Tiga puluh

522 61 12
                                    

"Kamu tunggu di sini dulu ya." Dante memegang tangan kananku.

"Mau kemana?" Aku mengalihkan pandanganku padanya.

Dante tak lagi menjawab, dia hanya berjalan lurus menuju pintu keluar taman ini. Aku tak mau berfikir negatif, aku hanya diam dan kembali menatap kunang-kunang yang ada di hadapanku.

Hari masih begitu pagi dan angin dingin menerpa ku menambah indah cuaca pagi ini. Hanya ada aku dan kunang-kunang dalam toples di taman ini.

"Kau ..."

Tiba-tiba aku dengar ada suara serak-serak basah sepertinya suara wanita dari belakangku. Aku memutar tubuhku perlahan agar bisa melihat siapa yang ada di belakangku.

Aku terdiam begitu menyadari bahwa di belakang ku ada seorang suster cantik yang sangat pucat. Dia berdiri hanya beberapa meter dariku.

"Kau bisa melihatku."

Dia kemudian menyeringai yang cukup lebar dan menampilkan gigi-gigi yang kotor kekuningan dan runcing di dalam mulutnya. Secepat kilat aku membalikkan kepalaku agar dia tidak mendekati ku. Sekarang aku sedikit takut dan berharap ada seseorang datang ke sini.

Aku takut bukan karena tak biasa dengan hantu, tapi karena aku sedang tak sehat. Kalian tau beberapa hantu itu jahat, di penuhi dendam. Jadi bisa aja mereka berbuat jahat pada orang yang sama sekali nggak berhubungan dengan dendam masa lalu mereka.

"Kau bisa mendengar ku."

Dia sekarang sudah berdiri tepat di sebelahku. Aku bersenandung agar dia berfikir aku tidak mendengar atau melihatnya.

"Kau takut."

Dia bahkan bisa merasakan rasa takut ku. Rasanya akting pura-pura bersenandung ini tak ada gunanya. Aku mengumpulkan segala keberanianku dan mencoba menatapnya.

"Kau bisa melihatku."

Kembali dia menampilkan senyum seringai yang jelek di wajahnya, meskipun ia cantik sebenarnya. Dia bergerak melayang ke hadapanku.

Begitu dia tiba di depanku dia mengangkat kunang-kunang yang ada di hadapanku tanpa menyentuh toples kunang-kunang itu. Aku hanya diam dengan leher yang tercekat melihat kekuatannya.

Dia kuat. Bukan setan dari golongan arwah, dia semacam sesuatu yang jahat tapi menyerupai manusia yang dulu ada.

"Apa maumu?" Ku beranikan diri untuk bertanya padanya.

"Rumah." Dia membungkuk sedikit dan menatapku dengan mata merahnya.

"Pergi dan cari rumahmu sendiri." Aku berseru seperti menghardiknya.

"Kau." Dia menunjukku dengan jari telunjuknya yang kusam.

Aku meludah ke arahnya, mungkin jika dia manusia ludahku tepat mengenai pakaiannya. Aku lihat tiba-tiba dia berubah jadi sangat menyeramkan dan bau.

Giginya sedikit menonjol keluar, kuku-kuku jarinya sangat panjang pakaiannya kotor dan basah. Wujudnya semakin nyata terlihat oleh mataku. Energi marahnya bahkan membuat kaca dari toples kunang-kunang ku pecah, dan membuat semua kunang-kunang itu terbang bebas ke alamnya.

"Bodoh sekali."

Di mengatai aku bodoh sambil mengibaskan tangannya ke kiri. Serentak dengan kibasan tangannya kursi roda ku juga jatuh searah dengan kibasan tangannya tadi. Aku meringis kesakitan begitu luka di kakiku menyentuh tanah.

"Aaaauuuhhh."

Aku menangis begitu melihat luka di kakiku yang sudah di tutup perban kembali mengeluarkan darah segar. Perban yang tadinya putih kini berubah jadi memiliki bercak-bercak merah di beberapa bagiannya.

Halo Dante (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang