Bab 2 #Perjalanan menuju distrik 9 (part 1)

32 2 0
                                    

Pagi yang cerah seharusnya menjadi awal untuk hari yang menyenangkan. Itulah yang aku terlintas dibenakku saat aku membuka mataku pagi ini.
Tetapi tidak untuk hari ini.

Setelah kejadian tragis yang terjadi semalam, kak Watson semakin murka dan tidak mau berbicara kepadaku juga kak Barry.

Saat aku membuka mataku pagi ini, aku melihat kak Watson sedang mengawali hari dengan berolahraga kecil seperti push up atau sit up, tetapi aku tidak mendapaat sapaan ‘selamat pagi’ seperti biasa dari dirinya.

Dia menutup mulutnya dan menjauhi aku juga kak Barry dengan wajah kesal.

Sebenarnya aku juga tidak mau melakukan hal keji seperti semalam, tetapi apa yang bisa kami lakukan?

Perkataan kak Barry benar. Kita tidak bisa melakukan hal lain selain mempercepat kematiannya.

Kalau kami memberikan perempuan itu harapan bahwa kami bisa menolongnya itu hanya akan membuatnya semakin menderita.

Jadi tanpa fikir panjang aku langsung mengambil tindakan sebelum kak Watson menghalangiku seperti dia menghalangi kak Barry.

~ ~ ~

Setelah kami mempersiapkan persenjataan dan perbekalan, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju distrik 9.

Kami sekarang sudah sampai diperbatasan distrik 6 dan 7. Itu termasuk waktu yang lama untuk sampai disini karena kami harus mencari persenjataan dari menggeledah mayat kemarin.

Distrik 6 dulunya adalah distrik yang ramai karena banyak kendaraan yang lalu lalang melewati distrik 6 hanya untuk pergi ke distrik 9 atau sebaliknya melewati jembatan besar yang memotong distrik 7 dan 8.

Tetapi sekarang yang terlihat hanya kendaraan yang terdiam dengan mayat manusia didalamnya.

Saat ini aku berjalan berdampingan dengan kak Barry sedangkan kak Watson berjalan sendirian didepan kami.

Sesekali aku ingin mencoba mengajaknya berbicara tetapi kak Barry menahanku dan berkata “Jangan hiraukan Watson dulu. Dia butuh waktu untuk menenangkan diri” katanya.

Jadi sejak memulai perjalanan kami pagi tadi aku hanya melihat kak Watson berjalan dari belakang.

~ ~ ~

“Hans. Berikan aku air”

Kak Watson yang berjalan didepan meminta air kepadaku tanpa menoleh kearahku sedikitpun.

Aku diam dan mengabaikannya.

“Hoi Hans”

Kak Watson mengeraskan suaranya dengan nada yang sedikit kesal.

Aku tetap diam dan mengabaikannya, tetapi kak Barry menyentuhku dengan sikutnya memberikan tanda untuk memberikan kak Watson air.

Tetapi aku menggelangkan kepalaku untuk berkata tidak pada kak Barry.

Kak watson mulai kesal dan berbalik kearahku.

“Hoi bocah! Kau dengar aku tidak?!”

Kak Watson memegang kerah bajuku dengan tangan kanannya dan menarikku.

“Tu-tunggu kak Watson. Aku disuruh oleh kak Barry”

Kak Watson menoleh kearah kak Barry dengan wajah murka.

“Aku?! Hei apa-apaan kau Hans?!”

“Bukankah tadi kak Barry menyuruhku untuk mengabaikan kak Watson dulu karena dia butuh waktu untuk menenangkan diri? Jadi aku mengabaikannya”

Aku harap ini berhasil…

Kami terdiam sejenak dan kak Watson melepaskan tangannya dari kerahku.

“Hmpf…”

“Bahahahahaha…”

Kedua kakakku itu tertawa terbahak-bahak setelah mendengarku.

“Apa?! Ada apa? Apa yang aneh?”

Aku berkata dengan wajah yang berpura-pura polos.

“Aku kira kau lebih pintar dariku tetapi ternyata kau itu bodoh. Hahaha”

“Itu benar. Aku kira aku hanya mempunyai 1 adik bodoh, ternyata aku mempunyai 2. Hahaha”

Yup. Ini berhasil, aku berhasil mencairkan suasana.

Mereka berdua tertawa sangat keras sampai meneteskan air mata sambil memegang perut mereka.

“Hahaha… sudahlah, berikan aku air dulu.”

Aku memberikan air kepada kak Watson dan juga kak Barry.

Setelah minum, kak Watson memegang bahuku dan berkata…

“Aku minta maaf Hans. Walaupun aku masih sedikit kesal tetapi aku mengerti sekarang kalau yang kau lakukan itu adalah pilihan terbaik”

“Iya kak. Aku mengerti. Aku tahu kak Watson itu bodoh jadi butuh waktu untuk mengerti soal itu”

“Apa kau bilang?! Kemari kau dasar adik sialan.”

“Aduuhh.. sakit kak.. hentikan..”

Kak Watson mencekikku dengan lengan kirinya dan menggosokkan kepalan tangan kanannya ke kepalaku.

Aku tahu dia itu hanya bercanda tetapi kerana dia mempunyai tenaga yang kuat jadi itu tetap terasa sakit walaupun dia hanya bercanda.

“Yosh! Baiklah. Ayo kita lanjutkan perjalanan kita”

Kak Watson mulai melangkah didepan aku dan kak Barry.

Setelah sesaat berjalan sebentar, kak Barry mendekat kepadaku dan membisikan sesuatu kepadaku.

usaha yang bagus

Player in the real worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang