PROLOG

8.9K 482 28
                                    

باسملله الرحم ن الر حيم

📝 Author's Note

1. Pastikan sudah membaca Al-Qur'an sebelum membaca KCdA

2. Jangan lupa tekan 🌟 sebelum membaca, dan komen 🔥 setelah membaca

3. Silakan share quote atau adegan favorit kalian (boleh d ig, snap wa, dkk). Jangan lupa tag aku @rifkarizki12 dan mention #KalamCintadiAndalusia

4. Ambil yang baik dari cerita, dan buang jauh² adegan yg tidak seharusnya 👀

5. Selamat menyelami dunia orange 😆 semoga mendapat banyak ilmu lewat KCdA 😚

'
'
'
'
'
'
'


Semburat sinar sang surya sore nampak memesona indah terekam jelas di manik hitam pekat khas orang Indonesia itu. Gadis cantik itu terus melantunkan salawat di bibir mungilnya sembari menatap lukisan Tuhan pada mega yang terhampar indah kala langit sore di Andalusia.

Senja, ya itulah senja. Gadis cantik yang berusia tujuh tahun itu sangat kagum pada senja. Karena senja di langit Andalusia begitu indah.
Sebuah lukisan tanpa tinta yang tersaji dengan indahnya di hamparan langit biru. Perpaduan warna senja kala itu begitu elok dan memesona bagi siapa pun yang melihatnya.

Perpaduan warna ungu dan jingga yang terpoles rapi di atas hamparan langit berawan nan menawan. Gadis itu mengulum senyum tipis di bibirnya. Nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?

Gadis itu mengunci pandangannya pada seorang gadis berkucir dua yang berumur sebaya dengannya. Gadis itu dituntun oleh kedua orang tuannya dengan penuh kasih sayang. Sesekali sang ayah dari gadis perempuan itu menciumnya penuh kasih. Tanpa terasa, sebulir cairan bening mengalir membasahi pipi mulusnya.

"Ahahaha ... teman-teman, lihat deh! putri teroris itu haus kasih sayang dari dady-nya. Pastilah dady-nya nggak mau mengakuinya sebagai seorang putri, lihat aja dia itu jijik! Nggak lebih dari ulat ! ahahaha ...," teriak Eliza, teman sekolah Angeli pada sekumpulan teman-temannya yang lain.

Gadis berhidung mancung dengan mata teduh itu tak membalas apa pun yang dihinakan Eliza. Mungkin perkataan Eliza ada benarnya juga. Mungkin selama ini ia tidak bisa memeluk sang ayah karena sang ayah menganggapnya sebagai putri teroris. Sebagaimana cemoohan warga kompleks rumah Angeli tinggal.

Sebagai seorang muslim yang tinggal di daerah minoritas muslim, Angeli dan bundanya sudah terbiasa mendapat hinaan dan cemoohan dari warga sekitar. Bahkan ia dan ibunya mendapat julukan 'Teroris' padahal hal itu sama sekali tidak benar. Apa karena sehelai kain yang menutup mahkota kepalanya menandakannya sebagai seorang teroris? Apa karena baju yang menjuntai ke tanah dan menutupi lekuk tubuh itu ciri-ciri teroris? Lalu bagaimana dengan orang-orang di luar sana yang berpakaian serba mini dengan tubuh yang dipamerkan pada seseorang yang belum halal? Apa yang demikian itu pantas disebut sebagai pelacur?

"Heh! Putri teroris kenapa diam? Heum? Asma kamu umat lagi iya? Ahahaha ... mana Tuhan kamu itu! mana TUHAN! YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG lo itu!" bentak Eliza kasar dan mendorong tubuh mungil Angeli. Angeli semakin terisak dalam tangisnya. Di tambah lagi rasa sesak di dadanya. Saat ini, gadis kecil itu hanya bisa melantunkan Salawat Al-I'tirof yang telah dajarkan bundanya ketika ia sedang gelisah.

"Maaf Eliza, aku permisi dulu. Assalaamu'alaikum, semoga Allah merahmatimu," gumam Angeli singkat lalu berlalu dari arah gadis berwajah Eropa dengan rambut keritingnya.

Kalam Cinta di Andalusia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang