Chapter Duapuluh Lima

6.5K 561 13
                                    

Selamat Malam minggu💚💙

👀

Syafa membantu Mira menyiapkan sarapan untuk Ayah, anak wanitanya, dan juga Istrinya.

Istri? Seperti yang bi Asri katakan--pembantu rumah tangga di rumah Ayah. Memang ada istri ayah juga, namun tidak pernah keluar dan selalu mengurung diri di kamar. Syafa jadi penasaran seperti apa sosok istri dari Ayahnya.

Selesai menyusunnya di atas meja. Syafa duduk meminum susu yang telah Mira buatkan. "Terima kasih yah, Mir, susunya."

"Iya, sama-sama, Sya." ucap Mira.

Tak lama Ayah datang dan duduk di samping Syafa. Tersenyum. Ayah memandangi wajah Syafa dengan lekat. Pasalnya dengan memandang wajah Syafa, ia jadi mengingat kenangan manis saat bersama istri tercintanya dulu. Namun sekali lagi naas, sebuah kecelakaan menewaskan istrinya itu.

"Ayah?" Panggilan Syafa membuatnya tersadar.

"Iya sayang?"

"Ayah sudah bangun? Mau makan apa?" Ayah tersenyum di tempat. Ada rasa hangat menjalari tubuhnya.

"Semuanya kalau bisa." Ayah tertawa membuat Syafa juga ikut tertawa. Pikiran buruk yang sebelumnya menghantui akan kedekatannya dengan sang ayah akan sulit, ternyata hanya ketakutan Syafa saja.

"Ayah emang bisa?"

"Bisa, dong." Syafa membantu Ayah memgambilkan piring yang terletak di sampingnya, dan kemudian memberikannya kepada ayah.

"Kamu makan yang banyak yah," Ayah memperingatkan Syafa.

Syafa mengangguk, "Iya siap, Ayah."

Mereka makan. Dan sesekali Ayah memberikan tambahan ke dalam piring Syafa. Syafa senang. Ternyata ia masih beruntung, Ayahnya yang telah lama tak ia ketahui akhirnya bertemu.

Dalam hati Syafa berujar, andai di sini juga ada Ibu. Tetapi Syafa tetap bersyukur karena masih ada banyak orang yang menyayanginya.

Selesai. Ayah membereskan bekasnya. Kemudian ia pamit untuk berangkat ke kantor.

"Kamu baik-baik di rumah. Ayah mau pergi ke kantor dulu." Syafa mengangguk, mencoba menggapai tangan Ayah untuk ia cium.

"Hati-hati ayah,"

"Iya, sayang." ucap ayah dengan mengelus kepala Syafa sayang.

Selanjutnya ia kembali meneruskan makannya yang masih tersisa banyak di piring.

👀

Syafa berada di halaman samping rumah ayah. Ada kolam renang di sana. Syafa di antar oleh Mira untuk sekedar menghirup bebas angin sejuk.

"Mira?"

"Iya, Sya?" jawab Mira sembari mengecat kuku Syafa. Iya. Mira meminta izin Syafa untuk memberikannya kutek kuku, dan Syafa mengizinkannya.

"Aku ingin bertemu istri ayah, Mira." ungkapnya.

"Maksud kamu istri tuan yang bi Asri bilang selalu mengurung diri di kamar?" Syafa mengangguk membenarkan.

"Iya, Mira."

"Kamu gak takut?" Alis Syafa bertaut bingung.

"Kenapa harus takut?"

"Biasanya orang yang selalu mengurung di kamar itu adalah orang yang sedang depresi." mencuram sangat tajam alis Syafa, ia benar-benar bingung.

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang