Raja Ampat di Tanah Papua
Terkenal sampai penjuru dunia
Selamat membaca semuanya
Jangan lupa vote dan komen ya------
“Lo bakalan pindah ke Surabaya kan, Kar?”
Sontak pertanyaan gue membuatnya terkejut sekaligus kehilangan kata-kata dalam menjawab pertanyaan mudah gue itu. Dia hanya perlu menjawab ya atau tidak, simple, sehingga semua jelas tanpa ada perasaan was-was di hati gue lagi.
“Lo jangan diam gitu dong Kar, jawab Kar, jawab!” teriak gue. Emosi gue tiba-tiba meledak bagaikan erupsi gunung Merapi. Gue mengguncang-guncang badannya yang menatap nanar kasur yang dia duduki.
Askar menatap gue dengan air mata menggenang di matanya. Ada rasa penyesalan yang terpatri di wajahnya, membuat gue semakin yakin kalau itu bukan hanya akal-akalan bi Ijah untuk ngeprank ataupun menipu gue.
“Ya, gue bakalan pindah ke Surabaya. Bokap sama Nyokap gue bakalan bercerai,” jawabnya.
Gue hampir terhuyung kebelakang. Air matanya telah jatuh bercucuran. Bocah besar gue yang nakal menangis di depan gue, membuat gue luluh tidak sanggup berbuat apa-apa. Rasanya ada beban berat yang menahan gue untuk melakukan sesuatu kepadanya. Kita saling pandang dengan tatapan sama-sama menyedihkan. Sebelum gue sadar dan mengelus kedua pipinya yang basah dengan kedua jempol gue. Gue berusaha tersenyum lalu memeluknya.
“Gue nggak mau kehilangan lo Rian,” ujarnya lirih.
“Gue nggak sanggup untuk nggak berdekatan dengan lo setiap harinya. Gue nggak sanggup untuk berpisah dengan lo," ujarnya lagi. Hati gue hancur berkeping-keping. Bukan hanya lo Kar, tapi gue juga.
"Gue juga nggak mau kalau Bokap sama Nyokap gue berpisah."Gue melepaskan pelukan, menangkup kedua pipinya dan menatapnya dengan senyum yang dipaksakan.
“Hey hey, malu ah nangis gitu. Masa ketua Yakuza Junior cengeng.” Gue meletakan kening gue ke keningnya sambil tetap terus tersenyum. “Hey, nggak ada yang akan berpisah Kar. Gue yakin itu. Kita akan cari solusinya bersama-sama, oke? Kita cari solusi buat mempersatukan Papa dan Mama lo, kita cari solusi supaya lo nggak jadi pindah ke Surabaya. Kita juga cari siapa itu anonymous, dan ... hey lo lupa, lo bakalan dapat sepuluh besar buat macarin gue kan. Ingatkan?”Askar mengangguk.
“Siap kita pacaran nanti, kita bisa jalan-jalan bareng, main bareng, lo bisa main dan nginap di rumah gue, lo gue ajak ke markas rahasia gue..., apa lagi ya?”
“Kita bisa bermesraan, gue ngefuck lo?”
Perkataan Askar tadi mebuat gue membelalakan mata saking terkejutnya. Di saat seperti ini, fikirannya masih kotor memikirkan hal yang belum kefikiran oleh gue.
Gue mengangguk. “Ya seperti itu lah, kita mau ngapain bisa. Mandi bareng, tidur bareng, pertandingan persahabatan senam lima jari juga bisa kok.”
Askar terkekeh dengan perkataan gue, sehingga senyum kembali terpatri di wajahnya.
“...kita bisa melakukan hal apapun yang kita inginkan nanti.” Gue membelai pipinya. “Gue seutuhnya milik lo Kar.”
Kita terdiam sejenak sebelum Askar mengecup bibir gue sebentar. Dia lalu menatap mata gue lekat-lekat penuh keraguan.
“Bagaimana, kalau gue tetap pindah ke Surabaya? Gimana kalau Bokap sama Nyokap gue tetap bercerai?"
Gue berusaha tersenyum, seperti tidak terjadi apa-apa. Guepun ragu dengan jawaban yang akan gue berikan kepada Askar, ini sangat sensitif baik dengan Askar maupun dengan gue.
Gue membelai pipinya kembali. “Kita LDR lah. LDR itu nggak susah kok, kita bisa telfonan, video call bareng. Ya nggak?” jawab gue dengan sesak yang membuncah di dada. “Pas waktu libur, lo bisa datang ke sini, atau gue yang ke sana. Nggak ada yang sulit kok Kar.
Oh ya, soal Papa dan Mama lo yang bakalan pisah. Nggak ada yang bakalan berubah kok, mereka tetap orang tua lo. Lo tetap bisa mendapatkan kasih sayang mereka. Memang salah satu di antara mereka tidak tinggal bareng lo lagi. Tapi gue rasa itu bukan masalah besar bagi seorang Askar Bastian Putra. Iya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BELOVED ASKAR
RandomIni kisah tentang gue dengan Askar, ketua geng Yakuza Junior yang meresahkan warga sekolah. Sebagai pihak yang berwenang untuk itu, gue bertekat akan membubarkan geng yang telah lama bercokol di sekolah gue ini. Namun takdir berkata lain, ketika...