Bab 2 #Perjalanan menuju distrik 9 (part 4)

23 2 1
                                    

“Ayo kita periksa rumah itu”

Kami sudah hampir sampai dijembatan besar distrik 6, tetapi karena langit barat sudah berwarna oranye ini berarti waktunya untuk kami mencari tempat untuk istirahat.

Kak Barry menunjuk sebuah rumah 2 lantai dengan cat berwarna putih dengan keadaan rumahnya masih sangat bagus.

Saat sampai didepan pintu rumah itu, kami membentuk formasi seperti biasa. Kak Watson berada didepan.
Kami memeriksa seluruh ruangan yang ada satu persatu sampai benar-benar aman.

Kami bertiga berpencar, aku memeriksa ruangan bagian depan rumah serta garasi mobil, kak Barry bagian belakang serta dapur, sedangkan kak Watson memeriksa lantai 2.

“Lantai 2 aman!”

“Bagian depan aman!”

“Bagian belakang juga!”

Setelah meneriakkan itu, kami berkumpul kembali didapur dan menyatukan semua barang bawaan kami kecuali senjata masing-masing.

Tugas selanjutnya adalah membuat rumah ini aman.

Kami mengunci semua pintu dan menahannya dengan menyusun barang-barang berat didepan pintu itu untuk menahannya.

Mengunci dengan rapat semua jendela dan menutupinya supaya cahaya dari dalam tidak keluar.

Setelah semua sudah aman. Kami kembali lagi kedapur.

“Aku akan membuat makan malam”

Kak Watson membuat makanan instant yang dibawa oleh kak Barry dari minimarket.

Sedangkan kak Barry sekarang sedang berada diruang keluarga untuk melihat-lihat foto yang terpajang disana.

Dan aku sekarang sedang berada di lantai 2 untuk melihat-lihat juga.

Aku memasuki satu kamar yang berada diujung lorong lantai 2 dan menyalakan lampunya.

Itu adalah kamar biasa dengan satu kasur besar lengkap dengan bantal dan selimut, satu lemari baju, dan satu laci panjang.

Walaupun itu hanya kamar biasa, ada sesuatu yang sangat menarik perhatianku. Mataku tertuju oleh sebuah pajangan yang ada diatas laci panjang itu.

Itu adalah sebuah pedang katana yang memiliki panjang mungkin sekitar 1 meter lengkap dengan sarung pedangnya.

Aku mengambilnya dan mengeluarkan pedang katana itu dari sarungnya dan keadaan pedang itu masih terlihat bagus dan masih tajam.

Melihat ada sebuah cermin disamping pintu kamar itu, aku mencoba berpose keren didepan cermin dengan pedang ini.

Ini benda yang keren!

Selesai dengan berpose keren, aku memegang pedang katana dengan kedua tanganku dan mencoba membelah angin secara horizontal.

Persetan dengan senapan! Aku akan menggunakan pedang ini saja sebagai senjataku.

Aku memasukan kembali pedang katana itu pada sarungnya dan membawanya ke lantai bawah.

Aku menaruh pedang katana itu bersama dengan barang-barang lain yang kami letakan disamping meja makan kemudian duduk disamping kak Barry.

“Darimana kau mendapatkan benda itu?”

“Aku menemukannya di kamar lantai 2. Aku akan membawanya sebagai senjataku baruku”

“Hoi! itu namanya mencuri. Kau tidak boleh melakukan itu. Hans! Dengarkan aku!”

Aku dan kak Barry mengabaikan perkataan orang bodoh yang masih memakai celemek dan sedang menyiapkan makan malam itu.

Selama ini dia mengambil barang-barang diminimarket seenaknya saja dan sekarang dia malah membahas tentang hal itu?

Apa otaknya sudah dimakan zombie?

Player in the real worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang