Tiga Belas

16.3K 723 9
                                    

Sungguh, liburan yang membosankan. Setiap hari hanya bangun, bersih - bersih, sarapan, nonton tv, tidur, bangun, gitu mulu. Nggak ada temen buat main. Sore itu, saat aku sedang tidur bunda datang membangunkanku.

"Sisil, ayo bangun Nak. Ada teman kamu diluar" tutur bunda sambil mengusap kepalaku.

Aku mengusap kedua mataku "siapa Bunda? Ini sudah mau magrib Bun" tanyaku

"Ayo temui dulu" pinta bunda.

Aku mengikuti langkah Bunda dari belakang. Dengan keadaan yang masih ngantuk berat aku menuruni setiap anak tangga.

Mataku serasa akan keluar dari lubangnya melihat sosok yang sedang berbincang dengan Ayah.


"Mas ?!!! Mas ngapain kemari?! Mas tau dari mana alamat rumahku?!" tanyaku antusias

"Sisil, duduk dulu" tegur Ayah

Aku menarik tangan Mas Teguh untuk beranjak dari sofa, seperti anak kecil yang merengek minta di belikan permen.

"Mas pulang ya Mas, kalau ketauan Kakakku ndak lucu. Nanti Mas Angga marah, ayo buruan pulang" renggekku.

Ayah dan Bunda sama - sama membujukku.

"Sisil, Teguh jauh - jauh dari Pasuruan datang kemari masak ya tega kamu usir?!" tegur Ayah

"Teguh datang kemari baik - baik Sil. Mas Angga nggak bakal marah. Percaya sama Bunda" sahut Bunda

"Teguh mau main kesini Sil. Kamu hormati Teguh sebagai tamu. Ntar biar Teguh tidur di ruang tamu" jelas Ayah

"Apa?!! Ayah bercandanya kelewatan. Kalau Mas Angga pulang? Sisil bisa habis sama Mas"

"Mas Angga nggak marah sama Sisil" tugas Bunda

"Terserah kalian aja" aku langsung kembali ke kamarku.

Karena ada Mas Teguh di rumahku,aku tidak keluar kamar. Perasaan mu sangat kacau balau. Aku harus mencari cara supaya Mas Teguh bisa angkat kaki dari rumahku. Tapi, aku juga tidak tega melihatnya. Kenapa harus aku Mas? Kenapa tidak wanita lain saja?


Malam ini, ada Mas Teguh yang ikut serta makan malam. Aku dibuat kikuk oleh kehadiran Mas Teguh. Tapi aku tidak kehilangan akal. Ku ambil nasi hingga sebagian piring tertutupi, dua potong ayam, satu sendok tumis kangkung, dan satu potong tuna goreng.

"Sil, habis kamu nanti?" tanya Ayah

"Sisil, dihabiskan nanti. Bunda nggak mau ada sisa di piring" tegur Bunda

"Ayah.. Bunda.. ini porsi Sisil seperti biasanya" jawabku sambil menelan ludah.

"Ndak boleh ada sisa, aduhh Sisil ini namanya nyiksa diri. Lebih baik di kamar terus tadi" batinku.

Aku melahap makan malamku. Ayah, Bunda, dan Mas Teguh telah selesai makan malam. Tinggal aku saja, kira - kira tinggal lima suap lagi akan habis. Tapi perutku terasa sudah penuh. Dan akhirnya aku bisa menghabiskannya, sekarang perutku sangat penuh. Bisa nggak makan selama sehari besok.

Setelah selesai makan malam, aku duduk di teras rumah. Berharap rasa sakit diperutku berkurang. Begah sekali rasanya.

"Ikut Mas yuk, kita jalan - jalan. Pasti perut kamu sakit gara - gara maksa makan besar tadi" ujar Mas Teguh

"Nggak, Sisil ndak maksain diri. Emang mau jalan kemana? Lebih baik Mas yang ikut Sisil ke minimarket. Daripada ndak ada tujuan kemana" sahutku

"Bagaikan hubungan kita Mas, tanpa tujuan" batinku

"Yaudah, ayo berangkat!" Mas Teguh menenteng jaketnya dan beranjak dari duduknya

"Jalan Kaki" pintaku

"Baiklah. Mas ijin dulu ya. Tunggu sini" tegas Mas Teguh




Cieee sweet banget ya Mas Teguh 😍😍

Mau dong, jalan berdua sama Mas Teguhnya Sisil 😘😘

Kira - Kira apa yang terjadi setelah ini ya??

Dear KaptenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang