3

5.5K 175 1
                                    

Vienna berjalan menuju kelasnya dan melihat Vika bersama seseorang yang sangat tidak asing baginya. Ia pun segera menghampiri Vika. Gadis itu sangat terkejut saat tahu orang yang bersama Vika adalah Paramartha.

"Vi, kok lo sama dia?" tanya Vienna.

"Gue duluan ya, Vi," ucap Paramartha.

"Iya, makasih tadi udah nolongin gue." Vika tersenyum manis.

Vienna mengerutkan dahi tidak mengerti dengan situasi itu. "Vi, jelasin ke gue deh kok lo bisa sama dia?"

"Tadi itu gue lagi jalan mau ke sekolah karena gak ada yang nganter, terus ada orang yang mau ngambil tas gue. Gue minta tolong dong. Eh, ternyata Pram yang nolongin gue," jelas Vika.

"Jadi tadi lo hampir di rampok?" Vienna terlihat khawatir.

"Iya, tapi bukan cuma itu, Na. Gue bahkan di anterin sampai ke sekolah sama kak Pram. Ternyata dia gak secuek yang gue kira," tambah Vika lagi.

"Tapi lo gak kenapa-napa kan?"

"Gak kok, gue gak kenapa-napa."

Seseorang menepuk pundak Vienna dan Vika. Mereka menoleh ke belakang.

"Hello girls, dua pangeran tampan datang nih," sapa Bayu dengan cengiran khasnya.

"Bayu, tadi Vika hampir di rampok orang jahat. Besok, kalau lo bawa mobil jemput dia," adu Vienna kepada Bayu.

Bayu dan Adit yang mendengar itu langsung cemas. "Terus gimana, lo gak kenapa kan, Vi?"
"Ada yang luka gak?" tanya Adit menimpali

"Gue enggak kenapa kok, lagian gue udah ditolongin sama kak Pram," balas Vika.

"Pram yang kemarin di kantin itu? ternyata dia baik juga ya," ucap Adit.

***

Ketika jam istirahat berbunyi, Vienna pergi ke perpustakaan. Ia  lebih memilih fokus untuk ulangan yang tinggal sebentar lagi.

Di sana ia melihat Paramartha sedang mencari buku. Ragu, namun ia tetap menghampiri Paramartha untuk mengucapkan terima kasih, karena telah menolong Vika.

"Kak," panggil Vienna

"Hm." Paramartha bergumam tanpa menoleh dan masih fokus mencari buku.

Dasar cuek banget sih. Batin Vienna.

"Makasih, lo udah nolongin teman gue tadi," jelas Vienna sedikit kikuk.

"Oh, itu," balas Paramartha.

Lo jawab gitu doang. Vienna membatin.

Vienna hendak pergi untuk mencari buku, tapi Paramartha mencekal tangannya.

"Itu semua gak gratis."

"Hah! Jadi, lo enggak ikhlas nolongin Vika, gitu?" tanya Vienna dengan kening berkerut.

"Gue ikhlas nolongin teman lo, tapi masa lo gak ada niat buat balas kebaikan gue?" jawab Paramartha santai.

"Iya sama aja itu namanya gak ikhlas bego," kesal Vienna dengan menekankan kata bego.

"Dasar enggak tau terima kasih, udah gue bantuin temennya malah gue yang dikatain bego."

"Ya terus mau lo apa?" tanya Vienna

Paramartha tampak berpikir. "Gue mau lo jadi partner belajar gue, gue denger-denger lo pinter."

"Apa untungnya buat gue jadi partner belajar lo?" tanya Vienna

"Lo bisa nanya pelajaran yang enggak lo ngerti ke gue, gue juga pinter sama kayak lo." Paramartha membanggakan dirinya.

"Kalau lo pinter kenapa perlu partner untuk belajar? Kenapa harus gue? Banyak tuh yang pinter di sekolah ini bukan cuma gue," tanya Vienna menelisik.

"Entahlah, mungkin gue cuma pengen hal yang beda aja. Dan kenapa harus lo, karena gue gak kenal sama orang pinter di sekolah ini selain elo," jelas Paramartha.

"Gue curiga lo gak punya teman, segitu tertutupnya lo sampai gak kenal sama orang pinter selain gue?"

"Gue gak suka banyak omong, lo tinggal jawab mau apa enggak?" tanya Paramartha balik.

Vienna tampak berpikir sebentar. "Oke gue mau jadi partner lo, Gio Paramartha," ucapnya sambil tersenyum.

"Kok lo tau nama gue?" tanya Paramartha sambil menatap curiga.

"Gak usah pikir yang aneh-aneh, lo kan pake name tag." Vienna menunjuk seragam yang dikenakan Pram.

"Berarti sekarang kita partner belajar, deal." Paramartha mengulurkan tangannya.

"Deal," Vienna menjabat tangan pria itu.

Lama mereka saling menatap satu sama lain sambil tersenyum.

"Udahan pegang tangan gue, awas lo nanti nyaman lagi sama gue," ucap Vienna asal.



Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang