Chapter Enam

11.8K 896 20
                                    

Ini masalah hati, juga tentang kebohongan. Saat kepercayaan sudah diberikan, maka dijaga bukan diabaikan dengan dipermainkan.

👀

Angin itu damai dan mendamaikan. Namun kadang juga bisa menghempaskan. Ketika semilir angin menerpa, menyapu seribu kesedihan yang tertanam di hati seorang gadis cantik bernama Syafa.

Hatinya sedang melara, sesak bak di tusuki ribuan jarum di dalamnya. Percuma ia setia, jika akhirnya ia di khianati. Percuma ia percaya, jika ujungnya ia di bohongi. Karena ini masalah hati. Sekali mungkin akan biasa, namun jika berkali-kali merasakan sakit, hancurlah kemudian.

Kecewa, dan sangat sulit untuk menyembuhkannya.

Bukan tanpa alasan Syafa kecewa. Dan bukan tanpa alasan pula Syafa mempercayai perkataan yang keluar dari bibir Aska. Karena Syafa telah mendapat beberapa bukti yang membuktikan bahwa sang calon tunangan yang begitu ia sayangi tak benar-benar menyanginya.

Pertama, ketika Syafa menelpon Faisal taktala magrib menjelang isya Faisal tak kunjung datang. Dengan penasaran Syafa akhirnya menelpon Faisal. Bukannya Faisal yang menjawab, tetapi suara perempuan lah yang terdengar seperti baru saja terbangun dari tidurnya. Dan akhirnya Syafa langsung mematikan sambungan telpon tersebut dengan perasaan sakit. Namun itu belum cukup membuat Syafa mempercayai akal buruknya itu.

Dan kedua, ketika Faisal makan bersama dengan Syafa. Dengan tidak sadarnya Faisal menyebutkan nama wanita lain selain Syafa yang benar-benar berada di hadapannya. Ucapan tersebut membuat Syafa ingin menangis, namun Syafa lagi-lagi hanya bisa terus menguatkan pemikiran positifnya.

Lalu ketiga, Faisal sepertinya tak terduga bertemu dengan seorang wanita. Bukannya mengajak Syafa saling mengenal satu sama lain, tetapi Faisal malah menjauhkan wanita tersebut. Hingga dapat Farah dengar bahwa Faisal hanya menganggap Syafa sebatas adiknya saja, padahal di kenyataan Syafa adalah tunangan Faisal.

Hingga yang keempat, terakhir saat Aska memberitahukan kebenarannya, Syafa akhirnya harus benar-benar percaya pada pemikiran buruknya. Karena Syafa juga tak bisa terus-menerus dalam kebohongan seorang Faisal Ardima Yuda.

Ya, Syafa memilih menyerah akan hubungan ikatan pertunangan yang sudah terjalin selama dua tahun ini. Karean Syafa yakin, seorang Faisal yang sempurna tidaklah benar-benar mencintai hati seorang Syafa. Gadis buta yang hanya bisanya merepotkan. Membuat semua orang kesusahan. Membuat orang-orang yang dekat dengannya menjadi malu. Syafa adalah gadis yang tidak sempurna.

Syafa menangis di bawah pohon mangga yang di pasang sebuah ayunan di depan panti asuhan di mana ia tinggal. Syafa ingin meraung kencang, namun ia takut, takut ibu panti akan mendengarnya dan kembali khawatir.

Syafa tidak kuat. Syafa manusia lemah. Syafa hanya gadis biasa. Syafa lemah dan lemah.

"Sakit!" Syafa menepuk dadanya yang sesak. Laranya semakin menggebu, menjalar ke seluruh tubuhnya.

Hingga sentuhan dingin pada pipi Syafa membuatnya mencari siapa pelaku yang memberikan botol dingin di pipinya.

"Sudah puas?"

"Mas gombal?" Ya, seseorang yang tiba-tiba datang menyentuhkan botol dingin ke pipi Syafa adalah Aska.

Aska bersandar pada pohon mangga dengan menghadap kearah Syafa. Syafa menunduk malu, karena tangisnya terlihat oleh Aska.

"Cengeng," Syafa mencebikkan bibirnya sebal. Pasti akan ada ledekan dari bibir seorang Aska. Dan Syafa sudah biasa dengan bibir Aska yang kejam tak bertulang itu.

"Yang cengeng saya ini loh, mas." Syafa memalingkan wajahnya.

"Mau ikut ke suatu tempat?" Syafa kini menolehkan wajahnya kearah Aska kembali.

"Kemana? Mas mau culik saya, yah?" Selidik Syafa membuat Aska memutar bola matanya jengah.

"Mau buang kamu ke jurang paling," santai Aska. Syafa mendelik tak percaya. Dirinya akan di buang ke jurang?

"Yasudah saya tidak ikut. Titik!"

"Yasudah, saya juga tidak maksa." Lagi-lagi, Syafa di buat geram. Bisa-bisanya Syafa bertemu mahluk seperti Aska di dunia ini. Mahluk menyebalkan.

Syaf berdiri dari duduknya di sebuah ayunan, mengambil tongkat hitam nya lalu mulai melangkahkan kakinya menuju pintu panti yang terletak di sebelah kanan pohon mangga.

"Tapi saya tidak terima penolakan, Syafa Nur Madina." Langkah Syafa terhenti membuat Aska menaikkan alisnya sebelah, menang.

Syafa berbalik, menunjuk angin yang terarah ke Aska. "Mas nya loh yah nyebelin banget. Tadi katanya tidak maksa tapi tidak terima penolakan Apa bedanya, mas gombal yang terhormat?" Aska terkekeh kecil, sedangkan Syafa sedang berusaha menahan kekesalan di benaknya.

"Maju atau kutarik?"

"Maksudnya?" Syafa benar-benar aneh dengan pertanyaan Aska.

"Cepat, kemari."

"Kalau tidak mau?" Tantang Syafa berani.

"Besok paling tidak penghulu akan datang untuk menikahkan kita," ucapan Aska kembali membuat Syafa membulatkan matanya tak percaya. Lelaki yang luar biasa menyebalkan.

"Satu..."

Tak ada pergerakan dari Syafa. Syafa masih ragu dan bimbang.

"Dua..."

Syafa masih diam tak tahu harus maju atau mundur. Maju dia akan termakan paus menyebalkan. Mundur pun dirinya akan termakan hiu menyebalkan.

"Tig--"

"Iya! Iya!" Syafa akhirnya melangkahkan kakinya juga menuju ketempat dimana tadi ia duduk di sebuah ayunan.

Setelah tepat berada di dekat ayunan di bawah pohon mangga, Syafa hanya tinggal menunggu apa yang selanjutnya akan ia lakukan. Menunggu komando Aska tentunya.

Tak ada suara, Syafa hanya merasa sebuah deru nafas yang Syafa yakin milik dari Aska yang semakin lama semakin terasa di permukaan wajah Syafa, membuat Syafa cemas takut-takut.

"Mas gombal mau apa?!" Syafa mundur dua langkah.

"Memandangimu," Syafa termangu. Seorang Aska selain menyebalkan yang akut juga seorang penggombal yang andal.

"Saya bukan pisang," canda Syafa agar tidak gugup.

"Lalu kamu pikir saya monyet, gitu?" Geram Aska.

"Hahaha" Syafa hanya bisa tertawa ketika mendengar nada tak terima dari Aska.

"Saya tidak bilang begitu, mas gombal." Elak Syafa dengan menahan tawanya.

"Dasar pisang ambon," ledek Aska membuat Syafa tak terima.

"Daripada mas gombal, tutup panci. Wle" balas Syafa meledek.

Hingga keadaan yang tadi terlengkup oleh kesedihan berubah seketika dengan canda tawa berkat dari seorang Aska.

Tanpa mereka duga, tidak ada yang tahu rencana Tuhan di balik segala misterinya. Karena apapun yang baik, selalu bersama dengan yang baik pula. InsyaAllah.

👀

Night~

Sudah bubu yak? Wkwk jangan lupa mimpiin tutup panci yaw😂

Maaf jika terdapat typo, makluminlah yak.

Terima kasih sudah baca, jangan lupa.....vote juga comment nyawww. Muach💋

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang