39 - Diculik

5.1K 452 95
                                    

Gue mengerjap-ngerjapkan mata, mengumpulkan ingatan gue di tengah ruangan yang minim penerangan ini. Terakhir, gue tengah berada di dalam kelas Askar sebelum sebuah tangan menyumpal mulut gue hingga gue tidak sadarkan diri.

Astaga! Gue diculik.

Gue mencoba bergerak, meraba-raba sekitaran berusaha mencari tahu dari ke empat indra gue yang masih berfungsi maksimal di mana gue sekarang. Insting gue berpendapat, kalau sekarang gue berada diatas kasur yang empuk dengan warna yang mungkin cerah, ada selimut yang lembut dan pasti ini diatas spring bed.

Gue lalu merangkak seraya meraba-raba dengan mata gue yang masih beradaptasi dengan lingkungan minim penerangan. Gue merasakan kehadiran seseorang di sudut ruangan yang gue yakin adalah sang penculik. Seorang penculik paling berani di seantero Indonesia, yang menculik brondong SMA di sekolahnya saat masih banyak siswa di lapangan. Gila, bagaimana dia bisa lolos dari kejaran siswa di saat selebriti sekolah mereka lagi diculik oleh orang yang tidak dikenal.

Dia menyadari pergerakan gue yang sudah gue pelankan sepelan ular sanca. Penculik itu terdengar beranjak dari kursi atau sofa, entahlah, mendekati gue yang sudah ada di tepi ranjang dengan langkah pasti, lalu dengan sigap menangkap pergelangan tangan kanan gue. Gue berontak sekuat tenaga namun dengan hasil yang sia-sia.

Si penculik lalu dengan cepat membanting gue, sehingga tubuh gue tertelentang terhempas ke kasur. Sial, pergelangan tangan gue sangat sakit dan mungkin saja ada memar di sana akibat pegangan sang penculik yang kuat.

Nafasnya memburu laksana seorang pemburu yang hendak menerkam mangsanya, lalu menindih gue yang berusaha berontak. Segala macam umpatan dan nama hewan mengalir deras dari mulut gue. Dia memegangi kedua pergelangan tangan gue seraya menuntun kedua tangan gue menyilang diatas kepala, lalu menahan pergelangan tangan gue dengan tangan kirinya. Apa dia adalah Anonymous? Atau seorang maniak yang suka memperkosa korbannya lalu memutilasinya hidup-hidup. Oh God.

Bulu roma gue berdiri membayangkan itu semua, dan rasa ketakutan semakin menjadi jika gue akan menjadi headline koran penuh sensasi dengan bahasa vulgar yang tidak perlu gue sebut namanya, dengan judul 'Maho Baru Meletek Dientot Maniak Hingga Tewas, lobangnya jadi longgar tidak bisa di pakai lagi hingga akhirnya dimutilasi'.

Duh apa kata dunia ntar, bisa heboh pertelevisian Indonesia karena kasus gue. Sidangnya akan diliput televisi seluruh Indonesia dan keluar fatwa beserta undang-undang dari berbagai lembaga Indonesia karena kasus gue ini. Bisa kalah berita ibukota angkat koper ke Kalimantan. Bisa kacau deh.

Oh Tuhan, tolong hambaMu ini ya Tuhan.

Nafasnya yang penuh nafsu begitu terasa di wajah gue. Gue masih berusaha berontak walau tindihan dan pegangannya sudah berhasil menahan pergerakan gue. Si penculik mulai menciumi gue, dan sekuat tenaga gue mengelak dari ciumannya itu. Gue tidak rela kalau dia mengotori bibir gue dengan bibirnya.

Mungkin karena gue yang selalu berontak, si penculik lalu memegangi rahang gue dengan tangannya yang lain sehingga bibir gue monyong ke depan, lalu dia mulai menyosori bibir gue ganas. Gue masih berusaha mengatupkan bibir gue menolak semua pelecehan yang dia lakukan ke gue. Dia menciumi gue penuh nafsu, bahkan berusaha melesatkan lidahnya ke dalam mulut gue.

Gue menendang-nendangkan kaki, sambil mengeluarkan suara khas orang kena culik untuk menghentikan kegilaan si penculik. Gue berusaha melepaskan kedua tangan gue dari cengkraman si psikopat yang suka menggerayangi korbannya dalam gelap. Bahkan gue juga berusaha mengelinjang-ngelinjangkan badan gue bak cacing kepanasan, menolak semua kegilaan ini.

Dia mencengkram kuat kedua pergelangan tangan gue sampai perih, sambil menahan kaki gue dengan kakinya, dan menindih tubuh gue dengan badannya, sampai gue sesak nafas karena berat tubuhnya. Nafasnya tersengal-sengal, ssperti menatap gue penuh amarah.

MY BELOVED ASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang