Sampai di rumah suasana yang ku lihat adalah sepi, mobil papa nggak ada. Aku dan teman-temanku masuk ke rumah, aku persilakan mereka untuk duduk di ruang tamu tapi mereka lebih memilih duduk di teras.
"Kalian mau minum apa biar aku buatin?" Aku bertanya pada teman-temanku.
"Nggak usah Ra, aku udah suruh papaku jemput bentar lagi juga sampai kok." Agnes menolak tawaranku.
Mendengar penolakan itu aku nggak menawarkan lagi, aku langsung mengambil kursi dan duduk di sebelah mereka.
"Makasih ya, kalian udah nganter aku." Aku tersenyum ke arah Agnes dan Novia.
"Besok nggak usah ke kampus Ra kalau belum baikan" Novia memperingatkan aku.
"Besok aku ada lab Nov, nggak mungkin aku nggak masuk."
"Ya kan bisa izin, emang besok kau lab apa?" Agnes bertanya padaku sambil menyenderkan punggungnya.
"Botani." Aku menjawab singkat.
"Aku kok stres kali ya kalau masuk lab botani? Botak kepalaku di dalam." Novia langsung nyerocos waktu aku sebut botani.
"Me too." Agnes menyambung dengan bahasa inggris.
Sambil bercakap-cakap kami nggak sadar kalau mobil jemputan Agnes dan Novia udah datang. Mereka pamit pulang dan masih sempat ngasih mandat ke aku seolah aku sakit parah. Setelah mengantar mereka sampai di gerbang aku langsung menutup gerbang dan masuk ke rumah.
Aku masih bingung mama, papa dan adik-adik ku ada dimana rumah ini kayak rumah kosong. Tenggorokan ku seperti kering karena belum ada di lewati air sejak mulai latihan padus tadi. Aku melangkah ke dapur ingin mengambil air yang ada di dispenser.
Glukk...glukk...glukk
Suara air dari galon yang ada di dispenser sangat jelas terdengar saat rumah sepi begini. Setelah air di gelas ku tertampung dan ku rasa cukup, aku langsung meminum air itu di depan dispenser sampai habis.
Tenggg ... Tengggg ... Tennggg
Dari depan aku dengar seperti gembok yang ada di pagar ku di pukul ke pagar besi seperti ada orang yang ingin masuk. Aku melangkahkan kaki ku dengan malas ke depan untuk melihat siapa yang ingin masuk.
Gimana ya kalau itu mama? trus mama liat kepalaku pasti aku di repetin lagi. Haduh.. Mampus lah aku. Aku membatin membayangkan respon mamaku saat nanti melihat kepalaku.
Sampai di teras aku melihat ke pagar rumah tapi disana nggak ada orang sama sekali.
"Banyak banget sih bocah iseng disini." Aku merepet sambil melangkah masuk ke rumah.
Tenngg ... Tennggg .. Tennggg
Lagi. Suara itu terdengar lagi bahkan saat kakiku belum sampai di ambang pintu. Aku langsung berbalik secepat yang aku bisa untuk melihat siapa yang ada di pagar itu.
Deg..
Aku melihat pria dengan kepala miring ke kiri disana. Berdiri mematung tapi wajahnya tak terlihat dengan jelas karena lampu jalan yang ada di depan rumahku sedang rusak jadi disana sedikit gelap. Aku bahkan tak tau dia sedang menatap ku atau membelakangi aku.
Aku berjalan perlahan mendekati dia ingin tau tujuannya apa. Semakin aku mendekat dia malah semakin jauh. Dia sekarang sudah berdiri di seberang jalan tidak lagi di depan gerbang rumahku. Aku buka gerbang dan aku mulai berdiri di ambang gerbang rumahku sambil menatap dia.
"Kamu mau apa?"
Aku nggak yakin dengan tindakanku, tapi aku coba bertanya padanya. Ternyata dia berdiri membelakangi aku, jadi sejak tadi dia tak menatap rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Dante (End)
HorrorNamaku Harumi Akira. Gadis keturunan Jepang yang lahir dan besar di Indonesia. Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan yang namanya hantu. Ini adalah kisah ku saat memasuki bangku perkuliahan, aku berkenalan dengan seorang pria misterius dan perhatia...