28

3.1K 92 0
                                    

"Kamu lama banget sih, Vin," ucap Laura kesal yang sudah menunggu Vinno sedari tadi untuk mengantarnya dan Vienna ke kampus.

"Maaf sayang tadi aku sarapan dulu," balas Vinno.

"Makanya kamu kalau udah tahu mau nganterin aku sama Vienna ke kampus bangunnya lebih awal dong."

"Iya maafin aku sayang," ucap Vinno lalu memeluk Laura. Melihat itu Vienna hanya menggelengkan kepalanya dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Kak ayo berangkat pelukannya nanti aja lagi," ucap Vienna yang mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil.

"Iya sekarang, ganggu orang lagi pelukan aja lo," balas Vinno yang masuk ke dalam mobil di ikuti Laura.

"Masih mending gue gangguin orang lagi pelukan, nah lo gangguin orang lagi ciuman."

"iya iya maaf gue udah ngeganggu ciuman lo kemarin," ucap Vinno yang masih fokus menyetir.

"Lo juga ngeselin kak, kalau gak ada Laura pasti lo bakal nyuruh gue bawa mobil sendiri ke kampus."

"bukannya gitu Na, lo jangan jelek-jelekin gue di depan Laura dong," ucap Vinno yang menoleh sebentar untuk melihat adiknya itu.

"Siapa yang jelek-jelekin lo, itu kan emang benar."

"Kenapa kalian malah jadi ribut gini," ucap Laura yang heran melihat perdebatan kedua kakak beradik itu.

"Vienna yang duluan tuh, yang," balas Vinno membela diri.

"Kamu juga sama," ucap Laura yang membuat Vienna terkekeh pelan melihat wajah Vinno yang ditekuk.

Tak terasa mereka sudah sampai di kampus. Vienna sudah turun dari mobil sedangkan Laura masih di dalam "Kamu gak ada kelas hari ini, Vin?" tanya Laura.

"Enggak, kenapa sayang?"

"Nanya doang, kamu baliknya hati-hati," balas Laura. Saat akan keluar dari mobil Vinno mencekal tangannya.

"Apa lagi Vin?" tanya Laura. Vinno langsung mendekatkan bibirnya ke arah Laura "Kiss me." Tak seperti apa yang dibayangkan Vinno, Laura malah mencium pipinya.
 
Vinno hanya mengerutkan bibirnya dan terlihat sangat menggemaskan. Laura yang melihat itu langsung menangkup kedua pipi Vinno "Uhh.. sayang," ucap Laura lantas keluar dari mobil.

***

"La, anterin gue ke fakultas kedokteran yuk," ucap Vienna.

"Mau ngapain, Na?"

"Gara-gara kepergok kemarin handphone-nya Pram ketinggalan di rumah gue." mendengar itu Laura terlihat menahan tawanya.

"Kalau mau ketawa, ketawa aja lagi gak usah ditahan," ucap Vienna kesal melihat Wajah Laura yang seakan sedang mengejeknya.

"Hahaha.. sorry Na, ayo gue anterin."

"Wahh.. fakultas kedokteran cowoknya ganteng-ganteng ya, Na," ucap Laura saat mereka sudah di fakultas tersebut.

"Gue aduin ke Vinno tau rasa lo."

"Jangan dong, Na. Gue kan cuma mengagumi ciptaan Tuhan, lo kayak gak tau Vinno aja kalau sampai dia tau."

"Gitu aja lo udah takut, cinta banget sama Vinno," ucap Vienna. Laura hanya membalasnya dengan tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya.

Saat sedang asyik mengobrol tiba-tiba terdengar suara seseorang "Boleh ikut duduk gak," ucap seorang gadis.

"Silakan," ucap Vienna yang tidak melihat gadis itu karena masih memainkan handphone-nya.

"Lo yang namanya Vienna, kan?" tanya gadis tersebut.

"Iya, tapi lo siapa ya kok bisa tau nama gue?" tanya Vienna dengan penasaran, Laura pun tak kalah penasarannya.

"Ow ya gue lupa ngenalin diri, kenalin nama gue Dira"

"Dira," ulang Vienna.

"Iya gue Dira, lo tau kan gue siapa."

Vienna maupun Laura hanya diam, mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Gue dengar dari anak kampus lo pacarnya Pram," ucap Dira.

"Kalau iya kenapa, ada masalah?" tanya Vienna menatap Dira tajam.

"Iya jelas ada dong, gue masih cinta sama Pram semenjak ada lo Pram jadi ngejauh dari gue," balas Dira menatap Vienna tak kalah tajam.

Vienna langsung tertawa meremehkan "Gue gak peduli."

"Lo emang tipe ceweknya Pram banget, tapi sayang lo gak tau malu." ucap Dira kesal karena Vienna menertawakannya.

Laura yang mendengar itu ingin membalas ucapan Dira tapi segera dihentikkan oleh Vienna dengan menggelengkan kepalanya.

"Terserah lo mau bilang apapun yang gak masuk akal itu, GUE GAK PEDULI," ucap Vienna dengan menekankan ucapannya di akhir kalimat.

Saat Dira akan membalas ucapan Vienna, suara seseorang menghentikkannya. "Sayang," ucap Paramartha menghampiri Vienna.

"Pram," ucap Dira yang tidak dipedulikan oleh Paramartha karena masih terus menatap Vienna.

"Sayang kamu gak kenapa, kan?" tanya Paramartha sambil memegang kedua tangan Vienna.

Vienna membalasnya dengan tersenyum "Aku gak kenapa kok."

Paramartha menganguk pelan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Vienna dan menepis jarak di antara mereka hingga hidung keduanya bersentuhan.

"Lo ngapain masih di sini, mau ngeliat kita ciuman," ucap Parmartha sinis.

Dengan perasaan sangat marah Dira meninggalkan tempat itu

"Kalau gak digituin mana mau pergi tu orang," ucap Paramartha.

"Dia satu fakultas sama kamu, kenapa gak pernah cerita?" tanya Vienna.

"Aku gak cerita bukan ada maksud apa-apa, ya menurut aku buat apa nyeritain hal itu sama kamu dia gak penting," jelas Paramartha.

"Aku percaya kok sama kamu" ucap Vienna sambil tersenyum, Paramartha langsung mencium punggung tangan Vienna.







Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang