17

3.3K 101 0
                                    

Malam pun tiba semua orang masih asyik dengan kegiatannya masing-masing sambil menunggu makan malam selesai disiapkan oleh Paramartha.

"Guys makanannya udah siap, buruan kesini," panggil Paramartha dari arah dapur semua yang mendengar langsung menuju dapur dengan tak sabaran pasalnya mereka sudah lapar. Kecuali Vienna yang tampak tidak bersemangat.

"Lo masak apa Pram? Baunya enak banget," tanya Vinno.

"Gue cuma masak omlet, sup dan ayam goreng. Cuma itu yang gue bisa," Ucap Paramartha.

"Gak kenapa kok Pram, ini sih kesukaan gue semua. Ayo semua bantu gue mindahin ke meja makan," ucap Bayu yang merasa sudah sangat lapar. Paramartha yang melihat itu hanya tersenyum.

Saat semua sudah duduk di meja makan, Paramartha masih berada di dapur. "Pram sini, kita nikmatin sama-sama masakan lo," ucap Vinno.

Paramartha yang merasa dipanggil langsung menuju ke meja makan. "Sorry guys gue gak bisa ikut makan bareng kalian, habis ini gue harus balik."

"Kok buru-buru banget, makan dulu lah," sahut Bayu.

"Sorry, tapi gue emang lagi ada kepentingan lain," balas Paramartha merasa tidak enak.

Vinno yang merasa aneh lalu melihat ke arah Vienna, ia semakin yakin kalau memang ada sesuatu yang terjadi antara mereka berdua.

"Ya udah kalau gitu kalian makan duluan aja, biar gue yang nganterin Pram sampai ke depan," ucap Vinno. Semua orang hanya menganggukkan kepalanya.

"Gue mau ngambil tas gue dulu di kamar," ucap Paramartha.

Setelah mengambil tasnya, Paramartha dan Vinno berjalan keluar. Setelah memasuki mobil, Paramartha melihat Vinno juga memasuki mobilnya.

"Vin, kok lo masuk juga?" tanya Paramartha.

"Gue mau ngomong sama lo."

"Ngomong soal apa?" ucap Paramartha sedikit bingung.

"Soal Vienna."

DEG

Jantung Paramartha berdetak sangat cepat. Ia hanya diam tidak mengatakan apapun.

"Kalian berdua tu sebenarnya ada masalah apa?" tanya Vinno lagi.

"Gue udah nyakitin Vienna, Vin," balas Paramartha tanpa berani melihat ke arah Vinno.

"Nyakitin gimana maksud lo, gue gak ngerti" ucap Vinno.

"Gue udah ngasi dia harapan untuk hubungan kita."

"Apa alasannya lo kayak gitu?" tanya Vinno.

Paramartha yang mendengar suara tenang Vinno langsung menoleh "Lo gak marah, gue pikir lo bakal mukul gue?" tanya Paramartha.

Vinno hanya terkekeh pelan "Gue bukan tipe orang yang nyelesain masalah dengan kekerasan, gue yakin lo pasti punya alasan kenapa gak bisa ngejadiin Vienna sebagai pacar lo."

"Gue udah minta maaf sama Vienna, gue mau dia ngasi gue kesempatan untuk memperbaiki kesalahan gue, tapi dia belum bisa maafin gue," ucap Paramartha dengan wajah sedih.

"Lo harus sabar, Vienna memang bukan orang yang gampang memaafkan orang yang udah nyakitin dia."

"Gue ngerti itu, karena itu gue pergi sekarang. Gue gak mau dia tambah sakit karena ada gue di sini," ucap Paramartha.

"Lo tenang aja, kalau Vienna memang jodoh lo, dia pasti bakal balik lagi ke elo," ucap Vinno sambil menepuk pundak Paramartha.

"Thanks Vin, gue senang Vienna punya kakak yang baik kayak lo," ucap Paramartha sambil tersenyum.

"Vinno gitu loh, gue turun dulu mereka pasti udah nungguin gue di dalam, lo baliknya hati-hati," ucap Vinno.

Setelah kepergian Paramartha, Vinno kembali ke dalam.

"Lo semua belum pada makan?" tanya Vinno karena makanan masih utuh.

"Gimana mau makan, lo lama banget" ucap Alex merasa kesal.

"Kalian seharusnya gak nungguin gue, ayo makan gue udah di sini," ucap Vinno.

Ketika semua orang masih asyik dengan makanannya, Vienna tampak tidak berselera.

"Gue udahan makannya, gue ke kamar dulu," ucap Vienna lalu beranjak. Vinno yang melihat itu segera beranjak juga sambil berkata, "Gue juga udah selesai." Semua yang melihat itu merasa heran tapi tetap melanjutkan makannya.

Tok..tok..tok..

"Na, gue masuk ya," ucap Vinno.

Tidak mendapatkan balasan dari Vienna. Vinno langsung membuka pintu kamar. Saat sudah di dalam kamar ia melihat Vienna duduk di sisi ranjang sambil menangis.

"Na, lo kenapa?" tanya Vinno sambil memeluk Vienna.

"Gue gak kenapa kok kak," ucap Vienna sambil menghapus air matanya.

"Lo kayak ngebohongin siapa aja, lo cinta sama Pram?" tanya Vinno.

Vienna yang masih berada dipelukan Vinno langsung melepasnya.

"Kenapa lo kaget kayak gitu, gue udah tau semuanya," ucap Vinno kembali membawa Vienna ke pelukannya. Vienna yang mendengar itu kembali menangis tanpa suara.

"Gue cinta sama dia kak, tapi dia udah nyakitin gue," jelas Vienna mengeratkan pelukan Vinno.

"Dia gak mau ngejadiin lo pacarnya pasti ada alasannya," ucap Vinno sambil mengelus punggung Vienna.

"Kalau memang kayak gitu, seharusnya dia gak usah ngasi gue harapan."

"Mungkin dia gak berniat buat ngasi lo harapan, tapi karena perasaannya dia ke lo. Pram gak nyadar kalau perhatian yang dia kasi ke lo itu udah melewati batas wajar untuk seseorang yang hanya partner belajar," ucap Vinno.

"Gue gak bisa bilang apa-apa lagi kak, gue capek," lirih Vienna.

"Iya udah kalau gitu, mending sekarang lo tidur," ucap Vinno mencoba melepaskan pelukannya. Tetapi Vienna malah mengeratkan pelukannya. "Gue mau tidur di pelukan lo kak."

Vinno tidak mengatakan apa-apa lagi sampai akhirnya Vienna mulai tidur dengan pulas di pelukannya.




















Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang