Tanpa kami sadari hari sudah mulai gelap sekarang. Dan Zombie yang mengejar aku dan July dari belakang saat kami berlari tadi sudah ada dihadapan kami sekarang.
Kalau dalam sebuah game aku hanya harus mengalahkan Bossnya dan masalah selesai. Tetapi ini berbeda. Kalau aku membunuh Jack Hollow sekarang itu akan sama saja.
Jadi aku dan July harus menghadapi sekumpulan zombie yang mengincar kami sekarang.
“Baiklah para umatku! Hidangan makan malam kalian sudah didepan mata! Nikmatilah!”
Boss gila itu merengangkan tangannya mempersilahkan sekumpulan mayat yang dia sebut umat itu untuk memakan aku dan juga July.
“Apa kau punya ide bagus Hans?”
Aku mencoba berfikir cepat supaya kami tidak dimakan oleh mayat berjalan itu.
Hidangan… Makanan… Manusia… Manusia? itu dia!
“July! Ayo kita lari kebelakang Jack!”
“Apa?! Kenapa kau menyerah dan berlindung pada musuh seperti itu.”
“Sudahlah ikuti saja!”
Aku menarik tangan July dan berlari kearah Jack. Tepatnya kami berlari kearah belakang Jack. Kami berhenti sedikit jauh dari Jack berdiri dan...
Apa itu?! Kenapa zombie itu hanya melewati Jack dan tidak memakannya?
“Ada apa? Apa kau bingung kenapa umatku tidak memakanku? Hahaha... Itu tentu saja karena aku adalah salah satu dari mereka.”
Aku menggeretakkan gigiku kesal karena rencana brilianku gagal dan seketika aku teringat akan sesuatu.
Oh... aku ingat sekarang! Pantas saja aku merasa seperti pernah melihat Jack sebelumnya. Dia adalah orang yang aku lihat semalam saat dia berjalan melewati sekumpulan zombie dengan santainya sambil bersiul.
Kenapa aku bisa sampai tidak menyadarinya.
“Aku memakan ramuanku sendiri dengan sedikit membedakan racikan serta dosisnya. Sehingga aku bisa menjadi seperti mereka tanpa kehilangan akal sehatku.”
Jadi itu alasan mengapa dia mempunya kulit yang pucat dan uratnya jadi lebih terlihat dikulitnya, tidak seperti manusia pada umumnya.
Walaupun dia bilang begitu bagiku dia tetap saja sudah kehilangan akal sehatnya.
Aku gagal membuat Jack sebagai pancingan untuk sekumpulan zombie itu, jadi aku dan July harus kembali melawan sekumpulan mayat hidup lagi.
Wuuusshhh… Wuuusshhh… Wuuusshhh…
Doooorrrrr!! Doooorrrrr!! Doooorrrrr!!
“Sial! Mereka terlalu banyak!”
“Hans! Awas dibelakangmu!”
Aku mendengar teriakan peringatan July kemudian membalikkan badanku dan berhasil menahan zombie yang menyarangku dengan membabi buta, tetapi Zonbikiraa terlepas dari tanganku.
Zombie itu mencoba menggapai leherku dengan mulutnya tetapi aku berusaha keras mendorong zombie itu kedepan.
Mulut zombie ini busuk sekali!
Oh! Aku ingat!
“Haarrrgghhh!!!!”
Darr!
Aku mengambil pistol Glock yang ada disaku celanaku dan menembak zombie yang mencoba menggigitku tepat dibawah dagunya. Ini sangat mudah untuk menembak zombie yang ada dihapadanku karena aku tidak perlu untuk membidiknya. Aku hanya perlu menempelkan ujung pistolnya pada kepala zombie itu dan tembakanku sudah pasti akan membunuhnya.
Darah zombie yang aku tembak itu terciprat mengenai wajahku.
Emosiku mulai tidak terkendali karena terkena serangan dari zombie tadi. Dan itu membuat hasratku untuk membunuh sekumpulan zombie itu mulai membara.
Aku mengambil kembali Zonbikiraa yang terjatuh dan memegangnya dengan tangan kananku sedangkan pistol Glock ditangan kiriku.
“AKU BUNUH KALIAN SEMUA!!”
Wuusshhh… Wuusshhh… Dorr! Wuusshhh... Dorr! Dorr!
Aku mengkombinasikan kedua senjataku. Tangan kananku menebas dengan pedang katana Zonbikiraa dan tangan kiriku menembak dengan pistol Glock.
Perasaan ini… sensasi ini… Aku merasa… Aku merasa hidup!
“Kelihatannya kalian sedang sibuk. Jadi aku akan biarkan kalian bermain-main dengan umatku. Jadi Selamat tinggal.”
Jack yang berada ditengah kerumunan zombie itu pergi meninggalkan aku dan July sambil bersiul.
Aku tahu suara siulan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Player in the real world
TerrorPandemi zombie yang melanda seluruh negara mengharuskan Hans Miller, Gamers berumur 17 tahun untuk bertahan hidup dari serangan sekumpulan mayat hidup. Bersama kedua kakaknya yang bernama Watson Miller dan Barry Miller, mereka bertiga mencoba bertah...