Chapter Limabelas

9.7K 807 16
                                    

"Jangan bersedih," Aska menghapus buliran air mata yang jatuh mengenai pipi mulus Syafa.

"Ini bukan akhir dari segalanya. Mata bukan penghalang untuk kamu bahagia, apalagi merubah raut wajahmu. Makin jelek, deh." Syafa menundukkan wajahnya semakin dalam. Melihat itu, Aska pun mengangkat wajah Syafa dengan paksa untuk ia lihat dan hapus air mata itu.

"Kamu dengar kan tadi? Bahwa mata kamu bisa sembuh jika ada pendonor mata. Kita bisa cari, Sya." Syafa masih sesegukan di sana. Ya, Dokter mengatakan bahwa mata Syafa akan sembuh jika mendapatkan donor mata. Dan pasokan mata di rumah sakit tadi sendiri tidaklah ada atau kosong, maka rumah sakit tersebut akan berusaha untuk mencari secepatnya agar Syafa segera sembuh dan dapat melihat lagi. Namun tetap, dari pihak pasien pun diminta untuk mencari donor juga, karena takut jika ketidak tersediaannya pasokan donor mata dari rumah sakit lain.

"Tapi, tapi buat cari donor mata itu susah, mas." Syafa merasa, untuk melihat saja dirinya harus mencari terlebih dulu pendonor mata. Dan pasti itu akan menyulitkan Aska. Mencari kesana-kemari pasti memakan waktu, apalagi Aska adalah seseorang yang sibuk, pasti akan mengganggu kerja Aska. Dan Syafa tidak mau itu terjadi.

"Kamu jangan memikirkan itu, biar itu urusanku." Aska kembali mengelap sisa air mata Syafa, lalu ia ambil sapu tangan untuk ia bersihkan hidung Syafa. "Karena melihatmu bahagia adalah tujuanku,"

Syafa makin tergugu, dirinya merasa sangat beruntung. Bertemu sosok seperti Aska yang benar-benar menyayanginya. Tulus meski dirinya banyak akan kekurangan.

"Maaf,"

"Untuk?" Alis Aska terangkat ketika mendengarnya.

"Banyak menyulitkan, mas. Syafa janji, Syafa akan selalu ingat kebaikan mas. Dan Syafa akan balas semua kebaikan, mas." Aska menghela nafasnya. Wanitanya ini begitu perasa sekali.

"Tahu apa yang kuminta darimu saat ini, sampai nanti ke depannya?" Syafa menggeleng mendengar pertanyaan Aska.

"Gak tau,"

"Tetap bersamaku apapun yang terjadi. Mengerti?"

Syafa tidak tahu harus berkata apa selain mengangguk dengan antusias atas apa yang Aska tanyakan. Dan Aska pun tersenyum melihat tingkah Syafa yang menggemaskan.

👀

"Tunggu di sini, jangan kemana-mana. Aku ingin bertemu dengan seseorang dahulu." Ucap Aska mewanti Syafa untuk tetap berada di taman rumah sakit selama Aska menemui Dokter Azka yang tak lain adalah adik dari papa Hafiz.

"Iya, mas."

Aska pun mulai pergi meninggalkan Syafa sendiri menuju ruangan di mana Dokter berada. Namun, sebelum sampai di ruangan Dokter Azka, Aska sudah melihat Dokter Azka baru saja keluar dari ruangan pasien. Aska pun sedikit berlari untuk menghampiri Dokter Azka.

"Om!" Panggil Aska membuat Dokter Azka menoleh. "Eh, kembaran. Ada apa?" Aska memutar bola matanya malas. Kebiasaan, setiap bertemu pasti akan berkata 'kembaran'.

"Ada yang ingin Aska bicarakan, tapi tidak akan lama. Dan Aska harap om mau bantu Aska secepatnya." Dahi Dokter Azka berkerut. Pasalnya, tumben jika Aska meminta bantuan. Karena memang biasanya juga Aska akan melakukan sendiri apa yang akan ia lakukan meskipun sulit.

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang