Bab 4 #Mencari bunga bacopa (part 3)

11 2 0
                                    

Dipusat distrik 8 jumlah mayat manusia lebih banyak bertebaran dibandingkan distrik lainnya. Itu membuat perjalanan kami menjadi tidak mulus.

Ini mungkin karena distrik 8 sebelumnya adalah merupakan distrik yang padat penduduk dan distrik ini juga lebih kecil dari distrik lain.

Mobil yang aku, July dan Watson naiki sekarang terkadang terguncang karena melindasi salah satu mayat yang bertebaran dijalan. Dan karena mobil kami juga mengeluarkan suara yang cukup kerad untuk membuat orang yang tidur menjadi terbangun, zombie yang tadinya bersembunyi didalam bangunan menyadari keberadaan kami dan mencoba menghalangi mobil kami. Itu juga terkadang membuat mobil ini tidak seimbang karena July mecoba menghindari zombie yang menghalangi mobil kami.

“Sudah sore... Bagaimana ini Hans? Kita lanjutkan atau mencari tempat untuk tidur?”

July melihat kearah langit saat mengendarai stir mobil itu.

Sebenarnya aku ingin lebih cepat mendapatkan bunga bacopa itu untuk mengobati kak Barry, tetapi aku juga tidak bisa memaksakan untuk terus berjalan dimalam hari.

Karena pengelihatan kami tidak akan maksimal dimalam hari, ditambah lagi zombie-zombie itu juga akan lebih aktif disaat hari sudah gelap.

Jadi aku memutuskan untuk mencari tempat untuk tidur.

“Lebih baik kita mencari tempat aman untuk tidur. Kita lanjutkan perjalanan besok pagi.”

Bersabarlah sebentar lagi Kak Barry... Aku pasti akan mendapatkan bunga bacopa itu dan menyembuhkan Kak Barry secepatnya.

~ ~ ~

Kami memutuskan untuk beristirahat disebuah rumah yang berada dipusat distrik 8.

Setelah semua sudah aman dan semua pintu sudah dikunci, ini berarti saatnya untuk kami makan malam.

Ini sebuah keberuntungan karena kami tidak makan makanan instant untuk malam ini. Kami akan makan enak malam ini karena July menemukan beberapa telur dan sepotong dada ayam dikulkas yang terdapat dirumah yang kami singgahi.

Aku, July dan Watson memakan makan malam kami diruang makan dekat dengan dapur.

“Sekarang ceritakanlah tentang dirimu. Apa yang kau lakukan sebelum wabah zomie ini? Apa kau bekerja atau semacamnya?”

July bertanya kepadaku sembari mengambil 2 botol kecil yang berisi garam dan lada yang ada dimeja makan kemudian menambahkan kedua bumbu itu pada makanannya.

Bekerja? Apa wajahku terlihat tua dimatanya?

Padahal untuk ukuran laki-laki tubuhku ini terbilang kecil dan tinggi badanku dengan July juga hampir terlihat sama, hanya saja aku lebih tinggi beberapa senti darinya.

“Tidak. Aku masih berumur 17 tahun. Aku seorang murid sekolahan.”

“Benarkah? Berarti kau lebih muda dariku dong. Aku 19 tahun dan aku seorang mahasiswi dulu.”

“19 tahun? Aku kira kau seumuran denganku.”

“Benarkah? Berarti aku masih terlihat muda ya.”

Dia memegang pipi kanannya tersipu malu. Sepertinya sifat terlalu percaya diri itu ditularkan oleh kak Watson.

“Yaa… begitulah.”

“Terus terus? Apa keseharianmu?”

Keseharianku? Apa yang harus aku ceritakan? Aku dulu hanya seorang gamers yang menghabiskan waktuku hanya untuk bermain video game dirumah. Jangankan memiliki keseharian, makan dan tidurku pun sangat tidak teratur.

Berbohong? Tidak. Itu tidak ada gunanya. Lebih baik aku cerita apa adanya.

“Aku dulu seorang gamers. Aku kecanduan bermain game dan bahkan aku sering bolos sekolah hanya untuk bermain game dirumah. Dan itu membuatku menjadi tidak punya teman dan tidak punya tujuan hidup. Mungkin aku terdengar gila tapi berkat adanya wabah zombie ini aku sedikit bersyukur karena aku mulai memikirkan tujuan hidupku walaupun aku tahu ini sudah sangat terlambat.”

Aku... mengatakannya... Aku bercerita tentang masa laluku yang kelam.

“Tidak punya teman? Tidak mungkin.”

“Apa maksudmu?”

“Tidak. Aku hanya berfikir kau itu orang yang sangat menarik bagiku. Jadi aku sedikit tidak percaya kalau kau tidak punya satu temanpun.”

Aku terdiam dan membeku sejenak. Dalam sekejap suasana menjadi sangat hening setelah July melontarkan pendapatnya.

Apa... Apa-apaan ini?! Apa dia baru saja memujiku?! Atau dia hanya mengejekku?!

Ini pertama kalinya aku mendapat pujian seperti itu. Ditambah lagi itu datang dari seorang perempuan dan perempuan itu sekarang berada tepat didepanku.

Kenapa tiba-tiba udara dirumah ini menjadi panas?

Jantungku berdebar sangat cepat setelah menerima pujian itu.

Sial! Kalau begini aku jadi sulit untuk melihat matanya saat berbicara dengannya.

Aku berdiri dari meja makan tanpa berkata sepatah katapun dengan menundukkan kepalaku.

“Eeh? Kau sudah kenyang?”

“A-aku su-sudah selesai makan. A-aku akan langsung tidur sekarang”

Kenapa aku jadi tergagap begini sih!

“Oh iya... Saat aku memeriksa seluruh ruangan tadi, hanya ada 1 kamar dan 1 kasur yang lumayan besar dirumah ini. Jadi kita akan berbagi kasur malam ini ya.”

APAAAAA??!!!!!!!

“Ka-ka-kalau be-begitu aku akan ti-ridur diruang tamu saja.”

Player in the real worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang