Aku baik-baik saja tanpamu. Tidak ada yang berubah meski awalnya kurasa sedih saat hatiku patah. Nyatanya hidup masih bisa kulanjutkan. Ketakutan itu hanyalah hal yang berlebihan. Seolah aku tidak akan punya apa-apa lagi jika kau pergi. Aku salah memahami diriku. Semua hal yang kucemaskan dulu kini adalah masa lalu yang tak lagi kurindu. Aku merasa lebih tenang sekarang. Tanpamu semua masih bisa berjalan sesuai yang kuinginkan.
Kau dulu memang begitu penting. Kau kupikir paling paham akan aku. Perasaan pernah kuserahkan sepenuhnya padamu. Hingga suatu ketika kau punahkan semua harapanku. Kau tak seindah yang kuperjuangkan. Kau tak sehebat yang kubanggakan. Kau nyatanya biasa saja. Kau tidak pernah sanggup mempertahankan yang pernah kujaga. Lalu, untuk apa aku terus bersedih menderita mengingatmu?
Aku sadar, kau tidak layak membuat impianku memudar. Kau sama sekali bukan orang yang berhak membunuh mimpi-mimpiku. Jikalau memang kau tak bisa bersanding sebagai pendamping, biarlah kubiarkan kau menghilang dan hening. Aku terus melaju bersama mimpi-mimpiku. Hidupku harus bertambah lebih baik meski tanpa dirimu. Menghilanglah saja. Berkelanalah lebih jauh arahnya. Tanpamu, semua harapan dan cita-cita akan tetap bisa kuwujudkan menjadi nyata.
--boycandra
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME [LENGKAP]
Poetrykita hanya hitam dan putih, tidak usah lagi mengadopsi warna lain, berdua pun kita bisa memikat hati. -- Maros, 2017. -5 Maret 2019 - #11 in prosa #1 ceritabahagia -25 Maret 2019- #4 in poetry #6 in curhatan