“Aku fikir kita sudah aman”
Suara sekumpulan zombie yang menggeram itu sudah tidak terdengar lagi.
Yaa… zombie… itulah yang sedang kami hadapi.
Makhluk mitos yang sering disebut dengan mayat hidup itu sekarang sudah memenuhi kota ini, bahkan mungkin sampai negara ini.
Sekumpulan makhluk bertubuh kurus dengan kulit pucat berlumuran darah, wajah rusak yang berjalan dengan tereok-seok itu sekarang sudah tidak lagi hanya aku lihat pada sebuah film atau sebuah game.
Itu sungguhan, itu nyata, itu hidup. Mayat itu hidup tepat didepan mataku.
Dan sekarang kami sedang berlindung dari kejaran mayat hidup itu didalam sebuah gedung, mungkin bekas gedung pabrik.
Aku bisa melihat banyak mesin besar didalam ruangan ini, dan bau besi dari mesin-mesin itu sedikit tercium oleh hidungku.
“kita tidak bisa hanya berlari terus”
Laki laki yang sedang berdiri menahan pintu masuk itu adalah kakak keduaku, kak Watson.
Sebelumnya dia adalah seorang mahasiswa berumur 21 tahun yang sangat ahli dalam bidang olahraga dan memiliki tubuh atletis. Namun dia memiliki kecerdasan yang dibawah rata-rata manusia normal.
Kami sudah berlari sekitar 4 Km tanpa henti hari ini, tapi kenapa dia sama sekali tidak terlihat kelelahan?
Tidak sepertiku dan kak Barry yang sedang kehabisan nafas saat ini, dia hanya berkeringat sedikit dan masih bisa mengatur nafasnya dengan stabil.
Apa dia robot?
“Itu benar… kita tidak bisa… lari terus… kita butuh mobil”
Kak Barry, kakak pertamaku menjawabnya dengan sisa nafas yang ada.
Kak Barry sebelumnya adalah seorang pria kantoran berumur 26 tahun.
Dengan memakai kemeja putih lengan panjang yang digulung, wajah tampan memakai kacamata, dia terlihat keren walaupun sedang kelelahan seperti itu.
Ditambah otak yang pintar dan bijak dalam mengambil keputusan membuat dia semakin terlihat sempurna.
Aku setuju dengan jawaban konyol kak Barry. Kita butuh mobil. Aku sudah muak berlari.
“Bukan itu maksudku! Maksudku kita tidak bisa terus berlari, kita harus punya senjata, kita harus melawan balik”
“Bukankah kita sudah punya senjata? Selama ini kau bisa melawan mereka kan? dan disaat kau melawan mereka itu akan memberikan waktu untukku dan hans melarikan diri. Jadi kaulah senjata kita. Kau sungguh senjata yang hebat watson”
Yang dikatakan oleh kak Barry itu benar.
Selama ini yang bisa melakukan perlawanan hanya kak Watson saja.
Kak Watson melawan sekumpulan zombie itu hanya dengan barang tergeletak yang ada seperti batu atau kayu. Bahkan dia pernah melawannya dengan tangan kosong.
“Terima Kasih… Ehh.. bukan begitu!!”
Dia sangat bodoh. Ekspresi tersipu malu akibat perkataan kak Barry itulah yang menjadi bukti nyatanya.
Aku membiarkan mereka memulai perdebatan dan duduk bersandar pada salah satu mesin besar itu.
Aku sangat lelah, mataku mulai kunang-kunang dan bajuku basah kuyup karena keringat akibat kelelahan.
Aku mengeluarkan air mineral yang ada ditasku dan meminumnya.
“Aku tidak bisa melawan mereka sendirian. Kalian berdua harus mambantuku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Player in the real world
HorrorPandemi zombie yang melanda seluruh negara mengharuskan Hans Miller, Gamers berumur 17 tahun untuk bertahan hidup dari serangan sekumpulan mayat hidup. Bersama kedua kakaknya yang bernama Watson Miller dan Barry Miller, mereka bertiga mencoba bertah...