29 - Randi dan Pecah Telur

9K 633 45
                                    

------
Mohon maaf guys agak sedikit telat dalam mempublikasikan part 29 ini. Semoga suka. Ditunggu vote dan komentarnya. Malam.
R~ 😘
-------

Gue menatap tajam Askar yang duduk di kursi disamping nakas sambil memandangi tubuh gue dengan pandangan mesum menjijikkan, setelah gue merebahkan badan di kasur penginapan yang sangat amat nyaman.

Rasa kesal ini masih belum mereda atas perlakuannya di toilet cewek tadi siang, yang dapat dikategorikan sebagai tindakan asusila dan pelecehan anak dibawah umur yang termaktub dalam KUHP.

Apalagi perlakuannya itu dapat berbuntut panjang, dengan jatuhnya harkat dan martabat gue sebagai panutan di sekolahan karena ketahuan kencing di toilet cewek, serta melakukan kegiatan tidak senonoh dan asusila dengan seorang cowok di toilet. Ckckck.

Untung saja si saksi mata (Ibeth), berhasil diancam Askar agar tidak ember dengan imbalan foto mesra kami berdua. Dan kalian tahu, semenjak kejadian itu hingga kita berpencar-pencar mencari kamar, Ibeth -teman sekelas gue yang aneh itu- nampak salah tingkah di depan gue dan menghindari kontak mata. Apakah malu sama gue atau takut dengan ancaman Askar si ketua brandalan, gue juga nggak tahu pastinya.

"Tadi di pos bensin, kok lo lama banget dari toiletnya?" Aldi menoleh ke gue sejenak sebelum kembali menatap loteng yang ada di depan matanya. Aldi berbaring dengan posisi terlentang disamping kiri dan Andre yang membatasi gue dengan Askar disamping kanan. Sedangkan Diki udah keluar entah kemana.

Gue menoleh kearah Askar sejenak yang nampak acuh tak acuh dengan pertanyaan Aldi tadi. Nanti gue salah ngomong dan dia marah lagi sama gue. Apalagi ekspresi Andre bangsat yang menatap gue dengan penuh rasa penasaran dengan mata berbinar-binar laksana bintang di langit malam. Kalo nggak gue jawab kan bisa berbuntut panjang, ini anak bisa kepo tujuh turunan.

"Ngg, tadi toiletnya ngantri. And gue juga kebagian terakhir. Kenapa?"

"Nggak ada kok. Gue hanya nanya aja. Gue kira lo diapa-apain lagi sama seseorang," bisiknya sambil menoleh kearah Askar. "Lo nggak diapa-apain kan?"

Gue tercekat, gue harus jawab jujur atau bohong ya ke Aldi. Secara si Askar kampret udah ngegrepe-grepein gue tadi di toilet. Sukses pula membuat gue horni stadium 4. Takutnya apabila gue jawab jujur, Conan Edogawa gue akan mengamuk habis-habisan kayak sapi kurban yang hendak dipotong.

"Ngg, nggak kok. Tadi emang toilet ngantri and gue kebagian terakhir. Makanya lama," jawab gue berdusta.
Aldi cuma ber ooo ria, sedangkan Andre nampak kecewa. Mungkin nih anak sudah berfikiran yang macam-macam -walau sebenarnya iya- kalau gue di grepe-grepe oleh Askar. Cih isi otak lo mudah ketebak Ndre.

"Oh ya by the way Rian, pas lo ke toilet tadi, ada seseorang yang mencari lo."

"Siapa?"

"Randi," jawab Aldi seraya bangkit dari tidurnya dan duduk sambil menatap gue. "Dia nyari-nyari lo, nampaknya penting banget, soalnya raut mukanya itu cemas. Buruan lo tanyain deh, takutnya tuh anak kenapa-kenapa lagi."

Gue mengangguk-ngangguk sambil merogoh saku ponsel gue, mencari kontak Randi dan meng-wa-nya sebelum dia nanti mengadu ke Mama dan menyeret gue ke dalam masalah besar.

Randi, adik sepupu gue itu kadang memang nyebelin. Anaknya itu manja banget dengan gue seperti anak kucing. Pasti pengen dekat-dekat gue terus, banyak kehendaknya yang harus gue turutin. Mungkin karena anak sulung dan dia butuh belaian kasih sayang seorang abang yang melindunginya kapanpun dan dimanapun. Entahlah. Dan apabila gue melakukan sesuatu hal yang membuat dia bersedih, siap-siap saja gue diadukan ke Mama dan dikhotbahi Mama panjang lebar dengan ancaman potong uang jajan beserta kroni-kroninya.

MY BELOVED ASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang