Sore itu, pertengahan musim panas, di perbatasan Seoul dan Busan, hujan turun dengan derasnya, Eunha hanya bisa memeluk Jungkook yang tengah duduk di kursi rodanya sembari mengistirahatkan kepalanya di bahu Jungkook, menatap hujan dari balik jendela kamar rawat inap kekasihnya itu. Rencana mereka untuk jalan-jalan menikmati udara sore, harus disimpan jauh, karena hujan tiba-tiba mengguyur, dan Eunha tidak mungkin membawa Jungkook bermain hujan.
"Kenapa kau cemberut seperti itu hm?" Tanya Jungkook sembari menjawil pipi gembul Eunha. Gadis itu bukannya menjawab, tapi malah mengaduh kesakitan. Cubitan pemuda itu terlalu kuat.
"Maafkan aku." Katanya kemudian, sembari menecup pipi gadis itu. Eunha balas memukul lengan Jungkook. Sudah disiksa lalu di cium, Eunha tidak mengerti jalan pikiran Jungkook, tapi ia gemas.
"Kau mau menunggu sebentar disini?" Tanya Jungkook, sembari melepaskan diri dari pelukan Eunha, mendorong kursi rodanya sendiri.
"Kau mau kemana??" Tanya Eunha, saat melihat Jungkook menggerakan kursi roda itu ke arah pintu, pemuda itu hendak keluar. Eunha buru-buru mencegahnya.
"Kau mau kemana, sayang?" Tanya gadis itu sembari berlutut didepan kursi roda Jungkook.
"Aku ada perlu keluar sebentar, aku akan baik-baik saja. Kau tunggu sebentar disini. Sebentar saja." Kata Jungkook sembari mengusap pipi gadisnya.
"Kondisimu baru saja membaik sayang, ingat kata dokter terapi yang menanganimu, jangan terlalu memaksakan dan jangan terlalu banyak bergerak, jadi aku tidak mengijinkannya, kau hanya boleh keluar dengan syarat aku ikut, tidak kau sendirian."
"Aku hanya akan ke tempat informasi sayang, didepan sana. Tidak jauh, dan aku hanya akan meminjam sesuatu dari mereka, ku harap kau mau menunggu disini." Si gadis keras kepala langsung menggelengkan kepalanya. Sekali tidak boleh ya tidak boleh. Begitu batin gadis itu, tetap kekeuh.
Jungkook menghela nafas, pasrah.
"Baiklah, baiklah nona muda yang menggemaskan. Kau boleh ikut dan menjagaku sampai ke sana."
Setelah perdebatan kecil tadi, keduanya menuju tempat informasi, Jungkook masih kekeuh, menjauhkan Eunha dan meminta gadis itu menjauhinya agar ia leluasa berbicara dengan petugas.
"Aku sudah mendapatkannya." Ujar pemuda itu, sembari mengangkat payung transparan yang berhasil ia pinjam dari pusat informasi rumah sakit.
"Untuk apa payung itu?"
"Jalan-jalan." Eunha mendelik, mendengar jawaban Jungkook.
Di luar masih hujan, dan kekasihnya itu sengaja meminjam payung untuk jalan-jalan. Bila tidak aneh, memang bukan Jeon Jungkook namanya, hanya saja pemuda itu sedang sakit, bagaimana bisa Eunha mengiyakan keinginan Jungkook?
"Ayo!" Seru Jungkook membuyarkan lamunan Eunha. Pemuda itu memimpin didepan, susah payah memutar roda kursinya, Eunha langsung menghampiri dan membantu mendorongnya.
"Biar aku saja." Ucapnya sembari tersenyum.
Ternyata di luar hujan sudah mulai mereda, hanya menyisakan gerimis, langitpun perlahan berubah, tidak semendung sebelum hujan turun tadi.
"Summer Rain." Kata pemuda itu pelan, hampir tak terdengar tertimpa suara gemericik air hujan.
"Kau suka?" Tanya Eunha, keduanya berjalan-jalan di sekitaran taman rumah sakit, Jungkook mengangguk dari kursi rodanya.
"Aku suka hujan di musim panas, karena aroma Petrichornya begitu kuat saat hujan musim panas."
"Petrichor, apa itu aroma petrichor?" Tanya Eunha bingung.
"Petrichor itu aroma tanah tandus yang terkena air, dan biasanya aroma khas itu hanya tercium saat cuaca panas yang membuat tanah kering lalu hujan turun dan membasahinya, coba kau hirup aromannya."
"Aku tidak terlalu suka aromanya, terlalu pekat." Kata Eunha, tapi kemudian gadis itu menghirup terus menerus aroma tanah tandus yang terguyur hujan itu, membuat Jungkook tersenyum.
Gadis itu bilang tak suka, tapi ia terus saja menghirup aroma itu terus menerus, sembari menengadah menatap langit yang kini mulai semakin terang, tapi gerimis itu masih ada.Jungkook memetik beberapa bunga yang di tanam di area taman rumah sakit, pemuda itu menggenggamnya, sebelum memanggil Eunha untuk menatapnya.
"Apa itu?" Tanya Eunha sembari terkikik geli, saat menoleh mendapati Jungkook dengan wajah serius sembari menggenggam bunga yang di arahkan padanya.
"Untukmu." Kata pemuda itu singkat.
"Kenapa tiba-tiba memberikanku bunga?" Tanya Eunha bingung, karena selama mereka dekat, selama mereka menjalin hubungan, Jungkook bukan tipe yang seperti dirinya saat ini, pemuda itu lebih banyak membuat Eunha nyaman karena perlakuannya bukan karena hadiah hadiah mewah seperti yang selalu di berikan kekasih teman-temannya.
"Anggap saja tanda terima kasih, karena kau ada disini untukku." Kata Jungkook, Eunha mengambil bunga itu, dan menghirupnya sembari tersenyum, lucu karena ia tahu jelas-jelas bunga itu bukan mawar atau lily yang memiliki aroma harum, tapi tetap saja gadis itu menghirupnya seolah-olah yang di berikan Jungkook padanya itu adalah sebuket besar bunga mawar merah yang harum.
"Nanti ku belikan yang lebih bagus saat aku sembuh, untuk sekarang itu saja dulu, cukup bukan?" Tanya Jungkook, takut Eunhanya keberatan. Tapi bukannya menjawab, gadis itu malah memeluk tubuh Jungkook dari belakang dengan amat erat, sembari mengecup pipi pemuda itu.
"Terima kasih juga sudah hadir dalam kehidupanku."
TAMAT
Cerita berlanjut ke buku berikutnya. Bisa di cek di work :)
Winter - Eunkook
KAMU SEDANG MEMBACA
❥ Summer - Eunkook 🐰
Hayran KurguSemenyilaukan matahari musim panas, seperti itu juga cinta Jeon Jungkook pada Jung Eunha.