Dua puluh

560 62 75
                                    

"Hai Harumi."

Aku mendongak ke atas untuk melihat siapa yang menyapaku baru saja.

"Hai bang." Ternyata bang Yuda yang menyapaku.

Dia datang membawa tas dan sudah mengenakan jas labnya. Biasanya anak farmasi kalau begini tanda-tanda beberapa menit lagi akan masuk lab.

"Bisa bicara berdua?" Bang Yuda menaikkan alisnya.

"Ehemmm ..."

"Eheemmm ..."

Mendengar pertanyaan dari bang Yuda sontak beberapa temanku yang duduk satu meja denganku berdehem seolah tenggorokan mereka kering.

"Bisa." Aku menjawab singkat sambil beranjak dari kursiku.

Aku dan bang Yuda keluar dari kelas 201 yang tadi menjadi kelas terkahir ku untuk hari ini. Kami berjalan menyusuri koridor di lantai dua dan duduk di sebuah kursi yang ada di depan lab farmasetika.

Aku lihat bang Yuda melepas jas labnya dan menurunkan tas besar yang ia gendong tadi. Tas jumbo memang sudah menjadi ciri khas anak farmasi karena banyaknya tugas atau berkas-berkas yang harus di bawa setiap harinya.

"Mau ngomong apa?" Setelah duduk aku langsung bertanya padanya.

"Kamu udah punya pacar apa belum?" Tiba-tiba bang Yuda nanyain soal statusku.

"Kenapa nanya itu?" Bukannya menjawab aku malah balik bertanya padanya.

"Jawab aja." Seolah tak mengindahkan pertanyaan ku bang Yuda malah menyuruhku menjawab kembali pertanyaannya.

"Belum." Aku hanya menjawab singkat karena memang ada sedikit rasa degdegan dan tidak suka di hatiku.

"Bagus lah." Bang Yuda menarik nafas lega begitu mendengar jawabanku.

"Kamu mau hari minggu nonton sama aku?" Dia  mengajak ku nonton.

Mendengar ajakannya aku langsung teringat pada Dante, saat-saat kami menonton dan aku ribut dengan penonton yang lain.

"Kenapa melamun?" Bang Yuda menggoyang-goyangkan telapak tangannya di hadapanku.

"Hemm nggak, tadi cuma mikir aku punya waktu kosong atau nggak hari sabtu." Aku mencoba ngeles.

"Jadi gimana bisa nggak?" Kembali bang Yuda bertanya padaku.

"Bisa."

"Minggu jam dua siang aku jemput ke rumah kamu ya, sampai jumpa."

Setelah mendengar jawabanku bang Yuda langsung beranjak membawa semua barangnya dan naik ke lantai tiga. Sepertinya dia akan mengikuti lab biofar. Karena di lantai tiga hanya ada satu lab namanya lab biofar.

Sejujurnya bang Yuda cukup manis, selain karena fisiknya yang bagus dia juga mahasiswa yang cerdas. IPnya selalu bagus setiap semester. Dia berulang kali ikut cerdas cermat antarkampus yang ada di Indonesia. Menurut yang ku dengar dia dan dua orang temannya pernah ikut cerdas cermat di UGM dan mereka menang menjadi juara dua.

Aku masih terduduk di kursi yang ada di depan lab farmasetika padahal bang Yuda sudah tidak terlihat lagi di tangga.

Banyak banget yang ngejar kamu, tapi kamu ngajak aku jalan. Beruntungnya aku. Aku membatin serta menghela nafas sambil senyum-senyum sendiri mengingat banyaknya wanita yang sinis memandangku saat aku dekat dengan bang Yuda.

"Kamu mau jalan sama dia?"

"Eh mampus." Aku sangat terkejut mendengar ada orang di belakang ku yang tiba-tiba mengajakku bicara.

Halo Dante (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang