31

2.8K 87 1
                                    

Vienna sampai di rumahnya dengan cepat. Bagaimana tidak, ia mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh. Ia turun dari mobil dan melihat mobil Paramartha juga berhenti di depan rumahnya.

"Na, dengerin penjelasan aku dulu." ucap Paramartha mencekal tangan Vienna yang akan memasuki rumah.

"Lepasin tangan aku, Pram," ucap Vienna yang terus meneteskan air mata.

Paramartha melepaskan tangan Vienna kemudian memegang pundaknya "Na liat aku, liat mata aku sekarang," ucap Paramartha saat Vienna tidak mau memandangnya.

Vienna melihat mata Paramartha dengan samar karena ia sedang menangis. "Jangan jelasin apapun Pram, semuanya udah jelas."

"Bagian mananya yang udah jelas ah, kenapa kamu sulit banget untuk dengerin penjelasan aku dulu. Buat apa kita ngejalanin hubungan selama ini kalau kamu gak bisa percaya sama aku!!" ucap Parmartha yang membentak Vienna.

"Kenapa kamu malah jadi ngebentak aku," balas Vienna sambil menghapus air matanya.

"Kamu gak mau dengerin penjelasan aku, tapi kamu langsung nyimpulin kalau aku nyium Dira tanpa kamu tau kejadian yang sebenarnya!! Kamu selalu mikirin perasaan kamu sendiri tanpa pernah mikirin gimana khawatirnya aku waktu ngeliat kamu bawa mobil ngebut kayak tadi. Kamu egois tau gak!" ucap Paramartha dengan penuh penekanan dan memasuki mobilnya meninggal Vienna.

Vienna terus memanggil paramartha yang sudah menjalankan mobilnya "Pram jangan tinggalin aku," lirihnya.

***

Vienna segera menghapus air matanya saat ia melihat Vinno. Ia tidak ingin kakaknya tahu ia sedang menangis.

"Dari mana Na, kok baru pulang?" tanya Vinno yang sedang menonton TV tanpa melihat Vienna.

"Dari rumah Pram, gue ke kamar dulu kak."

Mendengar suara adiknya sedikit aneh Vinno langsung melihat ke arah Vienna "Lo kenapa, habis nangis?"

"Enggak kok, gue gak habis nangis," balas Vienna sambil tersenyum.

"Lo mau bohongin gue sekarang," ucap Vinno yang membuat Vienna menghampirinya dan langsung memeluknya.

"Gue salah sama Pram kak," jelas Vienna yang masih terus menangis.

"Salah gimana maksud lo?" tanya Vinno sambil mengelus kepala Vienna dengan sayang.

"Gue gak mau dengerin penjelasannya dia, gue cuma mikirin perasaan gue sendiri."

"Gue gak mau nanya apa masalahnya karena itu privasi, tapi menurut gue kalau emang itu yang terjadi lo harus minta maaf sama Pram. Karena gue tau Pram orangnya kayak gimana, dia sayang banget sama lo dia gak mungkin marah kalau memang lo gak salah," ucap Vinno menasehati dan melepaskan pelukan Vienna.

"Sekarang lo berhenti nangis biar gue anterin lo ke kamar." Vienna hanya menganggukan kepalanya.

Di dalam kamar Vienna terus memikirkan perkataan kakaknya ia pun menghubungi Paramartha berkali-kali tapi tidak kunjung mendapat jawaban. "Pram angkat telpon aku."

***

"Satu botol lagi," ucap Paramartha pada seorang bartender.

Setelah dari rumah Vienna, Paramartha tidak langsung pulang. Ia berada di Bar bersama kedua sahabatnya, ia lebih memilih Bar ketimbang club malam yang akan membuat ia tambah pusing mendengar dentuman musik.

"Pram mending lo jawab telpon dari Vienna," ucap Indra. Ia sudah mengetahui masalah yang terjadi antara Paramartha dan Vienna.

"Kalau lo mau, lo aja yang jawab telponnya," balas Paramartha cuek sambil meneguk minumannya.

"Masa gue yang ngejawab kan lo pacarnya," sahut Indra.

"Kalau gitu biarin aja."

Indra dan Surya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, mereka sangat mengenal Paramartha. Mereka tau jika saat ini Paramartha tidak akan mendengarkan apa yang mereka katakan.




Fall In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang