27

3K 84 0
                                    

Malam pun tiba, Vienna dan Paramartha hanya berdua saja di rumah karena Mama dan Papa Vienna belum juga pulang. Mungkin masih banyak pekerjaan, sedangkan Vinno sampai sekarang belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sambil menunggu mereka pulang Paramartha dan Vienna bersantai di sofa menonton televisi.

"Pram," ucap Vienna yang sedang berbaring di atas paha Paramartha.

"Hmm" balas Paramartha sedikit menunduk untuk melihat wajah Vienna.

"Aku laper."

"Ya kalau laper makan dong sayang," ucap Paramartha sambil mengelus rambut Vienna.

"Tapi gak ada makanan."

"Ya terus gimana dong?" tanya Paramartha.

"Kamu yang masak ya," jawab Vienna dengan tersenyum manis.

"Emang ada bahan makanannya?" tanya Paramartha.

"Ada di dapur."

"Ya udah kalau gitu aku yang masak kamu tunggu di meja makan."

Vienna hanya membalasnya dengan mengangguk dan langsung berdiri.

Paramartha menghela napas ketika melihat bahan yang akan dimasaknya, lalu melihat ke arah Vienna.

"Kenapa?" tanya Vienna.

"Ini yang kamu bilang bahan makanan," ucap Paramartha sambil menunjukkan sebutir telur.

"Iya, buat telur mata sapi aja. Aku udah laper banget," ucap Vienna sambil memegang perutnya. Paramartha yang melihat itu mengacak rambut Vienna dengan gemas.

Paramartha yang sedang asyik menggoreng telur mata sapi terkejut saat Vienna tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Kamu kok sempurna banget sih Pram," ucap Vienna menyenderkan tubuhnya pada punggung Paramartha.

"Gak ada manusia yang sempurna, Na," balas Paramartha.

"Tapi bagi aku kamu sempurna, aku bahkan bingung nyari apa kekurangan kamu."

Selesai menggoreng telur, Paramartha langsung berbalik untuk melihat Vienna dan ikut melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu.

"Aku punya kekurangan kok sayang."

"Apa kekurangan kamu?" tanya Vienna.

"Aku gak bisa hidup tanpa kamu." ucap Paramartha.

"Gombal banget sih ya ampun," balas Vienna sambil mengerucutkan bibirnya. Melihat itu Paramartha langsung mengecup bibirnya.

"Udah ah.. aku mau makan dulu." Vienn melepaskan pelukannya, tapi tidak dengan Paramartha. Ia semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Vienna.

"Lepas Pram, aku mau makan dulu."

Paramartha tidak mendengarkan Vienna, ia justru membelai bibir Vienna dan langsung menciuminya. Vienna memejamkan matanya membalas semua yang dilakukan Paramartha padanya. Lidah mereka saling membelit dan menikmati satu sama lain, merasakan rasa masing-masing. Tangan Paramartha yang tadinya berada di pinggang sekarang berada ditengkuk Vienna untuk menperdalam ciumannya.

Karena sedang asyik berciuman mereka tidak menyadari kehadiran Vinno dan Laura di sana.

"Udah dong ciumannya, gue kan jadi pengen," ucap Vinno.

Mendengar itu Paramartha dan Vienna langsung melepas pangutan bibir mereka lalu melihat ke sumber suara.

"Lo udah pulang kak, ada lo juga, La," ucap Vienna sambil memegang tengkuknya.

"Udah pulang aja lo Vin," ucap Paramartha tampak santai.

"Kalau gue belum pulang lo mau lanjut lagi," ucap Vinno.

"Iya enggak juga," balas Paramartha.

"La, kok tumben udah malam lo ikut kakak gue pulang?" tanya Vienna mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Gue nginep disini, Na. Nyokap sama Bokap gue lagi keluar kota. Gue gak berani sendirian di rumah. Terus Vinno nyuruh gue nginep di sini," jelas Laura.

"Nginep berapa hari, La?" tanya Paramartha menimpali.

"Sehari doang, besok Nyokap Bokap gue udah balik."

"Oh gitu, kalau gitu kamu sekarang pulang aja Pram. Kan kak Vinno udah pulang," ucap Vienna sambil mengedipkan matanya berkali-kali ke arah Paramartha sebagai kode untuk menyuruh Paramartha agar pulang secepatnya.

Paramartha yang mengerti kode itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Karena lo udah di rumah gue pulang dulu ya," ucap Paramartha dan dibalas anggukan oleh Vinno dan Laura.

"Iya, makasi udah nemenin adik gue," balas Vinno.

"Sama-sama, Bro," ucap Paramartha.

"Aku pulang dulu ya sayang."

"Aku anterin kamu sampai depan," balas Vienna.

Saat mereka berdua sudah tak terlihat Vinno dan Laura langsung tertawa "Pasti malu banget tu Vienna kepergok lagi ciuman," ucap Vinno.

"Iya, kamu jahil banget ganggu orang lagi ciuman," balas Laura.

"Biarin aja," balas Vinno cuek.

***

Saat sudah di dalam kamar Vienna merasa kesal dengan Laura pasalnya sahabatnya itu menertawakannya sedari tadi.

"Udah dong ngetawain gue," ucap Vienna kesal.

"Gue juga mau berhenti, tapi setiap inget ekpresi lo waktu kepergok lucu banget gue jadi ketawa terus."

"Iya gue kaget aja ada lo sama Vinno disana," balas Vienna

"Makanya kalau ciuman tau tempat dong," ucap Laura.

"Si Pram sih main nyosor gue aja."

"Tapi lo suka kan."

"Gimana bisa gak suka yang nyium pacar gue," ucap Vienna sambil berbaring di atas ranjang diikuti oleh Laura.

"Dasar lo," balas Laura.

"Kayak lo gak aja, lo dicium Vinno juga suka."

"Iya gitu deh kita sama." mendengar itu Vienna terkekeh pelan.

"Jangan bahas itu lagi mending kita tidur besok kan ada kelas pagi." Vienna menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Laura sambil berkata "Good night, La."

"Good night," balas Laura. Mereka pun akhirnya tertidur lelap.

























Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang