Chapter Enambelas

9.4K 803 27
                                    

Kaulah lukisan pagi, yang ku gambar, untuk senjaku. Kaulah deburan ombak, yang pecahkan batu karangku.

👀

"Assalamualaikum," salam Aska pada orang rumah, berbarengan dengan menuntun Syafa di sampingnya.

"Waalaikumsalam. Sudah pulang?"

"Sudah, ma."

"Ayo, duduk dulu. Mama tadi habis dari ibu RW, jadi dapet oleh-oleh. Bentar mama ambil dulu," mama Farah beranjak pergi menuju dapur.

Syafa duduk di samping Aska dengan gelisah, pasalnya, Syafa takut mengecewakan mama Farah. Karena dirinya tidak bisa memberikan kabar baik mengenai matanya. Dan Aska tentu sadar akan hal itu.

"Kenapa?"

"Takut," Syafa meremat ujung bajunya.

"Kamu tahu mama, Sya. Mama tidak akan menuntut lebih," Syafa mengangguk mengerti, karena Syafa tahu bahwa mama Farah pasti tidak akan memaksa lebih Syafa untuk dapat melihat. Apalagi harapan para orangtua, di mana menginginkan anaknya mendapat wanita yang sempurna, mama Farah bukanlah seperti itu.

"Iya, Syafa tahu, mas." Aska mengelus punggung Syafa pelan.

Lalu mama Farah datang dengan bolu pisang serta minuman dingin di sebuah nampan yang mama bawa.

"Ini, dicoba yah nak Syafa." Syafa mengangguk dengan mengucapkan, "makasih ma, jadi ngerepotin mama nih."

Mama Farah tertawa gemas, "kamu tuh yah, kaya ke siapa aja. Duh," saking gemasnya, mama Farah mencubit pipi Syafa.

"Oiya, gimana? Ada kabar apa, nih?" Apa yang Syafa takuti terjadi, dan Syafa begitu gugup menjawabnya.

"Maaf, ma." Sesal Syafa dengan nada lirih membuat mama bingung. Mama pun menatap Aska meminta penjelasan. Namun sebelum Aska menjawab, Syafa mencoba untuk menjelaskannya.

"Ma, Syafa tidak bisa sembuh." Syafa menunduk sedih. "Jika ingin sembuh, Syafa harus dengan donor mata," masih menduduk, Syafa mencoba menghalau air matanya agar tak luruh.

"Tidak apa-apa, asal kamu bisa melihat, mama setuju."

"Tapi, untuk mendapatkan donor mata itu tidak mudah, ma." Syafa kini mengangkat wajahnya menatap mama dengan pandangan gelapnya.

Mendengar itu, mama Farah pun memeluk Syafa sangat erat, mencoba menyalurkan kehangatan seorang ibu. "Tenang sayang, nanti mama juga bantu cari donor mata. Ok? Jangan sedih, ada mama dan Aska untuk kamu." Syafa senang, saking senangnya, rasanya ia ingin menangis. Namun sebelum ia tahan, air mata tersebut sudah luruh membuat mama heran.

"Kamu kok, malah nangis, sih?" Tanya mama menghapus air mata Syafa.

"Syafa bahagia, ma. Bahagia karena akhirnya Syafa bisa merasakan pelukan seorang ibu lagi," bukannya berhenti, tangisan Syafa semakin bertambah, membuat mama jadi bingung sendiri.

"Jangan nangis, dong. Cantiknya hilang nanti." Mama menghapus air mata Syafa sekali lagi, "lagian, dari awal juga mama udah bilang, anggap mama ini adalah mama kamu sayang, karena mamah suruh kamu panggil mama karena kamu memang anak mama, ngerti?" Syafa mengangguk antusias, lalu mama pun memeluk Syafa sekali lagi.

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang