Extra Part 1

4.2K 88 6
                                    

Vienna sibuk menandatangani berkas-berkas perusahaan. Ya, sekarang Vienna menjadi seorang CEO di salah satu cabang perusahaan milik Papanya. Sedangkan Vinno berada di cabang lainnya.

Saat ia masih nenandatangani berkas tiba-tiba suara ketukan pintu menghentikan aktivitasnya "Masuk," ucap Vienna.

"Maaf mengganggu, Bu. Ibu Laura dan anaknya ingin bertemu dengan ibu," ucap sekretarisnya pada Vienna dengan sopan.

"Suruh mereka masuk," balas Vienna

"Tante Vienna," ucap seorang gadis kecil yang baru berumur tiga tahun.

Vienna merentangkan tangannya bersiap untuk di peluk. "Sini sayang."

Gadis kecil yang bernama Alice tersebut langsung memeluk Vienna.

"Tumben lo kesini, La." ucap Vienna sudah duduk di sofa yang berada di ruangannya sambil memangku si cantik Alice.

"Mama nyuruh kita nginep di rumah malam ini, gue di suruh bilangin ke elo," balas Laura.

"Gue gak tau Pram bisa apa enggak," balas Vienna.

"Baru juga nikah sebulan udah pada sibuk kerja aja lo berdua."

"Iya mau gimana lagi," balas Vienna sambil mengelus kepala Alice.

"Pokoknya lo berdua harus bisa nginep pasti mama senang," ucap Laura menggendong Alice dan berlalu dari sana.

Vienna mengambil handphonenya di atas meja dan mengehubungi Paramartha.

"Halo, sayang," ucap Paramartha saat sudah menjawab panggilan dari Vienna.

"Sayang, aku ganggu kamu nggak?"

"Enggak, kenapa Na?"

"Kamu masih di rumah sakit?" tanya Vienna di telepon.

"Enggak, aku lagi di kantor kamu," balas Paramartha mengakhiri panggilannya

"Hah! Halo Pram, kok dimatiin sih," kesal Vienna dan menaruh handphonenya.

Pintu ruangannya terbuka dan menampilkan Paramartha di sana. Paramartha menghampiri Vienna, ia melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu. "Kok tadi langsung dimatiin gitu aja sih telepon aku," ucap Vienna. Paramartha tidak menjawab ia malah terus mengecup bibir Vienna.

Vienna mendorong dada Paramartha. "Ish, lagi ngomong juga malah dicium," kesal Vienna.

Paramartha mendudukan Vienna dipangkuannya "Tadi nelpon kenapa?" tanya Paramartha.

"Tadi Laura kesini, katanya Mama nyuruh kita nginep di rumah malam ini," balas Vienna sambil memainkan rambut Paramartha.

"Padahal rencananya nanti malam aku mau,-" Paramartha tidak melanjutkan kalimatnya ia malah memberikan cengiran khasnya.

"Mau bikin aku gak bisa jalan lagi kayak waktu malam pertama kita." Paramartha mengangkat kedua alisnya tanda membenarkan ucapan Vienna. Lalu tangannya bergerak membuka kancing kemeja yang digunakan Vienna.

Vienna segera menghentikannya "Pram ini di kantor."

"Kita gak bakal bisa ngelakuin ini di rumah Mama kamu sayang." Alasan yang digunakan Paramartha agar Vienna tidak menolaknya.

"Tapi.." Vienna tidak bisa melanjutkan apa yang ingin ia katakan karena Paramartha sudah membungkam mulutnya dengan ciuman lembut. Vienna pun tak menolak dan memberikan Paramartha mempermainkan bibirnya.

Ciuman Paramartha mulai turun ke leher Vienna, ia mengecupnya dan sesekali menghisapnya. Entah sejak kapan Paramartha sudah berhasil membuka seluruh kancing kemeja Vienna dan melemparnya ke sembarang arah. Hanya menyisakan bra berwana hitam.

Paramartha melepaskan pengait bra milik Vienna. "Eugh.." lenguhan pertama keluar dari bibir Vienna saat Paramartha menciumi buah dadanya.

"Kamu siap, baby?" bisik Paramartha saat Vienna sudah berada di bawahnya.

"Jangan terlalu banyak omong," ujar Vienna pelan dan sedikit kesal.

***

"Ini dia pengantin baru kita udah dateng," goda Vinno saat melihat kedatangan Paramartha dan Vienna.

"Mama pikir kalian berdua gak bisa nginep disini," ucap Mamanya.

"Bisa dong, Ma," balas Paramartha tersenyum manis.

"Sini sayang sama om ganteng," ucap Paramartha saat melihat Alice sedang bermain boneka.

"Gantengan juga Papanya," sahut Vinno.

"Oh iya kalian berdua gimana, udah jadi belum cucu Mama?" tanya Mamanya melihat ke arah Paramartha dan Vienna secara bergantian.

"Baru juga nikah sebulan, sabarlah, Ma," ujar Vienna.

"Kayak gue dong Na, belum ada sebulan nikah Laura udah hamil," sahut Vinno lagi.

"Iya gue gak ngeraguin kemampuan lo di atas ranjang kok, Vin," balas Paramartha.

"Makanya lo harus belajar dari gue."

"Na, Mama mau cucu secepatnya dari kalian," ucap Mamanya dan berlalu dari sana.

Setelah kepergian mamanya Paramartha melihat ke arah Vienna, Vienna hanya mengendikan bahunya.

***

Keesokan harinya Paramartha bangun terlebih dahulu, sedangkan Vienna masih tertidur dengan lelap dipelukannya. Vienna pasti sangat lelah setelah apa yang mereka lakukan tadi malam.

Paramartha menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka berdua. Ia terus memperhatikan wajah pulas Vienna dan menciumi seluruh wajahnya.

"Berhenti nyiumin aku, Pram," ucap Vienna.

"Aku pikir kamu tidur," sahut Paramartha dan terus menciumi wajah Vienna.

"Gimana bisa tidur, kalau kamu nyium aku terus," balas Vienna mengerucutkan bibirnya.

Paramartha menangkup kedua pipi Vienna dan menciumi bibirnya "Emmmpp." Vienna mendorong dada Paramartha.

"Kenapa sayang?" tanya Paramartha karena Vienna tiba-tiba menghentikan ciuman mereka.

"Aku mual," balas Vienna menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya dan berlari ke dalam kamar mandi.

Paramartha yang melihat itu merasa khawatir  ia segera memakai pakaiannya kembali dan menyusul Vienna.

Paramartha mengernyitkan dahi saat melihat Vienna muntah. "Sayang, kapan terakhir kamu haid?" tanya Paramartha.

"Bulan lalu, emangnya kenapa?"

Paramartha langsung memeluk Vienna. "kamu hamil sayang." Tentu saja Paramartha tahu, karena ia adalah seorang dokter walaupun bukan dokter kandungan tapi ia tahu hal semacam ini. Vienna tidak bisa mengatakan apa-apa ia merasa sangat bahagia.





Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang