13 - Curhat

14.5K 1.2K 39
                                    

Lo bayangin deh, gimana perasaan lo ketika sahabat lo semenjak teka menjauhi lo. Nggak lagi menghubungi lo, nge sms-in lo, ngingetin lo buat makan atau perlakuan dia yang bikin lo nyaman. Tapi malah menganggap lo itu nggak ada. Istilahnya ketika lo bersama dia, lo hanya dianggap sebuah batu yg secara ajaib punya perasaan kayak manusia. Nah, begitulah yang gue rasakan saat ini. Seorang teman bernama Aldi Syarief Gunawan ngejauhi gue.

"Lo ada masalah sama Aldi?" Andre menepuk bahu gue yang sontak bikin gue terlonjak.

"Ng...nggak kok." Gue menggeleng mencoba berbohong. Gue harap cuman gue, Aldi, Askar dan Tuhanlah yang tahu masalah gue saat ini.

"Serius? Lo nggak mencoba berbohong dari gue kan?" tanya Andre menyelidik.
Dasar cowok peka.

Gue tertunduk di pagar tembok tingkat dua. "Gue emang ada masalah sama Aldi," ujar gue akhirnya.

Andre menepuk punggung gue. "Lo bisa share sama gue."

Curhat sama ember kayak lo? Gue fikir-fikir lagi deh.

"Lo nggak usah khawatir kalo rahasia lo kebongkar. Gue juga bisa jaga rahasia kok."

What? Dia tau isi fikiran gue. Oke gue ralat, dia bukan cowok peka tapi cenayang berwujud cowok SMA.

Gue memandang dia lekat-lekat sambil ngomong dalam hati 'lo bisa gue percaya kan?' dan entah kenapa ini anak malah ngangguk. Tiba-tiba gue jadi merinding dah.

"Biasa aja kali," ujar dia seraya menepuk punggung gue sampe gue terbatuk-batuk. Sialan, dia suka main kekerasan rupanya.

Gue kembali memandang lapangan. Gue hampa tanpa Aldi, dan gue berusaha ngindarin Askar sekarang. Entah kenapa gue nggak pengen ketemu ama dia sekarang.

"Masalah itu kayak kentut bro, kalo lo tahan-tahan lo akan merasa menderita. Tapi kalo lo keluarkan, emang lo akan merasa malu, tapi lo akan merasakan kelegaan setelah itu."

Gue terkekeh, analogi yang aneh. Guepun memandang Andre lekat-lekat.
Gue menghela nafas.

"Tunggu sebentar!" teriaknya sambil bergegas ke kelas dan keluar sambil menyeret dua buah kursi.

Dia mendudukan gue di kursi. "Nah apa yang akan lo ceritain ke gue?"

"Gini." gue menghela nafas berat. "Ini nggak ada hubungannya sama gue dan Aldi," ujar gue bohong.

"Tapi kenapa Aldi nampak ngejauhin lo?" cerocos Andre sambil menyemburkan air surga dari mulutnya.

"Diem!" bentak gue sambil membekap mulutnya. Persetan dengan ludahnya.

"Tetangga gue namanya si A, bekerja menjadi sekretaris si B. Nah si A punya sodara si C. Jadi si A punya rasa sama si B, tapi si C malah nentang hubungan mereka," ujar gue.

"Kenapa si C malah nentang?" tanya si Andre. Syukur dia nggak peka kalo si A si B dan si C itu orang yang dia kenal.

Gue mendekatkan mulut gue ke telinga Dwi. "Karena si A dan si B itu sejenis," ujar gue setengah berbisik yg sukses bikin si Andre menganga.

"Oh May God. Mereka gay?" tanya Andre dengan mata melotot bak ikan.
Gue mengangguk pasti. Lebay banget si Andre.

"Gimana menurut lo?" tanya gue seraya menggoyang-goyangkan tangan di depan mukanya Andre. Nampaknya dia syok berat.

"Dia maksa gue buat kasih solusi. Makanya gue gegana beberapa hari ini."

Andre mengambil nafas.
"Suruh aja mereka goyang dumang."
Dan tangan gue mendarat di kepala Andre.

"Gue serius dodol!"

"Hmmm..., emang si A itu cinta banget ya sama si B?"

"Nggak, si A itu masih ragu. Tapi dia yakin kalo dia sayang sama si B." ujar gue memandang anak kelas X yang dipalak Yakuza Junior.

"Jadi?" tanya Andre. Gue memandang cowok itu.
Pertanyaan macam apa itu bro?

"Jadi apa?"

"Si C tau kalo si A menyukai si B?"

"Iya, si C juga tau kalo si B juga menyukai si A. Tapi si C malah nyuruh si A berhenti bekerja dengan si B," ujar gue tertunduk. Entah kenapa gue melankolis sekarang.

Andre tersenyum.
"Lo nggak usah galau gitu dong. Mungkin si C butuh penjelasan dari si A. Mungkin si C belum dapat menerima, karena itu nggak sesuai dengan norma kita," ujar Andre menepuk bahu gue.

"Dan lo perjuangkan cinta lo sama si B. Buktikan ke si C, kalo lo sama si B emang saling memcinta."

Gue memandangnya lekat-lekat. Entah kenapa gue berkaca-kaca sekarang.
"Ato opsi kedua, kalo lo emang ragu. lo jauhi si B. Kalo dia emang cinta sejati lo, dia pasti nggak akan kemana kok, dia akan kembali ke elo kok. Tapi kalo dia nggak deketin lo, berarti dia bukan cinta sejati lo.

Lo hanya cuma membuka hati lo lebar-lebar. Lo tanyain diri lo sendiri mana yang terbaik, karena hati nurani nggak bakalan bohong," ujarnya seraya kembali melakukan kekerasan ke gue.

"Oh ya, gue harap masalah lo sama si Aldi bisa cepat kelar. Beri penjelasan sama si Aldi dan buatlah dia mengerti. Karena sahabat sejati akan menerima lo apa adanya," tandasnya seraya memegang dua tangan gue.
Gue nggak ngeh kalo mata gue udah basah sekarang.

"Makasih Ndre, lo udah memberi gue solusi. Gue nggak tau lagi sama siapa harus curhat," ujar sambil mengelap ingus gue pake punggung tangan gue.

Andre memandang jijik ke gue.
"Udah, sebentar lagi waktu istirahat tuh." Andrepun menyeret kursinya kembali ke kelas.
"Semoga masalah lo cepet selesai A," katanya sambil ngedipin matanya.

"Makasih Ndre," bisik gue sambil kembali memandang lapangan.

Emang betul kata si Andre. Gue harus menyelesaikan kesalah pahaman ini dan membuktikan ke Aldi kalo rasa gue ke Askar nggak salah. Thanks buat Buk Er yang nggak hadir sekarang.

Gue memandang beberapa siswa kelas XII yang udah pada keluar kelas.
Tapi tunggu? Apa maksud si Andre bilang 'semoga masalah lo cepat selesai A'?

Apa jangan-jangan?

Tiba-tiba badan gue sulit digerakkan.

Andre emang cenayang berwujud siswa SMA.
Fuck!

--- tbc
R~

------

Hai minna gue kembali. Mohon maaf gue telat mempublikasikan bagian 13 ini karena kesibukan gue beberapa hari ini yang nggak dapat gue tinggalin. Semoga antum semua faham dengan posisi gue saat ini.

So, gue mohon vote dan komentarnya. Selamat membaca dan salam.

R~ 😘

MY BELOVED ASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang