Bab 4 #Mencari bunga bacopa (part 1)

11 6 1
                                    

Aku sedang mengemas barang-barangku dan persenjataan untuk perjalanan mencari obat penawar untuk kak Barry. July yang akan menemaniku bersama dengan anjing huskynya sekarang sedang mencari kendaraan untuk kami pergi ke gunung WardFall.

Itu bagus untuk memakai kendaraan disaat seperti ini karena akan lebih cepat untuk sampai kesana berarti akan cepat kak Barry sembuh.

Aku mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki cepat yang menuju kearahku.

"Mobilnya sudah siap diujung gang. Kita akan segera berangkat."

"Guukk Guukk"

"Baiklah. Tunggu sebentar."

~ ~ ~

Kak Watson menemaniku dan July saat kami sedang memasukkan barang-barang kami ke mobil. Setelah aku selesai dengan semua barangku, aku menghampiri kak Watson untuk mengucapkan kalimat perpisahan.

"Kak Watson. Kami akan kembali secepat mungkin, jadi tolong jaga kak Barry baik-baik selama aku dan July pergi..."

"Guukk!"

Anjing husky milik July menggong-gong padaku seperti membantah sesuatu.

"Haha... Tentu saja bersama dengan Watson juga."

"Oke. Percayakan kak Barry padaku."

Kak Watson mengacungkan ibu jarinya dengan mengedipkan sebelah matanya. Walaupun dia terlihat sangat percaya diri seperti itu, tetap saja aku sebenarnya ragu untuk mempercayakan kak Barry pada kak Waton. Tetapi aku tidak punya pilihan lain.

"Dan kalau kak Barry mulai mengalami perubahan... kak Watson tahu apa yang harus dilakukan kan?"

Aku tidak mau mengatakan itu, tapi mengingat kejadian sebelumnya yang kak Watson mencoba untuk menolong perempuan yang terinfeksi diminimarket jadi aku harus memperingatkan dia.

Wajah percaya diri kak Watson tiba-tiba berubah menjadi senyum yang dipaksakan.

"Iya... aku tahu... Tenang saja. Kejadian itu tidak akan terulang lagi."

"Baiklah. Kami berangkat."

"Berhati-hatilah kalian! Tetaplah waspada terhadap orang asing ya!"

Pesan konyol terakhir dari kak Watson itu mengantarkan aku, July dan Watson memulai perjalanan kami.

~ ~ ~

Aku duduk dikursi penumpang depan melihat keluar jendela pintu mobil saat July mengendarai mobil disampingku.

Sedangkan Watson sedang menikmati perjalanannya dengan mengeluarkan kepalanya lewat jendela pintu mobil dan menjulurkan lidahnya yang terbawa angin berada dikursi belakang.

Sudah sejam sejak keberangkatan kami menuju gunung WardFall, tetapi tidak ada percakapan sama sekali diantaraaku dan July. Bahkan suasana dimobil ini terasa sangat canggung.

Mungkin July berfikir kalau suasana hatiku sedang buruk jadi dia memilih untuk diam dan membiarkan aku tenang.

Tetapi tidak seperti itu.

Aku jadi merasa tidak enak dengan suasana canggung ini karena aku merasa seperti penyebab dari suasana tidak meng-enakkan ini. Jadi aku memutuskan untuk buka pembicaraan...

"Cu-cuaca hari ini bagus ya."

"Hah? Iya... Bagus..."

BODOOOHHH!!!

Apa yang baru saja aku katakan?! Aku jadi terdengar seperti orang jomblo seumur hidup yang mencoba untuk mendekati seorang perempuan.

Baiklah aku coba lagi...

"Ka-kalau lampu merah berhenti ya. Jangan diterobos."

"Hah? Tapi kan tidak ada kendaraan lain yang melintas disekitar sini."

"Be-benar juga ya."

TOLOOOLLL!!!

Apa lagi yang aku katakan?! Aku tahu aku ingin mengobrol padanya tapi aku jadi seperti orang tua yang sedang mengajari anaknya menyetir.

Baiklah... Aku menyerah!

"Boleh aku bercerita sesuatu?"

"Hah?! Tentu saja"

Akhirnya July yang memulai perbincangan diantara kami dengan benar.

"Disaat aku melihat Barry yang tergigit itu, aku mengingat wajah kedua orang tuaku saat mereka terkena gigit oleh zombie juga."

July memulai cerita sedih tentang orang tuanya... lagi.

Mungkin dia sudah lama ingin bercerita tentang kedua orang tuanya pada seseorang tetapi karena dia hanya tinggal bersama seekor anjing husky jadi dia tidak bisa melakukan itu. Itu terlihat dari raut wajah sedih yang diatampakkan sekarang.

"Setelah mereka tergigit oleh zombie, mereka memberikan sebuah pistol dan menyuruhku untuk menembak mereka. Sama seperti yang diminta oleh Barry sebelumnya."

Atau mungkin selama ini dia menceritakan hal ini pada Watson dan Watson hanya menjawab dengan mengong-gong.

"Aku mengingat wajah mereka saat aku menempelkan ujung pistol yang aku pegang ke kepala mereka. Mereka saat itu tersenyum padaku padahal hidup mereka akan berakhir dalam hitungan detik."

Ceritanya menjadi lebih jauh dari sebelumnya. Dan raut wajah July juga jauh lebih sedih daripada saat dia menceritakan tentang ini sebelumnya.

"Aku selalu berfikir apa yang aku lakukan salah? Apa aku salah menuruti permintaan kedua orang tuaku? Apa aku salah karena membunuh mereka?"

Aku terdiam sejenak setelah July melontarkan pertanyaan beruntun seperti itu dengan nafas yang mulai terisak-isak.

"Itu tidak benar."

"Tetapi kalau saja aku tahu ramuan penawar ini lebih awal mungkin saja kedua orang tuaku masih ada sekarang kan?"

July mulai meneteskan air mata dan nafasnya terisak-isak saat mengendarai stir mobil itu.

Aku tidak tahu apakah aku harus simpati dengan perasaan sedihnya atau aku harus panik sekarang. Karena setiap isakan tangisnya membuat dia mengendarai stir mobil itu dengan tidak stabil dan otomatis mobil ini melaju dengan tidak karuan. Aku khawatir kami akan menabrak sesuatu kalau dia mengendarai dengan keadaan seperti ini terus.

"Itu tidak benar! dan itu juga bukan salahmu... Belum lama ini aku juga membunuh orang yang sudah terinfeksi. Aku berfikir untuk menolongnya tetapi tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa memberikan harapan pada orang itu kalau aku akan menyelamatkannya. Jadi pertolongan yang bisa aku berikan adalah mempercepat kematiannya dan mengurangi penderitannya."

Aku berpegangan pada pegangan yang ada diatas pintu mobil dan menjawabnya dengan sedikit melantangkan suaraku. Entah karena aku ingin meyakinkan July atau karena aku panik.

July terdiam setelah mendengarkan ceritaku dan mengusap air matanya.

"Jadi aku fikir yang kau lakukan itu benar."

Aku melanjutkan meyakinkan dia dengan mengencangkan peganganku.

"Iya... Ternyata kau benar... Terima kasih hans. Aku jadi lebih lega sekarang."

"Sama-sama. Ceritalah kapanpun kau mau. Tetapi untuk sekarang berhentilah menangis dan kendarai mobil ini dengan benar. Aku sedikit panik karena kau mengendarai mobil ini sambil menangis."

"Hehehe... maaf maaf."

Player in the real worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang