30 - Memanas-manasi Jadi Panas

8.5K 664 55
                                    


Pagi semua, selamat berhari Senin. Maaf karena sedikit telat  disebabkan sinyal yang kurang bersahabat tadi malam. Ditunggu vote dan komentarnya ya.
Oh ya, mulai minggu ini, gue akan usahakan bisa update 2 kali dalam seminggu. Terima kasih. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

------

Gue masih mengerjap-ngerjapkan mata ketika Aldi kembali menepuk-nepuki wajah gue yang sudah terasa amat panas ini. Bukan hanya muka, tangan dan kaki, tapi juga seluruh bagian tubuh gue yang terbuka terasa panas. Ditambah banyaknya orang yang mengerumuni gue saat ini, sukses bikin gue gerah.

Orang-orang yang ada disamping gue dengan berhati-hati memapah gue untuk duduk, ditengah kebingungan dan rasa panas yang menjalar di tubuh gue saat ini. Apalagi Andre yang dengan semangatnya menampol balsem ke tangan gue dan menggosoknya kuat-kuat sehingga menambah rasa panas ditangan gue. Oh Tuhan, ingatan gue belum kembali sedangkan nih anak sudah cari perkara duluan.

"Apa yang lo rasa saat ini?" Aldi bertanya sambil memegang kedua pipi gue dan menatap gue lekat-lekat. Matanya memancarkan kekhawatiran yang berlebihan. Gue kayak orang yang sudah bangun dari kematian saja.

"Lo pusing?" Dan gue hanya bisa menggelengkan kepala sambil menatap mata empatnya itu penuh kebingungan.

Gue memperbaiki posisi duduk sambil mengingat kembali apa yang telah terjadi, peristiwa yang membuat gue tidak sadarkan diri. Tapi memori otak gue seakan error dan tidak dapat diakses oleh otak untuk diambil dan diolah data-datanya. Apa yg terjadi di neuron otak gue? Apa ada kemacetan data disanakah. Ah tumben banget gue lola kayak gini, sampai lupa kejadian yang baru saja terjadi.

Gue mengedarkan pandangan gue ke sekeliling, gue berada di kamar penginapan. Ada beberapa teman anggota kelas gue, ada Ridho cs, Diki, Randi juga ada -yang juga menatap gue khawatir-, Ibu Silvi, Pak Akbar, beberapa orang guru SMA 3, beberapa orang yang tidak gue kenal dan ada senior gay kelas XII beserta pasangannya duduk di sudut ruangan.

Mendadak, laksana bohlam yang melayang atas kepala gue, sesuatu tiba-tiba berputar-putar di otak gue kayak komedi putar. What? Oh ya, gue kembali ingat, mereka yang indehoyan, sampai gue yang hampir melakukannya dengan Askar sebelum gue kehabisan nafas dan pingsan. Ya, gue mendadak ingat dengan kejadian itu. Gue lemas dan tiba-tiba pandangan gue kabur dan berakhir gelap.

Ngomong-ngomong mengenai Askar, dia dimana ya? Kok nggak kelihatan batang hidungnya semenjak gue siuman tadi.

"Askar mana Al?"

Aldi nampak menyeringit, memasang ekspresi ketidak sukaannya dengan pertanyaan gue. Muka macam apa yang menatap gue seperti itu Al.

"Dia lagi cari air buat lo," jawabnya simpel, padat dan berisi.

Gue hanya mengangguk-angguk sambil memandang Aldi dengan wajah bete abis. Dia berdecak dan memandang kearah keluar kamar.

"Lama banget nih airnya," gumamnya.

Ibu Silvi menghampiri gue dan mengusap-usap punggung gue menanyakan kenapa gue bisa pingsan. Aldi dan Andre lalu beranjak dari ranjang dan bergabung dengan Ridho cs meninggalkan gue sendiri  kebingungan dengan pertanyaan Bu Silvi.

Kalian semua pasti setuju, jikalau gue tidak mungkin jawab kalau gue kehabisan nafas karena dikerjai oleh Askar. Bunuh diri namanya bukan. Ntar kehomoan gue terbongkar dan gemparlah sekolah gue dengan headline di mading sekolah 'Dibalik Mukanya yang Alim dan Playboy Adrian Aditya Rupanya adalah Maho'.

Gue meneguk ludah sebelum gue berbohong pura-pura tidak ingat dan tidak tahu kenapa gue bisa pingsan. Untungnya Bu Silvi percaya dan menasehati gue supaya berhati-hati kedepannya. Tidak lupa walas gue yang tercinta juga menyuruh gue untuk beristirahat. Sambil menepuk pundak gue, beliau beserta guru-guru keluar dari kamar gue.

MY BELOVED ASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang