Chapter Tigapuluh Delapan

6.4K 522 17
                                    

Selamat membaca, maaf jika terdapat typoooo:"
Klik bintangnya~

👀

"Udah, Sya. Buahnya kamu aja yang makan." Aska menyudahi. Ia sudah kenyang. Tadi saat Syafa datang bersama Mama dengan sekantong buah yang digenggamnya, Syafa menawarkan diri untuk menyuapi Aska. Tentu Aska tak menolak, dan ia menerimanya dengan senang hati.

"Bener, Mas Aska?" Aska mengangguk. Ia dan Syafa sedang duduk dekat dengan jendela rumah sakit. Menikmati udara sore hari yang sejuk ditemani dengan sebuah bising dari jalanan luar.

"Sini aku simpen, kamu tunggu di sini aja." kini gantian Syafa yang mengangguk, ia menunggu Aska yang sedang menyimpan buah segar tersebut di meja laci dekat ranjang. Lalu setelahnya kembali duduk di samping Syafa.

"Mama bilang kamu udah ingat sesuatu?" Syafa tiba-tiba tersenyum dan senyumnya sangat dalam. Benar-benar menawan bagi Aska. Namun hal tersebut membuat Aska heran. Mengapa senyumnya seperti itu?

Syafa mengangguk dengan sangat antusias, ia tak henti-hentinya tersenyum sedari tadi. Aska jadi takut Syafa kenapa-kenapa.

"Kamu kenapa senyum-senyum terus daritadi?" bukannya menjawab, Syafa malah menggeleng. Makin heran Aska jadinya.

"Syafa seneng, Mas Aska. Seneng banget rasanya bisa ingat Mas Aska lagi. Maafin Syafa yah Mas, Syafa lupain Mas Aska kemarin-kemarin." kedua sudut bibir Syafa melengkung ke bawah, tanda kesedihan di sana.

"Apa yang buat kamu tiba-tiba ingat?" Aska bertanya. Ia penasaran bagaimana wanitanya bisa mengingat dirinya akhirnya, karena ia bahkan tak membantu apa-apa untuk memulihkan ingatan Syafa.

"Syafa gak ingat dengan tiba-tiba, Mas Aska. Syafa ingat satu persatu semuanya sejak Syafa tinggal di rumah kak Ardan dan semakin terkumpul saat tinggal di rumah Mas Aska." jelasnya.

"Semenjak Syafa tahu Syafa hilang ingatan, Syafa sedih. Syafa seperti orang asing. Syafa ingin tahu siapa saja orang yang sayang sama Syafa, maka Syafa berusaha sekuat tenaga untuk mengingat hal apa saja yang membuat Syafa ingat. Meskipun kadang Syafa suka pusing. Tiap malem Syafa gak pernah tidur nyenyak dan Syafa selalu kurang tidur." ini kejam. Bagi Aska ini kejam untuk wanitanya. Ia berleha-leha di rumah sakit sedang wanitanya berusaha keras untuk mengingat dengan segala efek yang ia rasa.

Aska mengelus kepala Syafa sayang, ia tahu bahwa yang Syafa lalui tidak mudah. Dan itu semua juga karena dirinya yang lemah. "Maaf," sesal Aska. Ia benar-benar tak berguna untuk Syafa.

Mengangkat wajahnya, Syafa kaget mendengar ucapan Aska. "Mas Aska kenapa minta maaf?" tanyanya bingung, sangat bingung karena pasalnya Aska benar-benar tidak melakukan kesalahan apapun.

"Membuatmu merasakan hal yang sulit dan tidak mudah. Maaf, aku tidak berguna." Syafa sedih mendengarnya. Bukan itu maksudnya, Syafa tidak terima.

"Mas Aska enggak salah. Syafa juga gak salah. Gak ada pihak yang harus disalahkan, Mas Aska. Dan Mas Aska bukanlah sosok yang tidak berguna, dari awal sampai saat ini, jika tidak bertemu Mas Aska mungkin Syafa juga tidak ada apa-apanya." Syafa mencoba meraih pipi penuh dengan ketegasan itu. Mengelusnya lembut lalu mencoba menyalurkan sebuah senyum untuk mencairkan suasana.

"Terima kasih, Sya." Aska tak percaya sampai saat ini. Dari awal sampai sekarang ia masih belum percaya bahwa ada malaikat tak bersayap yang benar-benar hadir di dunia dan kini berada dihadapannya.

"Terima kasih juga, Mas Aska."

👀

"Bro, yakin mau pulang sekarang?" sembari berbenah keperluan yang harus dibawa pulang, Jansen bertanya.

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang