48 - Anonymous

7.8K 417 195
                                    

Semua doa yang gue hafal telah gue rapalkan semenjak dari kamar hingga sekarang, berdiri mematung dengan tungkai lemas dan badan menggigil di depan Mama yang memandang ke arah layar tablet dengan wajah poker face beliau. Gue bisa mendengar detak jantung gue yang berdegup kencang. Mama yang tanpa ekspresi, sukses membuat tangan gue bergetar dan mengeluarkan keringat dingin. Lutut gue juga semakin goyah berlama-lama berdiri akibat efek dari ketakuatan yang mendera. Gue berdehem sehingga Mama lalu mengisyaratkan gue duduk di kursi rotan yang ada di samping beliau.

"Ada apa Ma?" tanya gue berhati-hati, berpura-pura tidak tahu, setelah pantat gue sempurna mendarat di kursi rotan hadiah Nenek beberapa tahun yang lalu.

Mama berdehem, "Tolong jelaskan ini ke Mama!" ujar beliau menyodorkan tablet bewarna hitam itu ke arah gue. Gue memandang tablet dan mata beliau bergantian sebelum menerima tablet tersebut dengan was-was. Gue kemudian meletakkan tablet tersebut di pangkuan gue. "Ceritakan ke Mama maksud dari foto itu!" titah beliau lagi.

Gue menoleh sejenak ke arah Mama sambil menelan ludah yang telah terkumpul di ujung kerongkongan gue sejak tadi. Gue lalu menutup mata, membaca Al-Fatihah supaya gue diberikan pertolongan oleh Yang Maha Esa untuk mengatur kata-kata yang tepat sehingga Mama dapat mencerna penjelasan gue nanti dengan lapang dada. Jika kalian semua berfikir gue bakalan mencari kata-kata untuk mengelak, kalian salah. Gue telah tertangkap basah dan tidak ada lagi alasan yang dapat gue sampaikan jikalau tidak ingin semua bertambah buruk. Pasrah, itulah kata kuncinya.

Gue lalu menarik nafas sambil membuaka mata, menatap layar e-mail Mama yang menampilkan layar berlatar belakang ladang tulip yang ditutupi oleh layar putih transparan dengan foto romantis gue berdua dengan seseorang. Gue terkesiap dengan foto yang terpampang jelas di layar kaca tablet Mama hingga otomatis gue mengucek mata beberapa kali, sebelum gue melirik Mama yang berlipat tangan menunggu jawaban dari anak tunggalnya. Darah gue yang tadi menggelegak tiba-tiba mereda. Begitupun jantung gue telah kembali berdetak normal.

"Siapa cewek itu?" tanya Mama tanpa ekspresi.

Gue meneguk ludah mengatur kata-kata yang pas dalam menjawab pertanyaan Mama. "Ng..., teman Adrian Ma."

"Teman atau temen?"

Gue menundukkan kepala gue, "Ha... hanya sekedar temen kok Ma," jawab gue ragu-ragu tanpa mau melirik Mama. Tubuh gue yang panas dingin dengan ancaman anonymouse tadi tiba-tiba kembali normal seperti biasa. Bahkan rasanya tubuh gue seperti ditutupi awan di tengah padang pasir (walaupun gue belum pernah ke padang pasir) setelah melihat sang pengirim foto. Akan lebih mudah mencari alasan jika foto tersebut bersama perempuan, bukan bersama lelaki.

Gue tersenyum penuh kemenangan. Ini pasti kerjaan Aldi, ya si Edogawa Conan gue. Rencana yang telah kami susun dengan matang berhasil. Gue kembali melirik layar tablet Mama, menampilkan foto gue sepayung berdua dengan Tia. Dikirim ke akun pribadi Bunda.

Gue melirik Mama sekilas, kemudian kembali menatap layar tablet. Gue harus dapat membalikkan keadaan sehingga Mama tidak terlalu kepo dengan foto ini.

Gue berdehem, "memang kenapa Ma?" pancing gue menatap Mama lekat-lekat. Hal tersebut sukses membuat beliau tergagap. Ekspresi Mama langsung berubah. Ya kesempatan yang mungkin saja beliau jadikan sebagai latihan drama ini tidak berhasil beliau manfaatkan sebaik mungkin. Maaf Ma, anakmu tidak akan memasuki lubang dua kali karena anakmu bukan top.

Kini giliran Mama yang berdehem. "Mama tidak pernah melihatnya sebelumnya, jadi Mama nanya sama kamu nak," ujar beliau tergagap.
"Teman kamu?"

"Iya, dia teman sekolah Adrian. Namanya Tia, anak IPS, sekarang Sekretaris OSIS," jawab gue lugas.

"Pantesan Mama nggak pernah melihat dia."

Gue terkekeh dengan jawaban Mama yang sedikit aneh. "Ya iyalah Ma. Adrian kan nggak pernah ngajak cewek ke rumah ini," ujar gue tersenyum. Gue tahu kemana arah tujuan pembicaraan Mama sekarang. Ada burung dibalik sempak rupanya.

MY BELOVED ASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang