"Kalian udah saling kenal?" tanya Mama Paramartha.
"Iya, Ma. Vienna teman Pram dulu," ucap Paramartha tanpa melihat Mama-nya.
"Dulu, berarti sekarang udah gak temenan dong?"
"Mama kok bisa kenal sama Vienna?" tanya Paramartha mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Tadi mobil Mama mogok di jalan, terus Mama ditolongin sama Vienna. Dianterin pulang," jelas Mama-nya.
"Sekarang kamu ambil mobil Mama gih."
"Tapi aku gak tau dimana tempat mobil Mama mogok," balas Paramartha.
"Vienna tau kok. Na, Tante boleh minta tolong gak?"
"Boleh, minta tolong apa Tante?" tanya Vienna.
"Kamu anterin Pram ke tempat mobil Tante yang mogok tadi ya."
Vienna yang tidak enak menolak permintaan Mama-nya paramartha tersenyum sambil berkata, "Iya tante aku anterin."
"Makasi ya sayang, kapan-kapan kamu harus main kesini lagi."
"Iya, Tante. Kalau gitu Vienna pamit dulu," ucap Vienna sambil berjalan ke luar rumah diikuti Paramartha.
"Ini kunci mobilnya," ucap Vienna dan langsung masuk ke dalam mobil.
Paramartha yang melihat itu menghela napas "Dia masih sama, cuek dan masih belum bisa maafin gue," ucapnya pada diri sendiri.
Saat di dalam mobil mereka berdua tidak berbicara sama sekali. Paramartha yang tidak tahan dengan suasana itu mulai bersuara "Kamu apa kabar, Na?"
"Baik," balas Vienna datar.
"Kamu gak nanyain kabar aku," ucap Paramartha.
"Lo apa kabar, Pram?" tanya Vienna dengan terpaksa.
Paramartha yang mendengar itu terkekeh pelan dan langsung mencubit pipi Vienna dengan satu tangannya.
"Aduh sakit, lo apaan sih suka banget nyubitin gue," ucap Vienna dengan kesal.
"Udah dua tahun gak ketemu masih aja ngegemesin," balas Paramartha. Vienna hanya menatapnya dengan tajam.
"Udah dong marahnya, masih belum bisa maafin aku," ucap Paramartha.
"Tau ah, pipi gue sakit," ucap Vienna sinis.
Paramartha langsung mengelus pipi Vienna yang tadi dicubitnya sambil melihat ke depan. Tanpa ia ketahui Vienna sedang menatapnya.
"Udah sampe," ucap Paramartha sambil melihat ke arah Vienna.
Pandangan mereka bertemu, masih dengan satu tangan Paramartha mengelus pipi Vienna.
"Kenapa ngeliat aku kayak gitu?" tanya Paramartha.
"Gak kenapa kok," jawab Vienna.
"Sekarang pipinya masih sakit?"
"Udah gak," balas Vienna langsung keluar mobil.
"Ini kunci mobilnya, kamu pulangnya hati-hati ya," ucap Paramartha.
Vienna masih belum mengambil kunci mobil yang diberikan oleh Paramartha, Paramartha yang melihat itu pun menjadi bingung "Kenapa?" tanya Paramartha.
"Lo gak kenapa gue tinggal disini sendirian," ucap Vienna.
"Gak kenapa kok, aku bisa ngurus mobil ini sendiri," ucap Paramartha sambil mengambil tangan Vienna dan menyerahkan kunci mobil.
"Gue pulang ya," ucap Vienna. Paramartha hanya membalasnya dengan anggukkan kepala sambil tersenyum.
"Lo sendirian disini, gue pulang ya," ucap Vienna lagi.
Paramartha terkekeh pelan melihat bagaimana Vienna yang mengkhawatirkan dirinya. Ia langsung mendekap tubuh Vienna dengan erat.
"Aku dari tadi udah nahan diri aku buat gak meluk kamu, tapi kamu malah nguji aku terus dengan sikap polos kamu ini. Aku gak kenapa, Na. Aku bisa ngurus mobil ini sendiri. Sekarang kamu pulang ya, nanti Vinno bisa khawatir," ucap Paramartha menjauhkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Vienna. Kedua tangannya masih melingkar di pinggang Vienna.
"Ya udah kalau gitu gue pulang dulu," ucap Vienna.
"Kenapa masih disini, katanya mau pulang," ucap Paramartha.
"Gimana bisa pulang, tangan lo lepasin dulu dari pinggang gue."
"Biarin aku kayak gini bentar doang, aku masih kangen sama kamu," ucap Paramartha.
"Mulai lagi deh. Lepasin gak," balas Vienna kesal.
"Iya iya aku lepasin galak banget sih, kamu pulangnya hati-hati."
Vienna segera masuk ke dalam mobilnya, ia kembali merasakan perasaan itu lagi saat bersama Paramartha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love ✔
Teen FictionApa yang akan terjadi jika cowok cuek ketemu sama cewek cuek ? # 29 - cuek 09.08.18 #675 - fiksiremaja 20.08.18