Sudah lama sekali aku tidak makan dengan nyaman seperti ini.
Makan bersama-sama dengan kedua kakakku dimeja makan walaupun yang terhidang diatas meja makan ini hanyalah beberapa makanan instant tetapi ini tetap terasa hangat dan nikmat.
Mungkin karena sebelumnya aku hanya bisa makan disebuah bangunan tua yang sudah usang atau disebuah minimarket yang berantakan dengan perasaan yang selalu waspada dan dikelilingi bau amis darah.
“Aku masih penasaran. Menurut kalian apa penyebab wabah virus zombie ini?”
Kak Watson membuka perbincangan dimeja makan dengan mulut penuh mengunyah makanan.
“Hmm. Aku tidak terlalu mengerti soal itu. Tetapi mungkin disebabkan dari tumbuhan atau hewan.”
“Bagaimana bisa hewan atau tumbuhan menyebabkan virus yang seperti itu? Apa kak Barry bercanda?”
“Itu bisa saja. Mungkin dari tanaman beracun. Atau mungkin saja ada anjing rabies yang menggigit manusia kemudian manusia itu mati lalu berubah menjadi zombie. Tapi aku tidak yakin dengan itu”“Hmm... aku tidak begitu mengerti dengan maksudmu kak Barry. Bagaimana menurutmu Hans?”
Kak Watson beralih bertanya padaku saat aku mengunyah makananku.
“Menurutku ini mungkin ulah orang jahat yang membuat virus zombie dan mencobanya pada satu mayat dengan tujuan untuk mendominasi dunia”
Mereka berdua terdiam dan melihat kearahku dengan wajah lesu yang aneh dan pipi mengembung berisi makanan yang mereka makan.
Apa? Itu bisa saja terjadi kan?
Menurut pengetahuan yang aku dapat dari beberapa film horror yang aku tonton dan game horror yang aku mainkan, wabah seperti ini pasti ulah sebuah organisasi atau orang jahat yang ingin menguasai dunia.
Jadi aku tidak salah kalau mengutarakan pendapatku seperti itu kan?
“Yaa kalau menurutku sih…”
“Terima kasih makanannya”2x
Sebelum kak Watson selesai mengatakan sesuatu, aku dan kak Barry menghabiskan sisa makanan kami dengan sekali suap dan meninggalkan kak Watson dimeja makan.
“Kak Barry, aku mandi duluan yaa”
“Iya. Tapi cepat, aku juga mau mandi”
“Hoi! Tidak bisakah kalian mendengar pendapatku sedikit saja?”~ ~ ~
Kami bertiga berkumpul lagi dimeja makan setelah semuanya selesai mandi.
“Hanya ada 2 kamar dirumah ini dan itu ada dilantai 2. Jadi kita akan mengadakan undian seperti biasa dan yang kalah akan tidur di sofa ruang keluarga lantai 1”
“Baik. Aku setuju”
Kak Watson menyetujui kak Barry dengan sangat cepat.
Aku tidak bisa bilang kalau aku setuju karena aku juga ingin tidur dikasur yang empuk dan nyaman. Tetapi karena itu hanya untuk menentukan siapa yang akan tidur di sofa lantai 1, aku fikir aku tidak terlalu keberatan.
Walaupun aku kalah, tetapi aku tetap masih bisa tidur. Itu yang terpenting untuk sekarang. Aku kurang tidur semenjak undian ini diadakan karena aku selalu kalah... Tidak. Lebih tepatnya karena aku selalu dicurangi.
Lagi pula aku sudah terbiasa tidur dengan posisi duduk dimeja komputer saat aku bermain game dulu jadi itu tidak masalah kalau aku tidur disofa.
“Baiklah” Itulah yang aku jawab.
Kami melakukan undiannya seperti biasa dan sekarang kak Barry sedang membuat kertasnya.
“Ini. Sekarang giliranmu untuk memegangnya.”
“Baik”
Kak Barry memberikan 3 helai kertas yang baru saja dia buat kepadaku.
Aku mulai mengacaknya dengan kedua tanganku dibelakang tubuhku dan kak Barry sekarang sudah memulai kontak mata dengan kak Watson.
Yaa aku tidak peduli dengan itu, yang penting aku bisa tidur.
Aku selesai mengacaknya dan menggenggam ketiga kertas itu dengan tangan kiriku.
“Baiklah. Kita mulai”
Kami menghitung bersama…
“1… 2… 3!”
~ ~ ~
“Selamat tidur hans”2x
Kedua kakakku pergi kelantai 2 membawa senjata mereka.
Akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak, walaupun tidak dikasur yang empuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Player in the real world
HorrorPandemi zombie yang melanda seluruh negara mengharuskan Hans Miller, Gamers berumur 17 tahun untuk bertahan hidup dari serangan sekumpulan mayat hidup. Bersama kedua kakaknya yang bernama Watson Miller dan Barry Miller, mereka bertiga mencoba bertah...