Bab 2 #Perjalanan menuju distrik 9 (part 3)

24 2 0
                                    

“Kami minta maaf”2x

“Apa? Aku tidak mendengar suara kalian”

“KAMI MINTA MAAF”2x

Aku dan kak Watson akhirnya tertangkap oleh kak Barry. Dan sekarang aku sedang memijat kaki kanan kak Barry sedangkan kak Watson kaki sebelah kirinya sebagai hukuman karena target tembak yang aku dan kak Watson buat.

Kak Barry yang sedang duduk dibangku halte bis yang sudah rusak sedang menikmati pijitan dariku dan kak Watson dengan ekspresi kesal diwajahnya.

“Kak Barry. Kakak sudah puas kan? Jadi ayo kita jalan lagi”

“Iya kak. Sekarang sudah sore. Kita harus cari tempat yang aman untuk istirahat”

Sudah sekitar 2 jam aku dan kak Watson memijat kaki kak Barry, tetapi ekspresi kesal diwajah kak Barry masih belum hilang.

“Tidak. Aku masih pegal karena mengejar kalian tahu”

Hari sudah semakin sore, aku menjadi khawatir kami tidak akan sempat mencari tempat yang aman kalau begini terus.

“Lagipula kalian mendapatkan fotoku dari mana sih?”

“Bukan aku. Kak Watson yang menemukannya”

Aku menunjuk ke arah kak Watson.

“Eee... Aku menemukannya terjatuh dari tas kak Barry sebelum kita berangkat dari minimarket pagi tadi. Lagipula foto itu sudah lama dan gambarnya sudah sedikit buram, jadi aku fikir kakak sudah tidak membutuhkannya lagi dan aku gunakannya untuk target tembak”

“Aku tahu foto itu sudah buram, tetapi bukan berarti itu bisa jadi target tembak. Dasar bodoh”

“Iya. Aku minta maaf”

“Apa? Aku tidak mendengar suaramu”

“AKU MINTA MAAF”

Suara kak Watson cukup keras. Aku jadi semakin panik setelah kak Watson berteriak seperti itu.

Dan ternyata benar. Suara kak Watson mengundang zombie untuk datang ke arah kami. Saat aku menoleh ke arah kananku, ada zombie yang sedang berjalan pincang ke arah kami.

Karena jarak zombie itu masih jauh, jadi kedua kakakku itu masih belum menyadarinya. Dan sebelum mereka menyadarinya, aku sudah mendapat sebuah rencana bagus.

Aku mencolek kak Watson dan memulai kontak mata dengannya.

Aku memberitahu kak Watson dengan melirik kaki kak Barry kemudian aku menunjuk ke arah zombie yang datang ke arah kami lalu aku membuat gerakan seperti orang sedang berlari.

Kak Watson tersenyum jahat dan menggangguk mengerti.

Entah mengapa kalau rencana untuk mengerjai orang kak Watson pasti bisa langsung mengerti dengan mudah walaupun hanya dengan kontak mata dan beberapa gerakan seperti tadi.

“Kak Barry! Ada zombie datang ke sini”

“Apa?! Dima-...”

“Cepat kak Barry! Biar kami bantu”

“Hei! Lepaskan kakiku! Aku bisa lari sendiri. LEPASKAN!!!”

Aku dan kak Watson menyeret kaki kak Barry dengan berlari secepat mungkin.

Player in the real worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang