Chapter Tigabelas

10.2K 771 37
                                    

Soreku, nyaman denganmu~

👀

Sore hari di depan teras rumah Aska, kini Syafa sedang duduk santai bersama Aska. Entah kenapa Syafa bisa berada di rumah Aska, yang jelas karena paksaan seorang Aska Kamail Pradwiga yang tidak pernah terima sebuah penolakan.

Tentu saja Syafa tidak tinggal diam. Rasa gelisah menggelungi pikirannya. Bagaimana jika mama dan papa Aska melihatnya. Serta adik adik Aska juga. Karena Syafa juga sedikit merasa takut, jika kekurangannya ini menjadi sebuah penghalang. Syafa murung seketika.

"Kenapa?" Aska sadar, perubahan yang terjadi pada Syafa. Dan Aska benar-benar tidak tahan jika Syafa selalu saja merendah.

Syafa menggeleng pelan kepalanya. Tersenyum samar menghilangkan kegelisahan dan kebimbangan. "Enggak kenapa-kenapa kok, mas."

"Mama sama papa sebentar lagi pulang," Deg! Ucapan Aska membuat debaran pada jantung Syafa menggema hebat. Jika Syafa memiliki kekuatan, Syafa ingin memperlambat waktu saja.

"Tidak usah panik, tidak akan gigit ini." Syafa mendengus sebal. Jika Aska berada di posisinya mungkin tidak akan tenang juga.

"A-adik mas?"

Aska menoleh pada Syafa yang dapat Aska lihat sebuah keringat menetes dari pelipis Syafa. Sebelum menjawab, Aska mengulurkan tangannya lalu mulai mengelap keringat Syafa menggunakan punggung tangannya. "Tidak usah berlebihan, jangan berpikiran yang bukan-bukan." Syafa mengangguk patuh meski sebenarnya ia masih terus mengatur deru nafasnya.

"Syifa dan Yusuf sedang mengikuti les sampai menjelang magrib. Mungkin juga sebentar lagi sampai," sekali lagi Syafa mengangguk dan menelan salivanya dengan susah payah. "I-iya."

👀

"Assalamualaikum," salam mama Farah yang baru saja datang bersama dengan papa Hafiz. Dan ternyata Syifa dan Yusuf juga ikut di belakang papa Hafiz.

"Waalaikumsalam." Jawab Aska dan Syafa. Namun jawaban Syafa lebih mirip sebuah cicitan karena rasa gugup kini melandanya.

"Eh? Ada tamu bang?" Mama Farah menyadari keberadaan Syafa, membuat yang lain pun sontak ikut menoleh pada sosok Syafa sebagai tamu.

"Waah..cantiknya." Syifa langsung duduk di samping Syafa. "Namanya siapa, kak?" Syifa mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Syafa. Namun Syafa tidak langsung membalasnya. Karena Syafa sedang menyiapkan mental. Dimana ia tidak tahu letak tangan Syifa itu. Dengan segala konsekuensi, Syafa mencoba untuk mencari tangan Syifa untuk ia balas jabatan tangannya itu.

Sempat bingung, Syifa yang melihat Syafa kesusahan mencari tangannya, langsung menoleh pada Aska, mama Farah, papa Hafiz juga Yusuf. Namun anggukan kepala Aska menjawab semuanya. "Sya-syafa, panggil Syafa saja." Gugup Syafa ketika ia berhasil membalas uluran tangan Syifa.

"Hai, hallo kak. Kaka cantik banget hehe salam kenal, aku si cantik Syifa adiknya bang Aska yang nyebelin tapi cakep. Yah gimana dong?" Aska menggelengkan kepalanya dramatis, sedangkan yang lain hanya tertawa kecil di sana. Kecuali papa Hafiz, hanya menyimak.

Mama Farah yang tadi sibuk memasukkan barang belanjaan ke dalam kulkas, kini beralih duduk di samping Syafa. "Kamu Syafa, yah?"

Menyadari bahwa kini suara mama Farah, semakin membuat Syafa gugup dan mama Farah pun tersenyum mengelus pundak Syafa sayang. "Jangan gugup, santai aja yah?" Syafa mengangguk.

"Iya, tante."

Mama Farah tak terima, langsung memberikan penolakan atas jawaban Syafa. "No, kamu panggilnya mama juga yah? Gak apa-apa, oke?" Lagi, Syafa hanya bisa menurut.

👀

Semua keluarga Pradwiga berkumpul bersama di ruang keluarga setelah tadi makan malam yang diisi dengan banyak ocehan dari Syifa juga Yusuf. Lebih tepatnya pertengkaran antara mereka berdua. Dan rasa haru meliputi hati Syafa saat ini, ketika rasa takut melandanya di awal, kini telah sirna. Melihat begitu baik sekali keluarga Aska menyambutnya, Syafa benar-benar merasa beruntung ada ditengah-tengah keluarga Pradwiga.

"Yuk," Aska mengambil jemari Syafa lalu ia genggam kemudian. "Kemana, mas?"

Bukannya menjawab, Aska dengan kebiasaannya hanya diam tak acuh hingga apa yang mama Farah katakan pun hanya dijawab dengan sebuah anggukan saja.

"Dasar anak zaman now," mama Farah berucap sambil mengelus pelan paha papa Hafiz. "Jangan memancing, yang."

"Eh?"

👀

"Mas Aska bawa Syafa kemana? Kok dingin sih?" Syafa merasa suasana menjadi hening dan juga terasa udara yang dinging menusuk kulitnya yang terbalut kain.

"Kutub," Syafa mengehela nafas sabar. Syafa pun memilih untuk tak bertanya lagi hingga sampai Aska berhenti melangkah membuat Syafa juga ikut menghentikan langkahnya.

"Diam,"

"Iya mas Aska." Syafa kini hanya menjawab dengan nurut saja, daripada ia bertanya tetapi jawabannya membuat kepalanya pening.

Aska menjauh dari Syafa dan mendekat pada sebuah meja yang sudah tersedia laptop yang tersambung dengan laptop. Mulai mengotak-atik sebentar hingga terdengar lagu dari band indie Fourtwnty dengan judul Fana Merah Jambu.

Aska kembali mendekat. Aska meraih tangan Syafa yang bebas lalu ia pandu untuk berlabuh di lehernya. Sedangkan tangan Aska sendiri ia labuhkan di pinggang Syafa. Syafa merinding dibuatnya, ini adalah pengalaman pertama untuknya. Berdansa dengan seorang pria yang ia yakini tampan bernama Aska.

Syafa tak berani melihat keatas, bahkan hanya deru nafas Aska saja sudah membuatnya berdegup kencang. Apalagi memandang mata Aska, jika ia dapat melihat dipastikan bahwa ia benar-benar terhipnotis.

"Jangan menunduk. Jika receh yang kau cari, silahkan. Tapi pria tampan ini lebih sayang untuk di lewatkan." Ucap Aska sembari menarik dagu Syafa agar menghadap kearahnya. Dengan mata yang terpejam, Syafa mencoba menetralkan jantungnya.

"Bukalah matamu," Syafa menurut. Ia membuka matanya dengan perlahan hingga Aska dapat dengan jelas melihat mata coklat madu Syafa yang begitu indah. "Cantik," puji Aska dengan menelesuri setiap inci permukaan wajah Syafa. Dan hal tersebut mampu membuat Syafa tak dapat mengendalikan debaran nya.

Laki-laki di depannya ini memang sangat susah untuk ditebak. Penuh kejutan dan juga menyebalkan. Namun Syafa benar-benar beruntung sekali di pertemukan dengan sosok seperti Aska. Jika Tuhan merestui, jodohkanlah dengan segala ridho-Nya.

"Sya.."

Aska masih menuntun Syafa untuk berdansa kecil-kecilan di taman belakang rumahnya. Bermodalkan sinar rembulan, dan musik yang begitu pas mewakili hati seorang Aska, Aska ingin mengatakan sesuatu yang begitu serius kepada Syafa.

"Iya, mas?"

"Dengar baik-baik, pahami dan jangan menolak meskipun saya belum memaksa,"

"Eh?"

"Saya ingin..."

👀

Hayoooo...ingin apa hayooo??

(Isi sendiri coba wkwk)

Oiya, selamat malam mingguan💋

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang