00

13.7K 336 1
                                    

"Woi, Na. Bangun, lo enggak sekolah?"

"Apaan sih lo, Kak. Ini masih jam lima juga," sahut Vienna dengan kesal.

"Jam lima apaan, lo gak liat gue udah mau berangkat ke sekolah gini."

Setelah mendengar ucapan kakaknya, Vienna atau yang sering dipanggil 'Na' itu pun segera mengambil handphone untuk melihat jam. Matanya sedikit membelak dan langsung menatap kakaknya yang sudah melipat tangan di depan dada.

"Masih mau bilang ini jam lima pagi Vienna Putri Argantara?" ucap Vinno dengan nada sedikit meremehkan.

Tak mau lagi membuang-buang waktu, Vienna segera menyibak selimutnya dan berlari menuju kamar mandi.

"Kalau lo belum siap dalam waktu 20 menit, gue bakal ninggalin lo berangkat ke sekolah duluan," ancam Vinno sembari menuruni anak tangga, karena letak kamar Vienna yang berada di lantai 2.

                          ***

Setelah selesai bersiap-siap, Vienna dengan cepat menuruni tangga. Ia tahu kakaknya itu tidak pernah main-main dengan ancamannya. Sampai pada anak tangga terakhir Vienna melihat mama-nya yang masih berada di meja makan.

"Ma, Vienna berangkat sekolah dulu ya," ucap Vienna sambil mencium tangan mama-nya.

"Kamu kok buru-buru banget sih, Na? sarapan dulu, Mama udah siapin nih buat kamu."

"Gak ada waktu lagi, Ma. Vienna udh telat," sahut Vienna.

"Tapii kam--" belum sempat Indri selesai bicara Vienna langsung memotong.

"Bye, Ma." Vienna melambaikan tangan.

"Lama banget sih lo, Na. Bisa-bisa gue juga telat gara-gara nunguin lo."

"Ya, maaf, Kak," sahut Vienna sambil mengerucutkan bibir.

                         ***

Sesampainya di parkiran sekolah, Vienna menghela napas. Tidak diragukan lagi kemampuan mengemudi Vinno yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. Tapi Vienna juga merasa bersyukur karena kakaknya ia tidak terlambat.

Setelah memasuki halaman sekolah hampir semua mata tertuju pada mereka berdua. Bagaimana tidak, Vienna dan Vinno memang terkenal dengan kecantikan dan ketampanan mereka. Tidak hanya itu, mereka juga terkenal dengan sifat cueknya. Tetapi itulah yang menjadi daya tarik mereka berdua. Sejak pertama kali mereka menginjakan kaki di SMA terfavorit itu mereka sudah menjadi pusat perhatian.

Saat masih asyik berjalan menuju ke kelas Vienna mendengar suara seseorang yang sedang memangilnya. "Na," panggil Laura sahabat baik Vienna.

"Ternyata lo, gue kira siapa."

"Kok lo tumben dateng agak siangan?" tanya Laura.

"Iya nih, gue telat bangun jadi kesiangan deh."

Tidak terasa mereka sudah sampai di depan kelas XI IPS 2. Vienna memang berada di kelas XI IPS 2, Sedangkan kakaknya Vinno berada di kelas XII IPS 3.

Vienna memasuki kelas dan melihat dua sahabatnya sedang berpelukan. Mereka adalah Vika dan Rena, lebih tepatnya Vika yang sedang memeluk Rena untuk menenangkan Rena yang sedang menangis.

"Rena, lo kenapa? Kok lo nangis?" Vienna duduk di dekat Rena. Ia memang memiliki sifat yang cuek, namun berbeda saat bersama sahabat-sahabatnya, Vienna sangat perhatian.

"Gue lagi ada masalah sama Alex, Na," jawab Rena sambil menangis.

"Kalau ada masalah di omongin baik-baik dong, Ren. Nangis enggak bakal nyelesain masalah. Lo berhenti nangis, ya," ucap Vienna yang mencoba menasehati.

Rena langsung mengusap air matanya dan berhenti menangis. "Lo bener, Na. makasih, kalian udah nenangin gue." Rena memeluk ketiga sahabatnya.

Ketika mereka berpelukan, datanglah Adit dan Bayu yang juga sahabat dari Vienna. "Gue juga mau ikut pelukan dong," ucap mereka bersamaan sambil tersenyum lebar. Mendengar itu Vienna langsung menoyor kepala Adit dan Bayu

"Enak di elo gak enak di kita," ujar Vienna geli.

JANGAN LUPA VOTE

                

Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang