja.
"Udah tidur, udah malam Dek"
Aku tau maksud Sisil, segera ku rentangkan tangan kiriku supaya Sisil bisa tidur di lenganku. Benar saja, Sisil langsung mendekap erat tubuhku.
"Tidur ya, sudah malam" ujarku sambil merapikan rambut Sisil yang berantakan
Di tahannya pergelangan tangan kananku.
"Itu lengan bekas luka apa?" tanya Sisil
"Luka biasa, ini bukan luka menurutku. Tapi kebanggaan besar buatku. Yang menandakan kami prajurit sejati. Malah jika semakin banyak aku semakin bangga, sebab aku melaksanakan sumpahku"
Aku merasa lenganku basah
"Dek, kok nangis sih?" tanyaku
"Aku takut kamu kenapa - napa" jawab Sisil sambil segegukan
"Percayalah suami kamu ini tahan banting"
"Dulu aku suka ditinggal Mas Angga pergi tugas. Tapi sekarang aku tidak suka. Bukan hanya Mas Angga saja yang aku khawatirkan tapi kamu juga Mas" Sisil makin menangis dan mencengkram lenganku "aku nggak tau ada berapa luka di tubuh Mas Angga dan juga kamu"
"Hust.. Jangan nangis. Ini sudah panggilan negara"
Aku berusaha menenangkan Sisil, hingga akhirnya dia mulai terlelap.
Lantas bagaimana caraku untuk memberi tau Sisil bahwa lusa nanti aku harus kembali tugas ke Kalimantan??? 😓
Aku tidak tega meninggalkannya seorang diri. Tapi Sisil tidak bisa ikut denganku, dia harus mengurus urusan di kampusnya dan mencari surat pengalaman kerja. Baru ku pastikan dia bisa ikut aku. Ditambah lagi ambisi Sisil buat jadi PNS
Aku tidak bisa egois dengan wanita yang amat aku cintai. Aku tidak ingin menghancurkan mimpinya.
Alamat 😭😭😭😭 jauh dari istri 😩😩😩
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Kapten
Romance#Tersedia di google play store / play book# (Series 1 & 2) "Bersabarlah menungguku kembali di setiap tugasku, akan ku hadiahkan sebuah pertemuan sebagai buah penantianmu" -Lettu Teguh Prayogo- "Laksanakan tugasmu, sebagaimana bentuk pengabdianmu. P...