32

2.9K 84 2
                                    

Vienna melempar handphone-nya ke tempat tidur, ia sudah menyerah menghubungi Paramartha yang tak kunjung mendapat jawaban. Ia duduk di pinggir ranjang sambil memijit pelipisnya. Tiba-tiba handphonenya berbunyi, dengan cepat ia menjawab panggilan tersebut saat melihat nama Paramartha tertera disana.

"Halo Pram, kamu lagi dimana? kok panggilan aku gak di jawab," tanya Vienna khawatir.

"Halo, sorry Na. Ini bukan Pram, ini gue Indra," jawab Indra di seberang sana.

"Hah! kok handphone-nya Pram bisa di elo, Pramnya mana? Lo dimana sekarang?" tanya Vienna yang semakin merasa khawatir.

"Lo tenang dulu Na, Pram sekarang ada di bar bareng gue sama Surya. Dia mabuk dan gak mau pulang karena itu gue ngehubungin lo. Tapi lo gak usah khawatir dia baik-baik aja," jelas Indra di telepon sambil terus menatap Paramartha yang sedang memejamkan matanya, tapi tidak bisa dikatakan tertidur karena sedari tadi ia hanya mengoceh tidak jelas.

"Gue kesana sekarang kirimin gue alamatnya," ucap Vienna sebelum mengakhiri panggilannya.

Agar tidak diketahui oleh orang rumah Vienna lebih memilih naik taksi ketimbang menggunakan mobilnya untuk pergi ke sana.

***

"Lo habis nelpon siapa, Ndra?" tanya Paramartha setengah sadar.

Indra tidak membalas pertanyaan Paramartha karena bagi dirinya tidak ada gunanya berbicara dengan orang yang sedang mabuk.

"Lo mending tidur aja lagi, Pram," ucap Surya menimpali.

"Apaan sih lo nyuruh gue tidur gue gak ngantuk," ucap Paramartha menoyor kepala Surya.

"Untung lo lagi mabuk, kalau gak gue tendang lo," ucap Surya merasa kesal yang dibalas cengiran oleh Paramartha.

"Pram," ucap Vienna ketika sudah sampai disana.

Indra langsung memberi kode kepada Surya untuk meninggalkan mereka berdua.

Merasa ada yang memanggil namanya Paramartha menoleh ke sumber suara "Eh, ada pacar gue datang," ucapnya sambil tersenyum.

"Pram, ayo kita pulang sekarang," ucap Vienna lembut menangkup kedua pipi Paramatha.

"Kita? Lo aja sana," ucap Paramartha melepaskan tangan Vienna di kedua pipinya.

Vienna merasa nyeri di ulu hatinya melihat Paramartha yang seperti ini karena dirinya "Gak Pram, ayo kita pulang."

"Buat apa kita pulang bareng, toh nanti juga lo bakal ninggalin gue kalau ngeliat Dira nyium gue lagi. Karena bagi lo, apa yang lo liat secara langsung itu pasti udah benar makanya lo gak mau dengerin penjelasan gue yaa kan?" ucap Paramartha sebelum terjatuh di pundak Vienna karena kehilangan kesadarannya.

Vienna menahan bobot tubuh Paramartha dengan memeluknya. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya "Maafin aku Pram, maafin aku" lirihnya sambil meneteskan air mata.

Indra dan Surya yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Vienna "Sur, bantu gue bawa Pram ke mobil," ucap Indra pada Surya untuk membopong tubuh Paramartha.

"Na, lo gak bawa mobil?" Tanya Surya.

"Enggak, tadi gue kesini naik taksi."

"Sur, lo anter Pram ke rumahnya. Biar gue nganterin Vienna pulang dulu baru nyusul lo," ucap Indra yang diangguki Surya.

"Jangan, kita anter Pram dulu baru nganterin gue pulang," ucap Vienna.

"Ya udah kalau gitu," balas Indra dan memasuki mobil di ikuti Vienna.

Di dalam mobil Vienna meyenderkan kepala Paramartha di bahunya dan mengenggam tangannya. Sesekali ia juga mencium punggung tangan Paramartha.

"Na, udah sampe," ucap Indra.

Mereka memasuki rumah itu dan melihat wajah panik Mama Paramartha "Pram kenapa, Na?" tanyanya.

Vienna bingung harus menjawab apa, Indra yang menyadari itu mengeluarkan suara. "Kita tadi habis minum, Tante. Biasa ngerayain perayaan kecil-kecilan. Eh, si Pramnya malah keenakan minum gini nih jadinya," jelas Indra sedikit berbohong.

"Astaga anak jaman sekarang ngerayain sesuatu pake minum segala, tumben ni anak mau kamu ajak minum. yaudah kalian bawa Pram ke kamar dulu."

Vienna membatu Indra dan Surya untuk merebahkan tubuh Paramartha di atas ranjang. Ia juga menarik selimut untuk Paramartha.

***

Paramartha bangun dari tidurnya dan merasakan pening di bagian kepalanya. Ia pun segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri dan menggunakan pakaiannya. Paramartha menuruni anak tangga. "Eh, anak mama yang ganteng udah bangun," sapa mamanya.

"Pagi, Ma," balas Paramartha.

"Pagi sayang, kamu gak ke kampus?" tanya Mamanya.

"Enggak Ma, Pram gak ada kelas hari ini."

"Kamu kemarin kok bisa sampai mabuk kayak gitu, biasanya diajak minum aja gak pernah mau. Kasian teman kamu sama Vienna nganterin kamu pulang udah malem gitu."

"Vienna," gumam Paramartha.

"Iya Vienna, kemarin dia kelihatan khawatir banget liat kamu mabuk."

Paramartha hanya diam, ia tidak mengatakan apa-apa lagi.

***

"Na, udah jangan terlalu di pikirin. Nanti juga Pram bakal maafin lo. Dia cuma perlu waktu sedikit," ucap Laura yang melihat Vienna tidak menyentuh makanannya dan malah asyik melamun. Mereka berdua sedang berada di kafetaria kampus.

"Gue takut Pram gak bisa maafin gue, gue juga khawatir banget sama dia. Gara-gara gue dia sampai mabuk kayak kemarin. Selama pacaran dia gak pernah marah sampai segininya sama gue," balas Vienna sambil meminum jus jeruknya.

"Mungkin Pram terlalu kecewa sama lo, intinya lo harus tetap berusaha bujuk dia," saran Laura.

"Thanks ya La, gue beruntung banget punya sahabat kayak lo," ucap Vienna sambil tersenyum.

"Iya dong gue bakalan selalu ada buat lo."

"Pantesan aja kakak gue cinta banget sama lo. Lo nya kayak gini," balas Vienna.

"Itu mah harus, Na," Ucap Laura yang membuat Vienna terkekeh pelan.




Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang