Chapter Empatbelas

9.4K 788 31
                                    

You made me always beating even though just by staring at you.

👀

"Duh!"

Terdengar suara gaduh di belakang Syafa dan Aska. Seperti sebuah rintihan. Apakah ada sesuatu yang terjadi?

Aska menoleh ke sumber suara, dan mendapati Syifa yang jatuh terduduk di tanah dan Yusuf yang sedang memegangi pantatnya.

Aska menatap tajam para adiknya. Mengintimidasi mereka dengan tatapan maut. "Sedang apa wahai adik-adikku, hm?"

"Eh? hehe bang Aska," tawa renyah Syifa yang tertangkap basah, sedangkan Yusuf hanya menunduk namun sesekali mengintip rupa Aska.

"Sudah acara keponya?"

"Eh? Enggak enggak," Syifa mengelak. "Syifa sama Ucup gak lagi kepo kok, cuma penasaran aja. Ya, kan?" Syifa sembari menyenggol lengan adiknya itu meminta pembelaan.

Aska mengangguk mengerti. Lalu atensinya berubah saat Syafa memegang lengannya. "Ada apa, mas?"

"Ada mahluk menyebalkan. Kita masuk," Syafa dibuat bingung dengan jawaban Aska, namun Syafa tetap mengikuti langkah Aska menjauh dari taman.

Namun sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah, Aska berhenti tepat di depan adik-adik kesayangannya yang menunduk ketakutan.

"Jangan melakukannya lagi, bukan perilaku yang baik. Mengerti?"

"Iya, bang. Mengerti, maaf." Sesal Syifa dan Yusuf.

Aska sebenarnya tidak marah, hanya saja menyayangkan sikap adiknya yang dengan sembarangan mengintip ataupun menguping pembicaraan orang lain. Aska akan menjawab jika mereka bertanya. Memberitahu jika mereka penasaran. Bukan dengan jalan seperti tadi, bukanlah perilaku yang baik.

👀

If our love was a fairy tale
Andai cinta kita adalah dongeng
I would charge in and rescue you
Aku pasti kan menerobos masuk dan menyelamatkanmu
On a yacht baby we would sail
Di atas sampan, kasih, kita kan berlayar
To an island where we'd say I do
Ke sebuah pulau di mana kita kan menikah

Aska membawa Syafa ke dalam rumah lalu ia tarik pelan genggaman tersebut menuju teras depan rumah.

Mendudukkan Syafa di bawah bintang dan bulan yang begitu semangatnya memberi cahaya. Meskipun indahnya kalah dari bidadari di sampingnya, sinar bulan dan bintang malam hari sebagai pelengkap malam mereka.

"Kita di mana?"

"Teras depan rumah," Syafa mengangguk. Lalu mulai meluruskan kakinya. "Sepertinya malam ini begitu indah. Andai mata memberikan kesempatan, aku ingin melihat."

Aska menoleh pada sang bidadari di sebelahnya. "Apa yang ingin kau lihat pertama kali?"

Syafa diam. Nampak berpikir. Mengetukkan jarinya ke dagu dengan lucu. Lalu seperti sebuah ide terlintas di otaknya, Syafa menjentikkan jarinya. "Mas Aska mau tahu?"

Aska menoleh jengah. Untuk apa ia bertanya jika bukan karena ia ingin tahu?

"Apa?" Aska menjawab dengan sebal namun penasaran. "Jika Syafa dapat melihat, Syafa ingin pertama kalinya Syafa melihat adalah wajah mas Aska." Aska dapat melihat senyum di bibir Syafa.

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang