Chapter Tigapuluh Empat

6K 547 8
                                    

Happy Reading

🎈

Follow ig: rahmaazizah28

👀

Jansen datang pagi-pagi sekali. Dengan begitu tergesa membuat Aska bingung. Apalagi datangnya yang tak terduga itu. Langsung mendudukkan diri di sofa, Aska menunggu Jansen untuk bicara.

"Sebenarnya apa yang membuatmu datang pagi-pagi seperti ini?" meminum air yang telah di suguhkan, setelahnya menarik nafas perlahan. Mencoba untuk merileks-kan diri.

Namun sebelum menjawab, sebuah dering terdengar dari ponsel pintar milik Jansen. Jansen pun bergegas menjawab panggilan tersebut.

"Ya?"

"..." alis mata Jansen bertaut. Mengurut dahinya, ia bertanya selanjutnya.

"Ya. Cari segera si brengsek itu!" kini Aska yang dibuat bingung. Apa maksud dari ucapan Jansen barusan? Dan siapa si brengsek yang dimaksud?

Menutup panggilan, Jansen bersandar ke sandaran sofa. Dan Aska menunggu untuk Jansen kembali pada posisi semula, yakni posisi nyamannya. Tidak tergesa seperti sebelumnya.

Sampai akhirnya Jansen menegakkan tubuhnya lalu menatap Aska dengan aneh. Jelas, Aska yang ditatap menjadi curiga. Takut jika tiba-tiba Jansen terkena virus lalu menggigitnya.

"Apa?" tanya Aska menuntut. Sebal juga dipandangi dengan pandangan aneh seperti itu.

Bukannya menjawab, Jansen malah menghela nafasnya. Seperti sebuah beban, Jansen memejamkan matanya sejenak dengan dalam. Lagi-lagi membuat Aska penasaran sebenarnya apa yang tengah terjadi.

Sampai akhirnya Papa Hafiz datang dengan gaya casualnya. Memang Papa masih terlihat muda, Aska akui. Namun Aska hanya menobatkan bahwa yang paling tampan adalah dirinya sendiri. Haih, pede Aska!

"Om." sapa Jansen dengan sopan.

"Bagaimana cerita sebenarnya?" tanya Papa Hafiz setelah ikut duduk bersama. Dan dengan tubuh tegap Jansen mulai bercerita.

"Faisal kabur, Om." ucap Jansen membuat Aska membulatkan matanya tak percaya. Faisal? Kabur? Maksudnya? Aska benar-benar tak tahu apa yang sedang Papanya dan Jansen bicarakan.

Di sini memang yang tidak tahu hanya Aska. Bukan tidak mau memberitahu, hanya saja Papa Hafiz sengaja melakukan itu agar Aska tidak perlu memikirkan sosok pengganggu untuk hubungan asmaranya. Dan Aska pun salah mengartikan maksud baik Papa Hafiz.

"Pa?" tanya Aska. Dengan kekesalan yang hampir membuncah, Jansen menghampiri untuk menenangkan.

"Santai, Bro. Dengarkan dulu penjelasanku." ucap Jansen menepuk pundak Aska pelan. Ia menuntun Aska untuk menarik nafas pelan lalu dihembuskan kemudian.

"Tarik nafas terus buang. Buang dari mulut yah, Bro, jangan dari yang lain hehe" entah lucu di bagian mana, yang jelas Aska benar-benar tak bisa untuk diajak bercanda saat ini. Sedang Papa Hafiz masih santai dengan posisi semula saat baru datang.

"Lanjutkan!" titah Aska pada Jansen.

"Oke. Dengarkan baik-baik, Bro." Jansen mulai menyiapkan diri.

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang