Chapter Duapuluh Enam

6.7K 585 19
                                    

Syafa sudah di perbolehkan untuk pulang, dan Aska sedang mengemasi barang Syafa juga beberapa buah yang masih tersisa.

Bangun dari bangsalnya, Syafa di tuntun Aska untuk duduk terlebih dulu. Karena ia akan membereskan bangsal yang telah Syafa gunakan.

"Kamu duduk dulu di sofa, aku bereskan dulu bangsalnya." Syafa mengangguk. Ia mengikuti arah tuntunan dari tangan Aska.

"Makasih mas Aska," ucapnya setelah duduk di sofa.

Aska memulai kegiatannya. Dengan telaten membersihkan apapun yang berserakan di ruangan Syafa. Sedang Syafa hanya duduk memperhatikan Aska dalam diamnya.

Setelah selesai, Aska membawa tas milik Syafa dan satu kantong keresek sisa buah di tangan kirinya. Lalu ia meraih tangan Syafa untuk ia bawa pulang.

"Sudah selesai, kita pulang." Syafa mengangguk lalu ia juga raih tangan Aska untuk ia genggam sebagai acuan. Namun sebelum itu, Syafa meminta satu dari yang Aska bawa untuk dialihkan kepadanya. Karena ia tak ingin membebani Aska.

"Mas Aska?" Panggil Syafa.

"Ada apa?"

"Syafa pinta satu, biar mas Aska tidak keberatan membawanya." Ucap Syafa mengulurkan tangannya.

"Gak apa-apa, Sya." Syafa menggeleng. Ia benar-benar tidak mau membebani Aska.

"Satu mas Aska. Syafa bisa bawa, kok." Aska menghela nafasnya. Ia berikan kantong keresek sisa buah kepada Syafa akhirnya.

"Hehe makasih mas Aska,"

"Hmm." Aska dan Syafa akhirnya pulang dari rumah sakit menuju ke rumah Aska. Iya. Aska meminta pak Brata untuk membawa Syafa ke kediamannya dulu, baru nanti keesokan harinya Aska akan mengantar kembali Syafa ke rumah pak Brata.

👀

Syafa dan Aska akhirnya berlalu dari rumah sakit. Dan kini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah mama. Aska sengaja memakaikan Syafa bantal leher agar Syafa tak pegal. Juga, alunan radio sebagai pelengkapnya.

Sampai pada ujung jalan, mobil yang Aska kendarai mengalami masalah. Ada yang tak beres. Tiba-tiba mati mendadak. Aska pun berniat untuk memeriksanya.

"Kenapa, mas?" tanya Syafa bingung karena mobilnya berhenti mendadak.

"Gak tahu. Aku periksa dulu." Syafa mengangguk. Aska keluar dari mobil memeriksa apa yang terjadi dengan mobilnya. Namun sungguh sayang, ia tak mengerti dengan sesuatu yang menyangkut perihal mesin mobil. Akhirnya Aska berniat menelpon asistennya untuk menghubungi bengkel langganannya. Terhubung. Aska dapat bernafas lega saat asistennya sudah menghubungi bengkel langganannya dan akan tiba beberapa saat lagi.

Seseorang dari arah belakang Aska menyapa dan tak dapat Aska hindari sebuah tusukan benda tajam menghantam perutnya. Aska syok. Sosok tersebut tak dapat ia ketahui. Wajah yang tertutup masker penyebabnya.

Namun bukan itu masalahnya. Kembali, tusukan mendarat di sisi perut Aska sekali lagi. Sosok tersebut kini beralih pada wajahnya dan menutupkan mulutnya dengan sebuah kain. Ia ikat kemudian. Membuat Aska tak dapat bersuara. Dan rasa perih menguasainya saat ini. Juga, kedua tangannya ia borgol membuat Aska tak dapat bergerak bebas.

Mata yang terbebas pun masih dapat ia lihat wanitanya yang berada di dalam sana di hampiri oleh sosok yang tak bertanggungjawab tadi. Membuka pintu. Sosok tersebut menuntun Syafa untuk keluar.

Sedangkan Aska sendiri dengan tertatih menahan rasa sakitnya mencoba menghampiri Syafa. Ia tahan dengan kuat agar darahnya tak banyak keluar dengan tangan yang terbogol. Semakin giat. Aska mencoba menendang sosok berjubah hitam tersebut. Namun sosok tersebut yang lebih kuat dan Aska yang lemah, membuat Aska akhirnya jatuh tanpa daya. Membuat rasa sakitnya kian bertambah.

"Mas Aska?" panggil Syafa. Ia seperti merasa bahwa Aska ada di dekatnya.

"Bukan siapa-siapa. Ayok! Mobilnya sudah datang." ucap sosok tersebut.

"Aku mau ketemu mas Aska. Lepasin! Kamu siapa?" Syafa tak terima. Ia ingin lepas dari cengkraman tangan erat itu namun ia hanya wanita biasa yang tak bisa berontak.

Mobil lain datang dan sudah berhenti di depan mereka. Menarik paksa Syafa, akhirnya Syafa masuk. Meninggalkan Aska yang sudah hampir habis tenaganya akibat menahan sakit akibat tusukan.

Pergi. Mobil tersebut pergi. Aska meraung menyesalkan dirinya yang tak bisa berbuat apa-apa saat wanitanya membutuhkannya. Ia lemah. Ia tak berguna. Ia sungguh tak bisa diandalkan sebagai laki-laki. Aska menyesali dirinya sendiri.

Dengan keras ia memukul aspal yang tak bersalah. Karena ia tak tahu apa yang selanjutnya akan terjadi dengan wanitanya hingga sosok lain hadir melihat keadaannya yang begitu mengkhawatirkan.

"Oh My God! Aska, lo kenapa?" Sosok tersebut begitu panik. Ia dengan bergetar mengambil ponselnya lalu ia pun menelpon rumah sakit.

Dan sosok tersebut begitu tak percaya. Melihat begitu banyak air mata yang bercampur dengan darah dari Aska. Ini memang menyakitkan tetapi tak lebih menyakitkan saat kau ternyata tak berguna apa-apa untuk kekasihmu sendiri.

👀


N

giung... ngiung.. ngiung..

Hayoloh ada apa gerangan?

Bisa tebak??👉

Bintangnya di klik yak💚

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang