Chapter Empatpuluh Tiga

5.1K 414 6
                                    

Sudah seminggu ini Aska menjalankan apa yang sang Papa tugaskan padanya. Ia harus bersikap profesional dan ia harus bertanggungjawab dengan apa yang sudah sang Papa berikan. Dan setelah tadi memeriksa, mengontrol dan mengawasi resto sampai menjelang sore, Aska telah dijemput oleh Jansen. Ya, karena Jansen harus mengawasi resto miliknya yang berada di Bali juga.

"Bro, kita pulang." Jansen menyapa dan mengajak pulang.

"Ke rumah Mama,"

"Eh? Ya gak bisa, Bro." Jansen menenangkan Aska.

Aska beranjak dari duduknya dan keluar dari resto. Ia menunggu sampai Jansen datang dengan mobilnya. Aska masuk, dan ia langsung menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Mau makan sesuatu? Atau kita makan ikan bakar bagaimana?" Jansen menyarankan, di sana Aska hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

"Oke, kita ke tempat tujuan!" Jansen berucap dengan lantang kemudian mulai melajukan mobilnya.

Hingga tak berapa lama akhirnya sampai, mereka keluar dan mulai memasuki tempat penjual ikan bakar. Aska duduk berhadapan dengan Jansen, dan Jansen mulai memesan. Aska di tempat duduknya sedang sibuk menghubungi seseorang. Namun sedari tadi panggilan telepon tersebut tak kunjung diterima membuat Aska sedikit kesal, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi adiknya, Cipa.

"Halo.. selamat sore, passwordnya?" orang di seberang dengan candaanya menjawab membuat Aska memutar matanya malas.

"Syafa mana?" tanya Aska langsung.

"Kok tanya ke Cipa, Bang?"

"Abang hubungi dia gak diangkat-angkat , dia mana?"

"Gak ada, tuh." jawaban Cipa membuat Aska mengerutkan dahinya bingung.

"Gak ada?"

"Iya, Kak Syafa gak ada di rumah, soalnya udah pulang sama Kak Claudy juga Ayahnya. Dan handphone nya juga ketinggalan haha" mendengar itu, Aska jadi kesal. Ia ingin berbicara sebentar saja dengan Syafa tetapi selalu tidak kesampaian.

"Kalau ketemu bilangin suruh hubungi Abang," titah Aska, namun jawaban Cipa semakin membuatnya kesal.

"Buat apa? Hmm kalau ketemu juga mending ngomongin cowok ganteng, Bang hehe dadah~" sambungan terputus dan Aska mencoba menghubi kembali tetapi selalu dialihkan. Adiknya benar-benar ingin ditelan hidup-hidup sepertinya.

"Kenapa, Bro?" Jansen yang sedari tadi memperhatikan akhirnya bertanya. Ia tidak tahu mengapa wajah Aska begitu sepet untuk dilihat.

"Syafa tidak dapat dihubungi." jawabnya membuat Jansen manggut-manggut mengerti.

"Duh.. duh, Bro, ke toilet dulu bentar mules." dengan segera Jansen langsung bergegas menuju toilet. Sedangkan Aska kembali dalam mode kesalnya karena ia terus mencoba menghubungi adiknya itu.

Namun seseorang memanggil namanya membuatnya menoleh. Di sana ia dapat melihat wanita cantik tersenyum manis ke arahnya. Dan ia menghampiri Aska dan duduk di tempat duduk yang tadi Jansen gunakan.

Wanita tersebut menyapa dengan santai. "Aska, kan?"

Aska mengangguk membenarkan. "Siapa, yah?" tanya Aska karena ia benar-benar tidak mengingat siapa gerangan yang berada dihadapannya kini.

"Kamu lupa? Wajar sih, kan kita dulu terakhir ketemu pas perpisahan SMA. Oiya, aku Debila, temen kelas kamu dulu." Aska mencoba mengingat dan memandangi benar-benar wajah wanita dihadapannya itu.

"Gini deh, ingat gak waktu kamu ke lempar bola basket sampai buat kamu kesel sama aku? Haha kamu tuh kalau marah gak marah tuh tetep nyeremin, yah." di sana Debila menjelaskannya begitu tenang, berbeda dengan yang mendengarkannya yang sudah tak tenang.

"Ingat," singkat jawab Aska.

"Bagus. Oiya, kita ke pantai, yuk? Ayo ayo temenin sebentar, Ka." sembari memohon sembari Debila memaksa dengan mendorong tubuh Aska untuk keluar dari tempat makan tersebut. Ingin menolak tetapi pengunjung melihatnya seperti bertanya-tanya, dan akhirnya mereka sudah berada di bibir pantai.

"Lihat, indah, kan? Apalagi jika kamu melihatnya dengan seseorang yang kau sayang Haha" terdengar begitu sendu, Aska dapat melihat tatapan menyedihkan dari Debila.

"Eh bagaimana kabarmu, Ka?" kini rautnya tiba-tiba berubah menjadi biasa kembali.

"Baik, kamu bagaimana?" 

"Aku akan selalu baik, tenang." jawabnya dengan santai. Kemudian ia memberikan smartphone nya kepada Aska dan meminta Aska untuk mengambil gambarnya.

"Tolong fotoin, yah. Aku ingin membuat feed instagramku terlihat bagus, tolong yah yah yah." bujuknya.

Aska pun hanya mengiyakana, ia sudah siap dengan smartphone milik Debila lalu mulai menghitung, namun terhenti saat Debila berujar.

"Apakah penampilanku bagus? Hmm coba ambil view yang bagus yah, kamu tahu aku cantik jadi pasti akan sangat pas pemandangan ini." Aska benar-benar harus pergi dari hadapan wanita ini. Segera!

"Oke."

Cekrek cekrek cekrek

Selesai, Aska langsung pergi, membiarkan si wanita yang mengaku dirinya cantik dengan heboh memilih mana yang harus ia kirim ke instagram. Sampai ia menyadari Aska sudah jauh, akhirnya ia berlari untuk mengejar, namun malang, karena memakai hak tinggi itulah ia akhirnya terjatuh.

"Aduh! Aska, tolongin dong." mau tak mau langkah Aska terhenti dan berbalik untuk memastikan. Melihat keadaannya kini, di sana si wanita yang mengaku cantik itu sudah di penuhi pasir di bagian kakinya. Aska pun menghampiri, dengan niat sebagai penolong. Ia jongkok dan melihat apakah terdapat luka atau tidak.

"Lututku perih, Ka." eluhnya.

"Manja." Debila hanya terkikik di sana melihat tanggapan Aska.

"Tapi udah sembuh, kok." Debila bangun dan membersihkan diri dari tempelan pasir. "Nih liat, kakiku benar-benar sembuh haha" ucapnya sembari berlari-lari kecil di sana membuat Aska menggelengkan kepalanya.

"Eh bentar-bentar," Debila menyuruh Aska untuk diam di tempat. Ia menghampiri Aska dan kini berdiri di hadapan Aska melakukan sesuatu yang tak ia duga.

"Ada pasir hehe" ucap Debila sembari menghempas pasir di rambut Aska membuatnya diam di tempat.

"Eh sudah waktunya pergi, terima kasih Aska, semoga kita bertemu kembali. Dadah~" tiba-tiba ia pergi meninggalkan Aska sendiri membuatnya linglung. Sebenarnya apa yang terjadi dengan wanita itu?

Aska mendapat sebuah panggilan, ia menerimanya kemudian. "Di mana, Bro?"

"Pantai"

"Pantai? Kok bisa? Kembalilah, makanannya sudah dingin." Jansen di sana mengajak Aska untuk kembali ke tempat makan sebelumnya.

"Oke." menutup panggilan tersebut, Aska melangkahkan kakinya untuk kembali menemui Jansen dan makanannya. Menghadapi wanita seperti Debila membuatnya lapar, tenaganya terkuras habis.

👀

T

erima kasih sudah baca part ini huehehe love you!💚💙

MAS ASKARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang